Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75194
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorAdhi, Andriyono Kilat
dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.authorTiominar, Agatha Kinanthi
dc.date.accessioned2015-05-20T07:56:14Z
dc.date.available2015-05-20T07:56:14Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75194
dc.description.abstractBeras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Data menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai 102.87 kg/kapita/tahun. Dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa dan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1.49 persen/tahun, kebutuhan beras nasional mencapai 41.4 juta ton/tahun yang terdiri dari 33.5 juta ton beras untuk konsumsi dan 7.9 juta ton untuk cadangan beras nasional. Di sisi lain, produksi padi di Indonesia belum stabil menopang kebutuhan beras nasional yang terus meningkat. Hal ini terindikasi dari volume dan nilai impor beras yang masih tinggi, yakni sebanyak 1 927 563 ton dan 1 006 973 090 US $ pada tahun 2012. Salah satu usaha pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras impor adalah dengan meningkatkan produksi beras domestik melalui penyaluran teknologi kepada pada petani padi. Teknologi yang disalurkan adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani padi. Teknologi PTT padi terdiri dari 13 komponen teknologi yang diciptakan untuk meningkatkan produksi padi sawah melalui efisiensi penggunaan input produksi dengan memperhatikan penggunaan sumberdaya alam secara bijak. Penyaluran teknologi PTT melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu sebagai bagian dari Program Peningkatan Produksi Bears Nasional (P2BN) telah belangsung dari tahun 2008, namun berbagai hasil evaluasi dan penelitian terhadap keberlangsungan program menunjukkan bahwa tingkat penerapan teknologi PTT masih bervariasi di kalangan petani serta belum memberikan peningkatan hasil produksi padi yang optimal. Oleh karena itu, perlu dikaji secara lebih lanjut mengapa terjadi tingkat penerapan teknologi PTT yang bervariasi serta dampaknya terhadap produksi usahatani padi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengukur tingkat penerapan teknologi PTT padi, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT pada usahatani padi, dan 3) menganalisis pengaruh tingkat penerapan teknologi PTT terhadap peningkatan produksi usahatani padi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur dengan sampel sebanyak 62 petani padi di Kecamatan Gekbrong dan Warungkondang yang telah mengikuti program bantuan SLPTT. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2014, di mana data yang diperoleh merupakan data cross section yang dianalisis menggunakan metode scoring, model regresi linear berganda, serta fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen teknologi yang memiliki persentase tingkat penerapan yang paling tinggi oleh seluruh petani sampel adalah benih Varietas Unggul Baru (VUB) sebesar 97.58 persen, sedangkan komponen teknologi dengan persentase tingkat penerapan yang paling rendah adalah jarak tanam jajar legowo 2 sebesar 43.55 persen. Penerapan paket teknologi PTT secara keseluruhan dalam usahatani padi di Kabupaten Cianjur belum optimal. Hal ini dapat terindikasi dari sebaran tingkat penerapan teknologi PTT oleh para petani yang sebagian besar termasuk dalam kelompok sedang dengan tingkat penerapan teknologi berkisar antara 36.1 – 54, dengan persentase sebanyak 85.48 persen dari seluruh petani sampel. Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi belum optimalnya tingkat penerapan teknologi PTT oleh petani. Berdasarkan hasil pendugaan parameter model faktor-faktor yang memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT, faktor yang berpengaruh nyata pada taraf α 5 persen adalah intensitas keiikutsertaan petani dalam pertemuan SLPTT dengan nilai dugaan 5.887 dan jumlah pelatihan pertanian di luar SLPTT yang diikuti petani dengan nilai dugaan 4.802. Adapun pada taraf α 15 persen, faktor yang berpengaruh nyata adalah dummy status pekerjaan petani dengan nilai dugaan sebesar 3.427. Tingkat penerapan teknologi PTT yang belum optimal berdampak pada produksi padi. Hal ini dapat terindikasi dari model dugaan faktor-faktor produksi usahatani padi di Kabupaten Cianjur yang menunjukkan bahwa tingkat penerapan teknologi PTT tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi pada taraf α 10 persen. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi adalah pupuk NPK Phonska dengan nilai dugaan 0.012 dan pupuk urea dengan nilai dugaan 0.017 pada taraf α 10 persen, dan lahan dengan nilai dugaan 0.748 pada taraf α 1 persen. Untuk meningkatkan penerapan teknologi PTT padi ke depannya, pemerintah melalui penyuluh lapang, bekerja sama dengan pengurus kelompok tani perlu meningkatkan motivasi petani dalam mengikuti pertemuan SLPTT. Dengan tingkat penerapan teknologi PTT yang optimal, maka diharapkan dapat berpengaruh signifikan dan positif terhadap peningkatan produksi padi yang hasilnya dapat bermanfaat bagi petani.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcAgricultural economicsen
dc.subject.ddcAgribusinessen
dc.subject.ddc2014en
dc.subject.ddcCianjur-Jawa Baraten
dc.titlePenerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam Peningkatan Produksi Usahatani Padi di Kabupaten Cianjuren
dc.subject.keywordproduksien
dc.subject.keywordteknologi PTTen
dc.subject.keywordtingkat penerapanen
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015akt.pdf
  Restricted Access
Fulltext29.41 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.