Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74101
Title: Analisis Keberlanjutan Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur
Authors: Chozin, Muhamad Achmad
Dadang
Putri, Eka Intan Kumala
Waryanto, Budi
Issue Date: 2015
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Bawang merah merupakan komoditas penting bagi sebagian besar petani di Indonesia. Sentra produksi bawang merah Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa. Kabupaten Brebes di Jawa Tengah merupakan sentra bawang merah terbesar di Indonesia yang memberikan kontribusi sebesar 23 persen. Selanjutnya diikuti Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur, dimana produksi bawang merahnya memberikan kontribusi sebesar 12.08 persen terhadap produksi nasional. Usaha tani bawang merah di Indonesia masih menghadapi banyak kendala di dalam negeri, di antaranya ancaman konversi lahan, harga bibit berkualitas mahal dan belum optimalnya penggunaan input produksi. Kendala lain yaitu harga jual berfluktuasi, tingkat pengetahuan petani dan akses petani ke lembaga pemerintah maupun lembaga keuangan masih rendah dan tidak kalah pentingnya adalah ancaman faktor iklim yang sulit dikendalikan. Pada skala global tantangan yang dihadapi adalah gencarnya kampanye untuk mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan, seperti dituangkan pada Agenda-21, sehingga usaha tani bawang merah juga harus menyesuaikannya. Berdasarkan potensi usaha tani bawang merah yang masih terbuka dan pada sisi lain masih adanya kendala usaha tani, maka telah dilakukan penelitian di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah, analisis efisiensi teknis (ET), efisiensi alokatif (EA) dan efisiensi ekonomi (EE), serta analisis daya saing, 2) melakukan analisis efisiensi lingkungan, 3) melakukan analisis persepsi petani terhadap pertanian berkelanjutan dan (4) menghitung indek keberlanjutan. Survei dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2013. Regresi stochastic frontier Cobb-Douglas digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi fakor-faktor yang mempengaruhi produksi. Hasil analisis menunjukkan enam variabel faktor produksi yaitu luas lahan (X1), penggunaan bibit (X2), penggunaan pupuk NPK (X3), penggunaan pupuk organik (X4), penggunaan tenaga kerja (X5) dan penggunaan pestisida (X6), semuanya berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel dependen produksi bawang merah. Dari keenam faktor produksi tersebut, penggunaan bibit memiliki nilai elastisitas tertinggi yaitu sebesar 0.2822. Hasil perhitungan return to scale diperoleh nilai 1.0457, sehingga usaha tani bawang merah pada penelitian ini dikatagorikan Constant Return to Scale (CRS). Peluang untuk meningkatkan produksi masih terbuka, namun harus selektif dalam memilih faktor produksi yang digunakan agar kondisi CRS tidak berubah menjadi Decrease Return to Scale/DRS. Berdasarkan analisis ET diketahui peluang peningkatan produksi adalah sebesar 20.18 persen. Nilai ET yang diperoleh dari hasil analisis adalah 0.808, artinya usaha tani bawang merah telah efisien secara teknis. Walaupun telah mencapai tingkat efisiensi teknis, namun efisiensi ekonomi belum tercapai, yaitu ditunjukkan dari nilai EE hanya sebesar 0.509. Rendahnya nilai EE karena nilai EA juga rendah yaitu hanya sebesar 0.639. Untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomi, maka nilai EA harus dinaikkan dengan cara menghemat biaya penggunaan faktor produksi sebesar 34.66 persen. Prioritas utama penghematan biaya produksi dapat dilakukan melalui inovasi teknologi benih yang dikenal dengan istilah Thrue Sallot Seed/TSS. Penggunaan TSS selain menghemat biaya juga berpotensi untuk mendapatkan produksi lebih tinggi dibandingkan bibit yang berasal dari umbi. Tingkat efisiensi ekonomi yang belum tercapai juga tercermin dari analisis lain menggunakan metode Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil analisis PAM menunjukkan usaha tani bawang merah pada penelitian ini belum memiliki tingkat keunggulan komparatif, karena nilai Domestic Resource Cost Ratio/DRCR sebesar 1.12. Dapat diartikan bahwa penggunaan biaya domestik untuk memproduksi satu satuan bawang merah oleh petani lebih tinggi 12 persen dibanding bila mengimpor satu satuan produk yang sama. Petani belum bisa bersaing dengan produsen yang sama dari negara lain. Selain keberlanjutan aspek ekonomi, analisis keberlanjutan aspek lingkungan merupakan bagian penting dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Analisis efisiensi lingkungan (EEnv) yang diturunkan dari persamaan regresi stochastic frontier translog digunakan sebagai alat evaluasi keberlanjutan dengan variabel penciri yaitu kelebihan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida yang terlalu tinggi berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan petani dan masyarakat di sekitarnya. Nilai EEnv sebesar 0.5674, masih di bawah nilai batas sebesar 0.8, sehingga dapat disimpulkan usaha tani bawang merah belum efisiensi dilihat dari aspek lingkungan. Rendahnya EEnv tercermin dari fakta penelitian yang menunjukkan masih banyak petani menyemprot pestisida dengan frekuensi sebanyak 12 kali dalam satu periode penanaman bawang merah, bahkan ada sebagian petani yang menyemprot 18 kali. Untuk meningkatkan efisiensi lingkungan maka penggunaan pestisida dapat dikurangi dan diarahkan untuk meningkatkan penggunaan metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan PHT sangat memungkinkan untuk diterapkan, karena 99.39 persen petani telah memahami penggunaan metode PHT. Analisis aspek sosial dilihat dari karakteristik responden dan persepsi mereka terhadap pertanian berkelanjutan memperlihatkan: petani bawang merah memiliki karakteristik berpendidikan rendah, rata-rata masuk usia produktif, sebagian besar sudah masuk anggota kelompok tani, namun hanya sedikit yang memiliki akses ke penyuluh pertanian yaitu hanya 39.11 persen. Walapun berpendidikan rendah, namun pengetahuan petani terhadap pertanian berkelanjutan sangat baik. Tingginya tingkat pengetahuan tersebut, dikarenakan peranan sumber informasi utamanya dari petani lain dan keluarga, baru kemudian penyuluh. Didasari pengetahuan yang baik, maka persepsi mereka terhadap pertanian berkelanjutan juga dikatagorikan baik. Secara umum petani mempersepsikan “penting” terhadap pertanian berkelanjutan, dan mereka berkeinginan untuk mengimplementasikannya. Hasil analisis keberlanjutan khususnya aspek ekonomi dan lingkungan melalui pendekatan efisiensi seperi diuraikan sebelumnya, sejalan dengan analisis indek keberlanjutan. Jika efisiensi ekonomi dan lingkungan disimpulkan belum tercapai, begitu pula dilihat dari indek keberlanjutan untuk aspek ekonomi nilainya sebesar 0.55 dan aspek lingkungan sebesar 0.56. Lain halnya untuk indek keberlanjutan aspek sosial, nilainya sebesar 0.69. Secara keseluruhan nilai indek gabungan dari aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dikatagorikan “sedang” dengan nilai 0.6. Berdasarkan pendekatan analisis yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan keberlanjutan usaha tani bawang merah belum tercapai, yaitu dicerminkan dari efisiensi ekonomi dan efisiensi lingkungan yang masih rendah. Untuk mencapai tingkat keberlanjutan usaha tani, perlu dilakukan perbaikan melalui inovasi teknologi input produksi seperti penggunaan TSS, pengurangan pestisida dan meningkatkan penggunaan PHT dalam mengendalikan serangan hama dan penyakit dan revitalisasi peran penyuluh pertanian. Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan dukungan kebijakan baik oleh pemerintah daerah maupun pusat.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74101
Appears in Collections:DT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015bwa.pdf
  Restricted Access
Fulltext57.43 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.