Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75216
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorWardiatno, Yusli
dc.contributor.advisorYulianda, Fredinan
dc.contributor.authorYunitha, Alpinina
dc.date.accessioned2015-05-21T07:09:36Z
dc.date.available2015-05-21T07:09:36Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75216
dc.description.abstractPeningkatan emisi karbon berasal dari aktivitas membakar lahan, asap pabrik dan kendaraan bermotor. Peningkatan ini mengakibatkan terjadinya pemanasan global selanjutnya terjadi perubahan iklim. Diperlukan usaha meminimalkan dampak dari perubahan iklim tersebut. Terkait dengan kondisi ini, diketahui bahwa laut dan pesisir memiliki kemampuan dalam mengurangi emisi karbon dengan menyerap dan menyimpan karbon. Salah satu ekosistem yang memiliki kemampuan menyerap karbon adalah ekosistem lamun. Lamun merupakan tumbuhan yang hidup di wilayah pesisir, memiliki peranan ekologi yang sangat penting dalam siklus kehidupan ekosistem pesisir yaitu sebagai produsen primer, habitat lamun seringkali dijadikan tempat asuhan bagi ikan-ikan kecil, mencari makan serta tempat perlindungan bagi ikan ataupun biota lain. Peranan penting lamun lainnya dalam menjaga kestabilan pantai adalah sebagai peredam arus. Oleh karena itu habitat lamun juga seringkali disebut sebagai pondasi pesisir. Pada umumnya lamun hidup pada tiga habitat yang terdapat di pesisir yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang. Masing-masing habitat akan mempengaruhi keberadaan lamun sesuai dengan karakteristik habitat, perbedaan meliputi kepadatan dan biomassa lamun. Perbedaan keberadaan lamun juga akan membedakan kemampuan lamun dalam melakukan penyerapan karbon. Penelitian ini dilakukan di pesisir Desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada bulan April 2014 dengan menggunakan tiga stasiun dengan masing-masing ulangan sebanyak tiga kali. Tiga stasiun meliputi stasiun A (habitat mangrove), B (habitat lamun) dan C (habitat terumbu karang). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengukur kandungan C-organik yang terdapat pada lamun berdasarkan habitat dan jenis lamun. Terdapat enam jenis lamun yang ditemukan selama penelitian di pesisir Desa Bahoi. Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama pencirian parameter pada masing-masing stasiun tidak berdasarkan kuantitas melainkan konsistennya suatu parameter, kepadatan lamun dicirikan oleh kandungan C-org hanya terdapat pada jenis T. hemprichii yang terdapat pada stasiun A. Secara keseluruhan berdasarkan habitat, maka habitat mangrove merupakan habitat dengan kandungan C-org tertinggi.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcAgricultureen
dc.subject.ddcSeagrassen
dc.subject.ddc2014en
dc.subject.ddcMinahasa Utara-Sulawesi Utaraen
dc.titleKandungan C-organik pada Lamun Berdasarkan Habitat dan Jenis Lamun di Pesisir Desa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utaraen
dc.subject.keywordC-organiken
dc.subject.keywordDesa Bahoien
dc.subject.keywordhabitaten
dc.subject.keywordlamunen
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015ayu.pdf
  Restricted Access
Fulltext15.28 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.