Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79196
Title: Pengolahan Daun Lamtoro Secara Fisik Dengan Bentuk Mash, Pellet Dan Wafer Sebagai Suplemen Pakan Domba Priangan
Authors: Retnani, Yuli
Diapari, Didid
Argadyasto, Dipa
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Hijauan alternatif yang banyak digunakan sebagai pakan ternak antara lain daun lamtoro (Leucaena leucocephala). Daun dan polong lamtoro masing-masing memiliki kandungan protein kasar sebesar 34.4% dan 31%. Kadar mimosin dari daun dan polong lamtoro masing-masing sebesar 7.19% dan 12.13% dari total kandungan protein kasar. Kadar mimosin pada daun lebih rendah dibandingkan pada polong lamtoro. Daun lamtoro memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan polong serta tidak digunakan sebagai bahan pangan. Hal tersebut merupakan pertimbangan daun lamtoro digunakan sebagai pakan ternak. Keracunan mimosin dari leucaena terdiri dari dua bentuk yaitu akut dan kronik. Beberapa cara untuk mengurangi resiko keracunan pada ternak ruminansia yaitu dengan proses pemanasan (pengeringan atau pelayuan) dan perendaman dalam air panas. Pada proses pembuatan wafer dan pellet, bahan pakan hijauan akan melalui proses pengepresan dengan pemanasan, sehingga diharapkan kadar mimosin berkurang. Ransum berbentuk mash adalah ransum yang telah mengalami proses penggilingan sehingga ukuran partikel menjadi kecil (tepung). Metode pengawetan lainnya yaitu dengan teknologi pengepresan menggunakan mesin kempa sehingga dapat menghasilkan produk ransum berbentuk wafer. Selain pengawetan dengan bentuk wafer, ransum dapat diawetkan dalam bentuk pellet. Proses pembuatan pelet merupakan proses penekanan dan pemampatan bahan-bahan melalui die dalam sebuah proses mekanik yang melibatkan panas, tekanan dan kadar air. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa perubahan kandungan mimosin daun lamtoro dalam bentuk mash, pellet dan wafer serta pengaruhnya terhadap performa dan kecernaan domba priangan. Ternak yang digunakan adalah domba priangan jantan dengan bobot rata-rata 21.2±1.6 kg, dengan umur pada kisaran 8 – 12 bulan sebanyak 12 ekor. Daun lamtoro yang digunakan berasal dari seluruh bagian daun termasuk pucuk dan daun tua. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan. Pengelompokan didasarkan pada bobot badan yaitu kecil, sedang dan besar. Perlakuan pada penelitian ini R1 : ransum kontrol, R2 : ransum kontrol + 15% suplemen daun lamtoro bentuk mash, R3 : ransum kontrol + 15% suplemen daun lamtoro bentuk pellet, R4 : ransum kontrol + 15% suplemen daun lamtoro bentuk wafer. Peubah yang diamati antara lain konsumsi bahan kering, bahan organik, dan protein kasar, serta pertambahan bobot badan (PBB), efisiensi, IOFC, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan proses pencetakan pellet mampu mereduksi mimosin sebanyak 34%. Proses pencetakan wafer mampu mereduksi mimosin sebanyak 33%. Konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar, serta PBB dan IOFC pada penelitian ini berdampak nyata (P<0.05) pada pemberian suplemen daun lamtoro. Perlakuan R1 menunjukkan konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar serta PBB dan IOFC yang paling rendah dibandingkan perlakuan pemberian suplemen daun lamtoro pada R2, R3, dan R4. Pemberian suplemen daun lamtoro pada perlakuan R2, R3 dan R4 berbeda nyata (P<0.05) terhadap konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar, serta PBB dan IOFC. Perlakuan R4 konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar serta PBB dan IOFC paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan R2 dan R3 nilai konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar serta PBB dan IOFC tidak berbeda, namun lebih baik dari R1. Untuk parameter efisiensi, kecernaan bahan kering dan bahan organik pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan. Pengaruh terhadap performa ternak dalam penelitian ini karena konsumsi bahan kering yang berbeda. Pengolahan daun lamtoro secara fisik dengan bentuk mash, pellet dan wafer sebagai suplemen dapat diaplikasikan untuk ternak domba. Pengolahan daun lamtoro secara fisik dengan bentuk pellet dan wafer mampu menurunkan kadar mimosin lebih dari 30%. Pemberian suplemen daun lamtoro bentuk mash, pellet dan wafer dapat meningkatkan konsumsi bahan kering harian. Konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada pemberian suplemen bentuk wafer lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Berdasarkan performa ternak, nilai PBB menunjukkan hasil terbaik didapat dari perlakuan suplemen daun lamtoro bentuk wafer lebih tinggi 102% dibandingkan kontrol. Keuntungan peternak juga meningkat dengan angka IOFC terbaik didapat dari perlakuan pemberian suplemen bentuk wafer yaitu 144% lebih tinggi dibandingkan kontrol.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79196
Appears in Collections:MT - Animal Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015dar1.pdf
  Restricted Access
4.4 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.