Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76991
Title: Pengaruh Coastal Upwelling di Utara Kontinen Papua dan Gelombang Ekuatorial Rossby Terhadap Produktivitas Perairan dan Perikanan Tuna di Barat Pasifik Warm Pool
Authors: Siregar, Vincentius P.
Jaya, Indra
Gaol, Jonson Lumban
Waas, Harold Joppie Davido
Issue Date: 2015
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Perairan Barat Pasifik Warm Pool (BPWP) merupakan perairan oligotropik karena keberadaan lapisan penghalang salinitas tinggi yang menyulitkan pencampuran antara air permukaan rendah nutrien dengan pinoklin. Namun demikian, perairan mampu menyuplai lebih dari 25% hasil tangkapan tuna dunia yang didominasi oleh Cakalang (Katsuwonus pelamis), Madidihang (Thunnus albacares), Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) dan Albacore (Thunnus alalunga). Kemampuan ini diduga dipengaruhi oleh kejadian coastal upwelling di utara kontinen Papua dan gelombang ekuatorial Rossby selama ENSO. Studi ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme dan pengaruh coastal upwelling dan gelombang Rossby terhadap kesuburan perairan dan perikanan tuna di perairan BPWP selama ENSO. Studi menggunakan metode eksploratif dengan menggabungkan metode penginderaan jauh satelit, mooring (Triton Buoy Mooring & ARGO Drifter), Nasa Ocean Biogeochemical Model (NOBM), dan penangkapan tuna menggunakan armada Purse seine. Hasil studi menunjukkan bahwa coastal upwelling di utara kontinen Papua dihasilkan sebagai respons perairan terhadap angin barat dan anomalinya (WWBs) melalui mekanisme transport Ekman, anomali NGCC dan NGCUC, dan adveksi gelombang Rossby (kutub rambatan utara) dari timur Filipina melengkung ke pesisir dan perairan oseanik utara kontinen Papua selama musim barat. Di bawah pengaruh coastal upwelling peningkatan produktivitas primer perairan oseanik terjadi melalui transport Ekman, dan anomali NGCC dan NGCUC yang menumpukan massa air taikan dan perairan pesisir yang kaya nutrien di sekitar ekuator. Asupan nutrien baru yang disebabkan oleh gelombang Rossby terjadi melalui efek rototiller gelombang Rossby yang mengangkat nitraklin dan kedalaman klorofil-a maksimum (DCM) ke lapisan tercampur (MLD) di puncak gelombang utama dan menenggelamkan air permukaan yang rendah nutrien dan DCM lebih dalam di lembah gelombang. Meningkatnya produktivitas primer di permukaan perairan diperlihatkan melalui tingginya konsentrasi klorofil-a dan total klorofil (blooming fitoplankton) di daerah gangguan. Hasil perhitungan kontribusi coastal upwelling dalam peningkatan produktivitas primer perairan pesisir dan oseanik adalah 73% dan 68%. Nilai ini lebih tinggi dari kontribusi gelombang Rossby (<40%) di perairan BPWP dan perairan oligotropik lainnya. Hal ini disebabkan oleh (a) taikan nitraklin dan DCM hanya mencapai kedalaman dangkal di atas dasar MLD dan dalam jangkauan zona kedalaman optikal SeaWIFS (25 – 40 m) sedangkan proporsi terbesar konsentrasi klorofil-a yang tinggi berada di bawah kedua kedalaman tersebut, (b) kosentrasi besi terlarut (FeD) yang tinggi di perairan selama ENSO membatasi pertumbuhan mikrofitoplankton tertentu, dan (c) laju konsumsi group Diatom yang tinggi oleh mesozooplankton yang melimpah di daerah taikan. Respons perairan sebagai dampak dari kedua mekanisme ini juga diperlihatkan melalui peningkatan kelimpahan group fitoplankton Cyanobacteria dan Coccolithophores di wilayah asupan nutrien baru sekaligus mendominasi fluoresensi fitoplankton di perairan. Sebaliknya, group Diatom dan Chlorophytes memiliki kelimpahan rendah. Hal ini disebabkan karena laju konsumsi yang tinggi mesozooplankton seperti kopepoda dan konsentrasi FeD yang tinggi diperairan membatasi pertumbuhan kedua group fitoplankton tersebut. konsekuensinya, perairan didominasi oleh mesozooplankton dan kelimpahan tinggi biomassa mikronekton yang tersedia sebagai makanan tuna (prey) di daerah gangguan. Hasil sintesis penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa kelimpahan yang tinggi group Cyanobacteria (terutama genus Prochloroccosus) dalam DCM berhubungan dengan biomassa yang tinggi mikronekton di lapisan tersebut. Dengan demikian, tuna dengan kebutuhan energi yang tinggi cenderung hadir pada daerah dengan konsentrasi makanan tuna yang tinggi seperti daerah gangguan dan dalam DCM. Indikasi ini tercermin melalui kelimpahan dan laju penangkapan (CPUE) tuna yang tinggi di perairan oseanik yang dipengaruhi oleh coastal upwelling dan gelombang Rossby maupun pada wilayah perairan yang dipengaruhi kedua mekanisme secara bersamaan selama musim barat. Penangkapan tuna juga berlangsung selama musim timur di perairan oseanik berhubungan dengan kejadian termal front dan front klorofil-a yang berasosiasi dengan kelimpahan tinggi group fitoplankton Cyanobacteria dan Coccolithophores. Di bawah pengaruh gelombang Rossby, penangkapan tuna di perairan oseanik signifikan terjadi di puncak gelombang, sebaliknya di lembah gelombang penangkapan tuna terjadi dengan persentase kehadiran yang rendah dan hanya bergantung pada kelimpahan mikronekton yang tinggi dalam DCM. Berdasarakan hubungan antara kelimpahan group Cyanobacteria yang mendominasi fluoresensi fitoplankton dan kelimpahan makanan tuna maka anggota microbial loop tersebut dan klorofil-a dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk menentukan daerah potensial penangkapan tuna menggunakan metode penginderaan jauh satelit di perairan BPWP.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76991
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015hjd.pdf
  Restricted Access
210.82 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.