Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76982
Title: Kajian Ekobiologi Ikan Pepija (Harpadon Nehereus, Ham 1822) Sebagai Dasar Pengelolaan Berkelanjutan di Perairan Pulau Tarakan.
Authors: Affandi, Ridwan
Muchsin, Ismudi
Kamal, Mohammad Mukhlis
Laga, Asbar
Issue Date: 2015
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Ikan pepija (H. nehereus, Ham 1822) merupakan anggota dari famili Synodontidae, dikenal dengan nama bombay duck. Ikan pepija sebagai salah satu ikan yang bernilai ekonomis penting dan produk unggulan dan oleh-oleh khas Kota Tarakan. Hal ini mendorong penangkapan menjadi sangat intensif yang menyebabkan tekanan terhadap populasi yang ada semakin meningkat. Tekanan terhadap populasi ikan pepija, diperparah dengan adanya degradasi lingkungan. Melihat tren penangkapan yang terus meningkat, ukuran ikan yang tertangkap cenderung menjadi lebih kecil, maka pengelolaan terhadap ikan pepija mutlak harus dilakukan. Kebijakan pengelolaan ini tentunya harus didukung oleh landasan ilmiah berupa data-data akurat tentang ekologi (habitat, lingkungan dan distribusi) dan biologi (makanan, pertumbuhan, ukuran pertama kali matang gonad dan reproduksinya). Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi secara spasial dan temporal, makanan alami, pertumbuhan dan laju eksploitasi, serta aspek reproduksi ikan pepija. Penelitian dilakukan di perairan pantai Pulau Tarakan dari bulan Februari 2013 sampai Februari 2014. Lokasi penelitian terletak pada 117.30’– 117.40’ BT dan 3.25’–3.28’ LU di 3 stasiun pengamatan, denganpertimbangan adanya sebaran ikan berdasarkan waktu dan daerah penangkapan ikan pepijaserta letak geografis Pulau Tarakan. Stasiun (St) 1: adalah Tanjung (Tj.) Simaya (perairan pantai timur laut Pulau Tarakan, yang berhadapan langsung dengan perairan terbuka yakni Laut Sulawesi St 2: adalah Tj. Selayu (Perairan pantai utara, berada di selat antara Pulau Tarakan dan Pulau Tibi, yang banyak mendapat suplai air tawar dari Sungai Sesayap dan St 3: adalah Tj Juata (Perairan pantai barat daya, berada di selat dan berdekatan dengan ekosistem mangrove). Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan pukat hela (trawl) dengan ukuran panjang dan lebar sayap, badan dan kantong masing-masing 700.0 : 100.0, 500.0 : 130.0 dan 200.0 : 50.0 cm dengan besar mata jaring pada sayap, badan dan kantong masing-masing berukuran 5.0, 5.0 dan 2.5 cm. Mulut jaring bagian atas 500 cm, mulut jaring bagian bawah 400 cm dan ukuran papan pembuka untuk panjang dan lebar, 100 : 75 cm. Pengoperasian pukat hela pada masing-masing stasiun bibagi menjadi 2 sub st. Sub st 1 yakni di perairan dekat pantai Pulau Tarakan sedangkan sub st 2 di sisi luar masing-masing st sejajar dengan garis pantai. Penangkapan ikan dilakukan secara “zig-zag” dengan kecepatan 4 km/jam dengan waktu penarikan pukat hela (towing) selama 30 menit per sub st. Arah penangkapan ikan dilakukan mengikuti arus dan pada saat yang lain menentang arus. Penangkapan ikan dilakukan antara jam 9.00 – 15.00 pada saat pasang perbani. Penangkapan ikan di ke-3 stasiun pengamatan dilakukan pada hari dan bulan yang sama tetapi waktu penarikannya yang berbeda. Hasil tangkapan ikan pepija dipisahkan dari ikan jenis lain dan dikumpulkan serta ditimbang seluruhnya menurut waktu penangkapan dan lokasi stasiun.Ikan yang tertangkap diambil sebanyak 50 ekor pada setiap sub stasiun dari berbagai ukuran, yang mewakili hasil tangkapan, dan jika kurang dari 50 maka semua ikan yang tertangkap diambil. Sampel ikan kemudian diawetkan dalam larutan formalin 5 - 10% untuk kemudian dianalisis di Laboratorium. Ikan contoh yang telah diawetkan diukur panjang bakunya (mm), dan ditimbang beratnya (gram). Ikan dibedah rongga perutnya, untuk mengambil saluran pencernaan (lambung) dan gonad kemudian diawetkan dalam larutan formalin 4%. Langkah berikut adalah memeriksa gonad dan isi lambung dengan cara mengeluarkannya, diidentifikasi dan diukur beratnya untuk gonad dan dihitung jumlah dan frekuensi kehadiran serta diukur beratnya dari masing-masing jenis makanan pada semua ikan sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter fisika dan kimia perairan yang berfluktuasi secara nyata adalah: suhu, kecepatan arus, dan salinitas dengan fluktuasi paling besar adalah pasang surut dan kecepatan arus. Distribusi ikan pepija di perairan P. Tarakan berkaitan dengan pasang surut, ikan ini hanya ditemukan pada saat pasang perbani pada tanggal 7, 8, 9 dan 10 bulan Qomariah. Ikan pepija bergerak dari perairan Tj Simaya (st 1 pada tanggal 7) ke Tj Selayu (st 2 pada tanggal 8), ke perairan antara Tj Selayu dan Tj Juata pada tanggal 9 dan tanggal 10 di perairan Tj Juata. Distribusi ikan pepija dengan laju tangkap tertinggi pada bulan Desember dan Januari dengan laju tangkap sebesar 75.56 - 77.37 kg/jam dan rendah pada bulan April hanya 7.41 kg/jam. Persentase ikan dengan lambung berisi makanan relatif tinggi antara 60.49 % – 90.31 %, tertinggi saat curah hujan rendah dan rendah saat curah hujan tinggi. Variasi makanan tidak banyak berubah sepanjang tahun tetapi komposisinya yang berfluktuasi. Ikan pepija bersifat karnivora dengan kelompok udang sebagai makanan utama dan kelompok ikan sebagai makanan tambahan. Ikan sebagai makanan utama di stasiun satu (Tj. Simaya), udang sebagai makanan utama di stasiun dua (Tj. Selayu) dan tiga (Tj. Juata). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ikan pepija bersifat allometrik negatif. Nilai L∞ ikan jantan dan betina sama yakni 278.78 mm dan t0 pertahun masing-masing sebesar -0,17 dan -0,23. Nilai koefisien pertumbuhan untuk jantan dan betina sebesar 0.38 dan 0.51. Hasil pengukuran pada ikan pepija didapatkan ukuran ikan terkecil yang berhasil ditangkap pada selang kelas 128 – 139 mm. Berdasarkan bulan pengamatan, fluktuasi nilai faktor kondisi untuk ikan betina berkisar antara 0.84 – 1.10 dan 0.81 – 1.06 untuk jantan, sedangkan apabila dilihat berdasarkan stasiun pengamatan didapatkan faktor kondisi juga bervariasi antara 0.93 – 0.99 pada jantan dan 0.94 – 0.98 pada betina. Tingkat eksploitasi di ketiga stasiun pengamatan sudah mengalami tangkap lebih dengan eksploitasi tertinggi di stasiun tiga yakni 0.81, dengan demikian tingkat eksploitasi ikan pepija di perairan Pulau Tarakan sudah mengalami tangkap lebih. Secara umum rasio antara jantan betina adalah 1 : 0.93Ukuran pertama kaliPemijahan ikan terjadi dua kali dalam setahun, yakni bulan Juni – Agustus dan Desesember - Januari dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Desember sampai Januari di perairan antara Tj. Simaya sampai dengan Tj. Juata. Tipe pemijahan ikan pepija bersifat total spawning dengan nilai fekunditas berkisar antara 3.659 – 72.847 butir. Untuk dapat mempertahankan dan kemudian memulihkan stok sumberdaya ikan pepija di perairan Pulau Tarakan yang sudah mengalami tangkap lebih maka harus ada upaya pengelolaan. Upaya pengelolaan meliputi pengaturan musim dan daerah penangkapan ikan, pengaturan selektivitas alat tangkap, pelarangan penggunaan alat tangkap yang destruktif dan kuota penangkapan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76982
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015ala.pdf
  Restricted Access
27.48 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.