Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75255
Title: Kajian Kandungan Tetrodotoksin Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) dari Perairan Kabupaten Cirebon.
Authors: Nurjanah
Suwandi, Ruddy
Pratama, Ginanjar
Issue Date: 2015
Abstract: Ikan buntal pisang diketahui memiliki racun yang tinggi pada jaringan otot dan kulitnya, tetapi masyarakat nelayan di Kabupaten Cirebon mengonsumsi daging ikan ini. Menurut mereka ikan buntal pisang beracun pada bagian jeroannya dan bukan pada daging atau kulitnya. Racun dari ikan buntal pisang dikenal dengan nama tetrodotoksin. Tetrodotoksin bersifat eksogenus sehingga pada tiap perairan berbeda kadar racunnya. Penyebab berbedanya kandungan tetrodotoksin pada tiap spesies adalah jenis makanan, musim, ukuran, habitat dan bagian ikan buntal itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi penangkapan dan identifikasi jenis makanan ikan buntal pisang, menganalisis kandungan gizi dan senyawa aktif pada ikan buntal pisang, serta menentukan toksisitas secara in vitro dan in vivo dari tiga bagian tubuh ikan buntal pisang (daging, kulit dan jeroan). Wilayah penangkapan ikan buntal pisang yang dilakukan terletak pada posisi 108˚42’41” - 108˚45’19” BT dan 6˚44’59” - 6˚45’49” LS, dengan ukuran 10-13 cm pada bulan Juli. Jenis makanan yang didapatkan dari usus ikan buntal pisang yaitu ikan pepetek, cumi-cumi, serasah dan unidentified. Rendemen pada ikan buntal pisang meliputi daging 37,80%, tulang 45,71%, jeroan 7,25% dan kulit 9,23%. Kandungan protein pada daging, kulit dan jeroan memiliki nilai yang tinggi berdasarkan basis kering. Hasil uji fitokimia dari ekstrak daging terdeteksi alkaloid dan karbohidrat. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan tetrodotoksin diduga terdapat pada daging ikan buntal pisang, karena senyawa tetrodotoksin memiliki gugus guanidium yang terindikasi dari alkaloid dan gugus glikosida yang terindikasi dari molisch. Pengujian toksisitas in vitro menggambarkan ekstrak daging, jeroan dan kulit dari ikan buntal pisang tidak toksik, karena nilai LC50nya lebih dari 1000 ppm. Pengujian toksisitas akut dilakukan menggunakan tikus jantan dan betina galur Sprague Dawley, dengan perlakuan penambahan ekstrak daging, jeroan dan kulit dengan dosis masing-masing ekstrak 5, 10, 15 dan 20 g/kg. Pengamatan yang dilakukan dari semua perlakuan menggambarkan parameter fisik, pertumbuhan bobot tikus dan organ dalam yang normal. Hasil histopatologi hati tidak terindikasi adanya simtom sehingga bisa disimpulkan bahwa ikan buntal pisang dengan ukuran 10-13 cm yang ditangkap pada bulan Juli di perairan Kabupaten Cirebon aman untuk di konsumsi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75255
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015gpr.pdf
  Restricted Access
Fulltext19.04 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.