Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77556
Title: Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Keberlanjutan Pengolahan Biogas Dari Limbah Cair Tahu Di Desa Kalisari, Purwokerto
Authors: Syaukat, Yusman
Ekayani, Meti
Shaffitri, Lidya Rahma
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultral University (IPB)
Abstract: Industri tahu merupakan industri yang berpotensi merusak lingkungan karena limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu mengandung kandungan yang berbahaya bagi lingkungan. Desa Kalisari merupakan salah satu sentra industri tahu dengan jumlah kurang lebih 250 pengrajin, dimana dalam proses produksinya menghasilkan limbah berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat tahu yang dihasilkan di Desa Kalisari, Purwokerto tidak menimbulkan permasalahan bagi lingkungan karena sudah diolah kembali menjadi pakan ternak. Namun tidak demikian halnya dengan limbah cair tahu yang masih menimbulkan permasalahan lingkungan berupa pencemaran air sungai dan bau yang tidak sedap. Pemerintah dalam menanggapi permasalahan ini sudah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berjumlah empat unit yang diberi nama Biolita 1, Biolita 2, Biolita 3, dan Biolita 4. Keempat unit IPAL tersebut memiliki lokasi yang tersebar di lokasi yang berbeda sesuai dengan lokasi berkumpulnya para pengrajin tahu. Pada awal pembangunan IPAL di Desa Kalisari, pemerintah masih belum memperhitungkan manfaat dan biaya ekonomi yang dihasilkan oleh IPAL tersebut seperti tingkat keuntungan yang diperoleh apabila menjual biogas kepada masyarakat dengan harga yang lebih murah dari LPG. Penetapan harga biogas (biogas pricing) di Desa Kalisari masih belum dilakukan dengan benar karena sampai saat ini masyarakat Desa Kalisari masih membayar biogas dengan tarif yang sama untuk berapapun jumlah biogas yang mereka manfaatkan. Biogas pricing di Desa Kalisari juga dimaksudkan untuk menghindari para free rider dalam pemanfaatan biogas secara berlebihan, memperoleh cashflow yang bernilai positif sehingga mampu menarik investor dalam berinvestasi dalam penyediaan biogas sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG. Pembangunan IPAL di Desa Kalisari khususnya di Biolita 3 menimbulkan biaya dan manfaat. Analisis kelayakan ekonomi untuk proyek IPAL diperlukan untuk melihat keberlanjan dalam pemanfaatan biogas, hasil dari analisis ini dapat dijadikan acuan untuk proyek pembangunan IPAL di Desa Kalisari selanjutnya apabila umur ekonomi IPAL yang sedang berjalan saat ini habis. Biaya yang timbul dari pembangunan IPAL meliputi biaya finansial dan biaya sosial. Biaya finansial meliputi biaya investasi dan operasional, sedangkan biaya sosial meliputi opportunity cost yang timbul dari pemanfaatan lahan yang diperuntukkan bagi pembangunan biogas. Manfaat yang timbul dari pembangunan biogas meliputi manfaat finansial dan manfaat sosial. Manfaat finansial meliputi penerimaan yang didapat dari pemanfaatan biogas oleh masyarakat dan manfaat sosial meliputi penghematan bahan bakar, peningkatan produktivitas lahan, dan penurunan biaya perbaikan lahan. Penetapan nilai ekonomi (pricing biogas) didapat dari metode Break Even Point (BEP) yang menghasilkan nilai sebesar Rp 2.500/m3. Nilai ini diperoleh dari perhitungan yang menggunakan biaya-biaya yang timbul dari IPAL yang dibangun di Biolita 3 dengan asumsi bahwa pemanfaatan teknologi dan biaya pembangunan IPAL per m3 untuk seluruh biolita adalah sama. Baik analisis kelayakan finansial maupun ekonomi dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario 1 menggunakan harga biogas yang didapat melalui metode BEP dan Skenario 2 menggunakan harga biogas yang didapat dari iuran masyarakat di Biolita 3 yaitu sebesar Rp 20.000/RT/bulan. Hasil yang diperoleh dari Skenario 1 pada analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa proyek layak untuk dijalankan yang ditunjukkan oleh NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 201.636.675 dan hasil pada Skenario 2 menunjukkan bahwa proyek tidak layak untuk dijalankan karena menghasilkan NPV yang bernilai negatif yaitu sebesar Rp 443. 128.325. Hasil yang diperoleh dari Skenario 1 pada analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa proyek layak untuk dijalankan yang ditunjukkan oleh NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 392.704.986 dan hasil pada Skenario 2 menunjukkan bahwa proyek tidak layak untuk dijalankan karena menghasilkan NPV yang bernilai negatif yaitu sebesar Rp 252.060.040. Analisis sensitivitas juga dilakukan pada IPAL yang terdapat pada Biolita 3. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan tiga skenario. Skenario 1 mengasumsikan bahwa terjadi penurunan konsumsi biogas sebesar 34,8%, Skenario 2 mengasumsikan bahwa terjadi peningkatan pada tarif dasar listrik yaitu sebesar 15%, dan Skenario 3 mengasumsikan bahwa terjadi penurunan harga biogas dari Rp 2.500/m3 menjadi Rp 1.450/m3. Dasar penurunan harga biogas tersebut adalah masyarakat hanya mau membayar biogas apabila harga yang dibayarkan tidak lebih dari pengeluaran untuk mengonsumsi LPG 3 kg sebelum selama satu bulan. Hasil yang diperoleh dari ketiga skenario tersebut menunjukkan bahwa proyek pembangunan IPAL masih layak untuk dijalankan. Berdasarkan temuan di lapangan, jenis pengelolaan yang dapat digunakan untuk mengatur pemanfaatan dan pengelolaan IPAL adalah BUMDes. Pemanfaatan biogas secara berkelanjutan dapat dilakukan apabila BUMDes dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, oleh karena itu tetap diperlukan pengawasan dan monitoring dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77556
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015lrs.pdf
  Restricted Access
1.53 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.