Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79077
Title: Kajian Sistem Usahatani Terpadu Seraiwangi Dan Sapi Perah Di Desa Cikahuripan Lembang.
Authors: Mulatsih, Sri
Suwarto
Listyanti, Amalia Diena
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Kecamatan Lembang merupakan daerah dengan populasi ternak sapi perah terbanyak di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa penghasil susu sapi yang masih berpotensi untuk memproduksi hijauan untuk pakan ternak. Di desa tersebut terdapat Kebun Percobaan Manoko milik Balai Penelitian Rempah dan Obat yang mengembangkan tanaman seraiwangi penghasil minyak atsiri. Pada proses untuk menghasilkan minyak atsiri terdapat limbah penyulingan seraiwangi yang dapat digunakan untuk pakan ternak sapi perah. Integrasi yang telah dilakukan di KP Manoko berpotensi untuk dikembangkan di tingkat petani peternak rakyat di Desa Cikahuripan. Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengetahui potensi ekologi tanaman seraiwangi di Desa Cikahuripan yang dilihat dari kesesuaian tanah dan kualitas pupuk organik dari kotoran ternak sapi perah, (2) mengetahui sistem usahaternak sapi perah di Desa Cikahuripan, serta (3) menentukan skala ekonomi usahatani terpadu seraiwangi dan sapi perah rakyat di Desa Cikahuripan. Studi dilaksanakan pada April hingga Oktober 2014. Responden berasal dari pengelola dan staf Kebun Percobaan Manoko (KP Manoko) serta peternak rakyat. Metode analisis untuk aspek ekologi tanaman seraiwangi dan sistem usahaternak sapi perah adalah dengan analisis deskriptif, sementara skala usahatani terpadu usaha seraiwangi dan sapi perah menggunakan analisis sistem dinamik dengan program STELLA 9.0.2. Usahatani terpadu sejalan dengan konsep Low External Input Sustainability (LEISA) yang mengacu pada pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal dengan mengombinasikan komponen-komponen sistem usahatani. Tanaman seraiwangi dapat tumbuh baik di KP Manoko. Berdasarkan kandungan hara makro pada sampel diketahui bahwa kandungan hara tanah, lahan di Desa Cikahuripan sesuai untuk ditanami seraiwangi dengan metode budidaya seperti di KP Manoko yang hanya menggunakan pupuk organik dari kotoran sapi perah. Kandungan pupuk kandang sampel menunjukkan bahwa pupuk kandang di Desa Cikahuripan memenuhi persyaratan teknis minimal pupuk organik padat. Usahaternak sapi perah rakyat dijalankan secara turun-temurun dengan metode tradisional di tingkat rumah tangga. Mayoritas kepemilikan ternak adalah 3−5 ekor. Usahaternak sapi perah di KP Manoko menggunakan metode yang hampir sama. Pakan hijauan yang digunakan di KP Manoko adalah limbah seraiwangi dari kegiatan penyulingan. Penggunaan limbah seraiwangi sebagai salah satu sumber pakan sapi perah tidak memberi dampak yang negatif bagi produksi susu. Kandungan gizinya relatif cukup baik, dengan serat kasarnya yang lebih rendah dibandingkan jerami dan rumput gajah. Kotoran ternak berupa feses digunakan sebagai sumber biogas yang akan menghasilkan pupuk kandang sebagai hasil sampingannya. Pupuk kandang vi tersebut digunakan untuk lahan seraiwangi. Pupuk kandang yang dihasilkan dari alat penghasil biogas adalah sekitar 40% dari total kotoran ternak yang dihasilkan. Penilaian kelayakan secara ekonomi didasarkan pada kebutuhan rumah tangga minimum bulanan, sementara kelayakan secara ekologi berdasarkan jumlah limbah seraiwangi yang dapat memenuhi kebutuhan sapi perah serta suplai pupuk kandang untuk lahan seraiwangi. Berdasarkan penghitungan skala usaha ekonomi usaha berdasarkan model usahatani terpadu seraiwangi dan sapi perah rakyat, skala usaha yang layak secara ekonomi dan ekologi adalah dengan luas minimum lahan tanaman seraiwangi seluas 3 000 m2 dan kepemilikan sapi perah sebanyak 3 ekor. Jika sumber hijauan untuk ternak hanya berupa seraiwangi, setiap ekor sapi perah membutuhkan pakan hijauan yang setara dengan lahan seraiwangi seluas 2 667 m2. Kelayakan ekonominya baru dapat dipenuhi dengan sapi sejumlah 3 ekor dan luas lahan seluas 8 000 m2. Usahatani seraiwangi tidak menggunakan pupuk dan pestisida buatan. Tanaman seraiwangi juga baik digunakan sebagai tanaman konservasi. Dengan pemanfaatan limbah seraiwangi untuk pakan ternak, peternak tidak tergantung dengan pakan hijauan dari luar. Usahatani terpadu seraiwangi dan sapi perah memiliki nilai positif karena meminimalisir pencemaran lingkungan dan mengurangi ketergantungan input dari luar. Hal tersebut sesuai dengan konsep LEISA yang memaksimalkan daur ulang dan mengurangi kerusakan lingkungan, sehingga usahatani terpadu tersebut dapat menjadi usahatani yang lebih berkelanjutan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79077
Appears in Collections:MT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015adl.pdf
  Restricted Access
18.46 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.