Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79187
Title: Aplikasi Kultur Kering Probiotik Untuk Pengendalian Streptococcosis Pada Ikan Nila (Oreochromis Sp.).
Authors: Widanarni
Suprayudi, Muhammad Agus
Utami, Diah Ayu Satyari
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Salah satu penyakit yang menyerang budidaya ikan nila adalah streptococcosis yang disebabkan oleh Streptococcus agalactiae. Streptococcosis merupakan penyakit yang berbahaya, karena dapat menyebabkan kematian massal pada ikan nila. Beberapa antibiotik diketahui efektif untuk mengendalikan streptococcosis. Namun, saat ini pengendalian penyakit ikan melalui penggunaan antibiotik sudah dilarang, karena perlu waktu yang relatif lama agar residu antibiotik hilang dari tubuh ikan. Penggunaan antibiotik juga dapat mengawali terjadinya resistensi. Penggunaan kultur segar probiotik diketahui mampu bertindak sebagai agen biokontrol suatu penyakit. Namun, penggunaan kultur segar probiotik mempunyai beberapa kelemahan seperti viabilitas yang cepat menurun selama persiapan dan penyimpanan, sehingga diperlukan teknik yang dapat melindungi dan mempertahankan viabilitas sel probiotik dalam waktu yang lama. Probiotik dalam bentuk kering dapat diaplikasikan melalui pakan dan mempunyai beberapa kelebihan seperti aplikasi yang lebih praktis dan daya simpan yang lama. Namun, aplikasi kultur kering probiotik dalam akuakultur masih belum banyak diteliti, khususnya untuk pertumbuhan dan pengendalian streptococcosis pada ikan nila. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kultur kering probiotik dan menentukan dosis terbaiknya untuk kinerja pertumbuhan dan pengendalian streptococcosis pada ikan nila. Probiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah Bacillus sp. NP5 RfR. Perlakuan pada uji in vitro meliputi produksi kultur kering probiotik tanpa bahan penyalut yang dikeringkan dengan metode spray drying (NS) dan freeze drying (NF) serta dengan bahan penyalut yang dikeringkan dengan metode spray drying (WS) dan freeze drying (WF). Perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik pada uji in vitro diaplikasikan pada uji in vivo. Penelitian pada uji in vivo menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 5 ulangan yaitu kontrol meliputi kontrol negatif (K-) dan kontrol positif (K+) serta pemberian kultur kering Bacillus sp. NP5 RfR melalui pakan dengan dosis 0.5% (A), 1% (B) dan 2% (C). Kultur kering Bacillus sp. NP5 RfR dengan kepadatan 1010 CFU g-1 ditambahkan pada pakan dan dicampur dengan 2% putih telur sebagai perekat. Ikan uji diberi pakan tiga kali sehari (08.00, 12.00, 16.00) secara at satiation selama 28 hari. Pada hari ke-30 ikan uji dari masing-masing perlakuan kecuali K- diuji tantang dengan injeksi S. agalactiae dengan kepadatan 105 CFU ml-1 (LD 50) sebanyak 0.1 ml per ekor menggunakan syringe steril secara Intra Peritoneal (IP). Selanjutnya, ikan dipelihara selama 10 hari. Parameter yang diukur pada uji in vitro meliputi persentase produk serta viabilitas probiotik setelah pengeringan dan penyimpanan. Parameter yang diukur pada masa pemeliharaan meliputi kinerja pertumbuhan (tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan), total bakteri dan Bacillus sp. NP5 RfR di usus ikan uji. Parameter yang diukur selama uji tantang meliputi tingkat kelangsungan hidup setelah uji tantang, parameter gambaran darah meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, total eritrosit, total leukosit, dan aktivitas fagositik serta total S. agalactiae di organ target ikan uji. Persentase produk yang tinggi setelah pengeringan ditunjukkan pada perlakuan dengan bahan penyalut baik yang dikeringkan dengan metode spray drying (WS) dan freeze drying (WF) (5.18±0.98; 4.79±0.64%). Viabilitas probiotik yang tinggi setelah pengeringan juga terdapat pada WS dan WF dengan nilai masing-masing yaitu 99.88±0.12 dan 94.59±3.47%. Uji viabilitas setelah penyimpanan dan pengamatan kualitas fisik kultur kering hanya dilakukan pada perlakuan terbaik (WS dan WF) yang disimpan pada suhu ruang (RT) dan suhu dingin (CT). Setelah disimpan selama satu bulan, viabilitas probiotik tertinggi diperoleh pada perlakuan WS yang disimpan pada suhu ruang (WSRT) dengan persentase sebesar 92.54±2.03%, sehingga perlakuan ini dipilih untuk diaplikasikan pada uji in vivo. Kinerja pertumbuhan terbaik pada ikan nila terdapat pada perlakuan A dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 100±0.00%, laju pertumbuhan spesifik yaitu 3.04±0.05% yang berbeda nyata (p<0.05) dengan kontrol (K) dan C. Selain itu, perlakuan A juga menunjukkan rasio konversi pakan terendah yaitu 1.25±0.07 yang berbeda nyata (p<0.05) dengan semua perlakuan. Pada akhir masa pemeliharaan terjadi peningkatan total bakteri dan Bacillus sp. NP5 RfR pada usus ikan uji. Perlakuan C menunjukkan total bakteri dan Bacillus sp. NP5 RfR tertinggi (13.20±0.12 log CFU gr-1; 10.86±0.04 log CFU g-1) pada akhir masa pemeliharaan yang berbeda nyata (p<0.05) dengan perlakuan lainnya. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi ikan uji setelah diuji tantang dengan S. agalactiae terdapat pada perlakuan A (75±12.5%) yang berbeda nyata (p<0.05) dengan K+, B, dan C. Pemberian kultur kering probiotik memberikan pengaruh terhadap parameter gambaran darah ikan, terutama pascauji tantang, dimana terjadi fluktuasi parameter gambaran darah ikan uji meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, total eritrosit, total leukosit, dan aktivitas fagositik. Perlakuan A menunjukkan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, dan total eritrosit tertinggi sebelum uji tantang. Pada hari ke-4 dan 8 pascauji tantang terjadi penurunan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, dan total eritrosit kemudian meningkat kembali pada hari ke-10 pascauji tantang. Sementara itu, pemberian kultur kering probiotik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0.05) pada total leukosit dan aktivitas fagositik ikan uji sebelum uji tantang. Perbedaan pada total leukosit dan aktivitas fagositik baru terjadi pascauji tantang. Total S. agalactiae terendah di hampir semua organ target ikan uji pascauji tantang ditunjukkan oleh perlakuan A dengan puncaknya terjadi pada hari ke-7, sedangkan total S. agalactiae pada hari ke-10 cenderung mengalami penurunan. Kesimpulannya adalah probiotik yang disalut dengan maltodekstrin dan dikeringkan dengan metode spray drying serta disimpan pada suhu ruang menghasilkan persentase produk dan viabilitas tertinggi setelah proses pengeringan dan penyimpanan. Pemberian kultur kering probiotik dengan dosis 0.5% melalui pakan menunjukkan kinerja pertumbuhan terbaik dan efektif untuk mengendalikan streptococcosis pada ikan nila.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79187
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015das.pdf
  Restricted Access
17.55 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.