Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75330
Title: . Induksi Poliploidi Anggrek Bulan (Phalaenopsis Sp.) Menggunakan Kolkisin Pada Organ Generatif Dan Protocorm
Authors: Sukma, Dewi
Aziz, Sandra Arifin
Syukur, Muhamad
Azmi, Tubagus Kiki Kawakibi
Issue Date: 2015
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Spesies anggrek bulan (Phalaenopsis sp.) memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai varietas anggrek bulan komersial, salah satunya melalui induksi poliploidi. Poliploid telah diketahui memberikan banyak manfaat dalam perbaikan karakter berbagai tanaman, terutama yang berhubungan dengan sifat gigantisme. Bunga anggrek bulan merupakan salah satu aspek penting yang sering menjadi perhatian pemulia dan petani anggrek. Salah satu karakter penting yang diinginkan dari anggrek bulan adalah ukuran bunga yang besar. Hal itulah yang melatarbelakangi usaha perbaikan karakter spesies anggrek bulan melalui induksi poliploidi menggunakan kolkisin. Perbaikan karakter pada anggrek bulan diprioritaskan pada beberapa anggrek bulan spesies penting yang sering digunakan sebagai tetua persilangan, diantaranya adalah Phalaenopsis amabilis dan P. gigantea. Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Indonesia sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Umumnya P. amabilis digunakan sebagai tetua persilangan untuk menghasilkan hibrida dengan bunga besar putih, sedangkan P. gigantea digunakan sebagai tetua untuk menghasilkan hibrida novelti. Induksi poliploidi pada kedua spesies tersebut diarahkan untuk menghasilkan spesies dengan karakter bunga unggul yang dapat digunakan sebagai tetua persilangan ataupun spesies unggul komersial. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari beberapa aspek penting dan menghasilkan teknik yang efektif dan efisien dalam poliploidisasi anggrek bulan menggunakan kolkisin. Tiga jenis organ generatif P. amabilis yaitu bunga setelah penyerbukan, kuncup bunga, dan spike, serta protocorm P. gigantea, digunakan pada percobaan yang terpisah secara pararel sebagai bahan untuk perlakuan kolkisin pada berbagai konsentrasi. Kisaran konsentrasi yang digunakan untuk perlakuan kolkisin pada organ generatif P . amabilis adalah 0-2000 mg L-1, sedangkan pada protocorm P. gigantea adalah 0-100 mg L-1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin yang tinggi menghambat pekembangan ketiga jenis organ generatif P. amabilis dalam menghasilkan buah anggrek sampai pada perkecambahan biji. Regenerasi protocorm P. gigantea dalam membentuk planlet juga terhambat pada konsentrasi kolkisin yang lebih tinggi. Dua percobaan yang dilakukan sampai pada tahapan yang cukup lengkap, yaitu perlakuan kolkisin pada bunga setelah penyerbukan dan kuncup bunga P. amabilis, menunjukkan potensinya yang besar dalam menghasilkan planlet poliploid. Hasil skrining secara morfologi terhadap planlet, baik perlakuan kolkisin pada bunga setelah penyerbukan dan kuncup bunga menunjukkan bahwa tipe planlet diduga poliploid (DP) berbeda nyata dengan planlet kontrol diploid berdasarkan uji kontras. Beberapa karakter planlet yang berbeda secara nyata diantaranya basal organ of the protocorm (BOP), daun, dan akar, serta perlakuan kolkisin pada bunga setelah penyerbukan, terdapat perbedaan densitas stomata. Persentase jumlah tipe planlet DP tertinggi, yaitu sebesar 92.8% dari perlakuan kolkisin pada bunga setelah penyerbukan diperoleh pada konsentrasi 500 mg L-1, sedangkan dari perlakuan kolkisin pada kuncup bunga yang diserbuki sendiri, sebanyak 100.0% dari konsentrasi 1000 mg L-1. Pengujian jumlah kromosom dari ujung akar secara sitologi terhadap tipe planlet DP dari perlakuan kolkisin pada bunga setelah penyerbukan dengan konsentrasi 500 mg L-1 menunjukkan bahwa keseluruhan dari tipe planlet DP adalah planlet tetraploid (100.0%). Diduga terdapat perbedaan mekanisme polipoidisasi dari setiap perlakuan kolkisin pada organ generatif. Perlakuan kolkisin pada bunga setelah penyerbukan menghasilkan planlet tetraploid melalui induksi poliploid pada proses pembentukan zigot ataupun embrio. Perlakuan kolkisin pada kuncup bunga diduga menghasilkan planlet poliploid melalui fertilisasi antara dua gamet poliploid. Kemungkinan pembentukan gamet jantan yang dihasilkan adalah gamet diploid atau gamet tetraploid, sedangkan kemungkinan gamet betina yang terbentuk adalah gamet diploid. Berdasarkan kondisi tersebut akan diperoleh planlet dengan dua kemungkinan tingkat ploidi, yaitu tetraploid melalui penggabungan gamet jantan dan betina yang diploid, atau planlet heksaploid melalui penggabungan gamet jantan tetraploid dan gamet betina diploid.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75330
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015tkk.pdf
  Restricted Access
Fulltext23.71 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.