Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75246
Title: Kelelawar Pemakan Buah (Megachiroptera, Pteropodidae) Dari Gunung Bawakaraeng Sulawesi Selatan
Authors: Suryoborto
Maryanto, Ibnu
Yusti, Ellena
Issue Date: 2015
Abstract: Kelelawar pemakan buah (Megachiroptera, Pteropodidae) berperan penting dalam ekosistem sebagai penyebar biji dan polinator, umumnya ditemui di wilayah perkebunan, hutan primer dan hutan sekunder. Keanekaragaman kelelawar pemakan buah dipengaruhi oleh sumber pakan, tipe habitat, ketinggian dan faktor-faktor lingkungan, yaitu curah hujan, angin, fase bulan yang mempengaruhi aktivitas kelelawar dan jumlah individu yang tertangkap. Penelitian kelelawar pemakan buah (Megachiroptera, Pteropodidae) di kawasan Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan bertujuan untuk mengetahui komposisi spesies, termasuk kategori umur dan status reproduksi kelelawar betina, keanekaragaman jenis kelelawar pemakan buah dan preferensi habitat di berbagai tipe habitat, serta untuk mengetahui pengaruh dari fase bulan terhadap jumlah individu yang tertangkap. Sebanyak 265 individu kelelawar pemakan buah didapatkan dengan menggunakan perangkap jaring kabut (mist net) pada lima tipe habitat yang berbeda, yaitu hutan sekunder (1200 m dpl), perkebunan campuran (1453 m dpl), hutan pinus (1545 m dpl), hutan primer (2000 m dpl) dan gua (2200 m dpl) di kawasan Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan. Kelelawar pemakan buah yang didapatkan terbagi atas tujuh genus yang meliputi 10 spesies dengan kurva estimasi menunjukkan 12 spesies yang berarti dua spesies belum tertangkap. Komposisi kelelawar yang tertangkap meliputi Boneia bidens (159 individu; 60%), Thoopterus suhaeniahae (50 individu, 18.86 %), Rousettus celebensis (21 individu; 7.95%), Thoopterus nigrescens (11 individu; 4.16%), Eonycteris spelaea (9 individu; 3.40%), Rousettus amplexicaudatus (6 individu; 2.27%), Dobsonia viridis (4 individu; 2.27%), Styloctenium wallacei (2 individu; 0.75%), Dobsonia exoleta (2 individu; 0.75%) and Cynopterus luzonensis (1 individu; 0.37%). Analisis keanekaragaman Shannon-Wiener menunjukkan nilai tertinggi di perkebunan campuran (1453 m asl) (H=1.80), sedangkan nilai terendah di hutan pinus (1545 m dpl) (H=0.32). Nilai indeks dominansi tertinggi di perkebunan campuran (1453 m dpl) (D=0.77) dan nilai dominansi terendah di hutan pinus (1545 m dpl) (D=0.18). Komponen analisis utama menunjukkan hubungan antara spesies dan tipe habitat. T. suhaniahae berkorelasi dengan tipe habitat terganggu, yaitu perkebunan campuran (1453 m dpl) dan hutan pinus (1545 m dpl), sementara itu T. nigrescens berkorelasi dengan hutan pinus (1545 m dpl). B. bidens berkorelasi dengan tipe habitat hutan primer dengan aliran sungai (2200 m dpl) dan R. celebensis berkorelasi dengan hutan sekunder (1200 m dpl). Berdasarkan fase bulan, keseluruhan spesies ditemukan pada fase bulan baru, bulan sabit, bulan setengah, bulan cembung dan bulan purnama. B. bidens merupakan spesies yang ditemukan pada fase bulan purnama, namun dengan jumlah individu yang sedikit.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75246
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015eyu.pdf
  Restricted Access
Fulltext14.72 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.