Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77083Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Barus, Baba | - |
| dc.contributor.advisor | Sunarti, Euis | - |
| dc.contributor.author | Darojati, Nina Widiana | - |
| dc.date.accessioned | 2015-12-21T09:24:30Z | - |
| dc.date.available | 2015-12-21T09:24:30Z | - |
| dc.date.issued | 2015 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77083 | - |
| dc.description.abstract | Kekeringan di Kabupaten Indramayu perlu mendapat perhatian serius sehubungan Kabupaten Indramayu merupakan salah satu lumbung padi bagi Provinsi Jawa Barat dan salah satu lumbung padi nasional. Kekeringan sebagai peristiwa alam dan menyerang secara perlahan, telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat pertanian di Kabupaten Indramayu. Mengingat kekeringan merupakan kejadian yang dapat berulang, maka perlu dilakukan upaya pemantauan dan mengidentifikasi faktor-faktor bahaya kekeringan, agar dapat dikembangkan model bahaya kekeringan. Disamping itu, perlu dibuatnya peta bahaya kekeringan, kerentanan kekeringan serta risiko kekeringan agar dapat dilakukan analisis dan penyusunan upaya adaptasi kekeringan. Kegiatan ini diharapkan dapat diketahui sebaran kekeringan yang bermanfaat untuk pengembangan pertanian dan kebijakan lainnya, serta dapat meminimalkan kerugian yang mungkin di alami dikemudian hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah memantau kekeringan dan mengidentifikasi faktor-faktor bahaya kekeringan melalui penyebaran kuesioner, pengolahan data terhadap faktor-faktor bahaya dan mengembangkan model kekeringan. Tiap-tiap faktor diberi skor dan bobot berdasarkan urutan kepentingan atau pengaruhnya terhadap bahaya kekeringan kemudian digabungkan dengan metode MCE (Multi Criteria Evaluation). Model diterapkan pada 3 (tiga) titik tahun yaitu 2003, 2008 dan 2012 dalam dua versi. Versi 1 yakni dengan tidak menyertakan jarak dari jaringan irigasi dan versi 2 adalah dengan menyertakan jarak dari jaringan irigasi. Sementara itu, metode yang digunakan dalam penentuan indeks kerentanan, kapasitas/ketahanan dilakukan dengan pemberian skor dan bobot berdasarkan urutan kepentingan atau pengaruhnya terhadap kekeringan pada masing-masing sub paramater dan menjumlahkannya untuk masing-masing paramater. Selanjutnya dilakukan pemetaan dan penilaian risiko dengan menghubungkan kondisi bahaya, kerentanan dan kapasitas, yang dinyatakan oleh notasi Risk = (Bahaya x Kerentanan) / Kapasitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahaya kekeringan yang memiliki pengaruh paling besar sampai dengan paling rendah adalah curah hujan, penggunaan lahan, jarak ke sumber air, tekstur tanah, suhu permukaan tanah, sehingga diperoleh model dengan formulasi: H = (0,34SPI) + (0,20L) + (0,19B) + (0,17Jt) + (0,10LST). Bahaya kekeringan pada 2003 memiliki luas lahan yang tergolong bahaya tinggi lebih luas dibandingkan dengan kekeringan pada 2008 dan 2012. Hal ini berkaitan dengan terjadinya kemarau panjang pada tahun 2003 sehingga menghasilkan nila SPI (Indeks Standar Curah Hujan) hingga kelas ekstrim kering. Sebaran bahaya kekeringan pada model versi 2 memiliki luasan bahaya kekeringan lebih sedikit daripada model versi 1 dan model Versi 2 memiliki nilai akurasi lebih rendah dari versi 1. Model versi 2 merupakan kondisi ideal, dimana keberadaan jaringan irigasi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air lahan sawah agar terhindar dari kekeringan serta tidak terjadi gagal panen. Akan tetapi jaringan irigasi kurang berperan pada masa musim kemarau. Sementara itu, model versi 1 memiliki tingkat validasi yang cukup signifikan. Versi 1 merupakan kondisi yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan. Kondisi wilayah penelitian yang memiliki tingkat bahaya sedang hingga tinggi. Tingkat kerentanan kekeringan yang meliputi faktor ekonomi, faktor sosial serta faktor teknik menunjukkan bahwa wilayah penelitian pada umumnya berada pada tingkat kerentanan sedang sampai tinggi. Adapun tingkat kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam upaya menghadapi bahaya menunjukkan bahwa kapasitas wilayah penelitian pada umumnya berada pada tingkat sedang sampai tinggi. Berdasarkan hubungan antara bahaya, kerentanan dan kapasitas tersebut diperoleh risiko kekeringan pada 2003 memiliki luas lahan yang tergolong risiko tinggi lebih luas dibandingkan dengan 2008 dan 2012 baik versi 1 maupun versi 2. Dengan demikian, upaya mitigasi yang dapat dilakukan pada wilayah yang memiliki risiko tinggi yakni: (1) pembuatan embung baru dan sumur sadon dengan ukuran yang lebih besar agar dapat digunakan bersama disertai gerakan penanaman pohon terutama di area sekitar danau dan embung agar dapat mengisi air tanah dan mengurangi penguapan dari sumber air tersebut; (2) memperbaiki dan menambah pembangunan infrastruktur jaringan irigasi disertai peningkatan volume air agar dapat dilakukan penanaman 3x/tahun; (3) meningkatkan bantuan pompa air besar; (4) meningkatkan kegiatan kelompok tani agar lebih aktif dan pemberian penyuluhan dari BPP yang rutin agar kondisi dan kegiatan petani terkontrol. | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | IPB (Bogor Agricultural University) | id |
| dc.subject.ddc | Mitigation | id |
| dc.subject.ddc | Droght analysis | id |
| dc.subject.ddc | 2014 | id |
| dc.subject.ddc | Indramayu | id |
| dc.title | Pemantauan Bahaya Kekeringan Dan Analisis Risiko Kekeringan Di Kabupaten Indramayu | id |
| dc.subject.keyword | kekeringan | id |
| dc.subject.keyword | Indeks Standar Curah Hujan | id |
| dc.subject.keyword | Suhu Temperatur Tanah | id |
| dc.subject.keyword | evaluasi multi kriteria | id |
| dc.subject.keyword | bahaya | id |
| dc.subject.keyword | kerentanan | id |
| dc.subject.keyword | kapasitas | id |
| Appears in Collections: | MT - Agriculture | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| 2015nwd.pdf Restricted Access | 48.18 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.