Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73010
Title: Kepemimpinan Perempuan Dalam Gerakan Hijau Di Indonesia
Authors: Wahyuni, Ekawati Sri
Adiwibowo, Soeryo
Susianah
Issue Date: 2014
Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menganalisis sejauh mana SIKIB dan Muslimat NU yang terlibat dalam gerakan penanaman pohon dapat digolongkan sebagai bagian dari gerakan hijau; (2) menganalisis gerakan menanam pohon yang dilakukan oleh SIKIB dan Muslimat NU serta faktor-faktor sosial yang mempengaruhinya merupakan aksi kesadaran terhadap developmentalism atau reaksi simbolis-politik; dan (3) menganalisis peran kepemimpinan perempuan (SIKIB dan Muslimat NU) dalam gerakan penanaman pohon. Jenis penelitian ini adalah studi kasus kepemimpinan perempuan dalam gerakan menanam pohon Organisasi SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) dan organisasi Muslimat NU. Pengumpulan data kualitatif diperoleh dengan dua cara yakni pertama penelitian kelembagaan dilakukan di Pimpinan Pusat Muslimat NU di DKI Jakarta, Pimpinan Cabang Muslimat NU Jombang Propinsi Jawa Timur dan SIKIB di Jakarta. Kedua, penelitian lapangan dilakukan di empat tempat yakni lahan gerakan tanam di Jombang, lahan gerakan tanam di Desa Tunjung Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, lahan gerakan tanam di Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang dan lahan gerakan tanam di desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo Propinsi Jogjakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011-Juli 2012. Penelitian ini melibatkan 31 orang informan dari jajaran Pimpinan Pusat Muslimat NU, pengurus SIKIB, LPPM UGM, Tenaga Pendamping Program Indonesia Hijau dan Desa Sejahtera Kulon Progo Jogjakarta, Kelompok Wanita Tani Desa Hargotirto Kulon Progo Jogjakarta, Ketua dan anggota Muslimat NU Jombang Jawa Timur, Pengurus KOWANI dan masyarakat yang terlibat dalam gerakan penanaman pohon Muslimat NU dan SIKIB. Hasil penelitian ini memperlihatkan gerakan hijau saat ini menjadi isu utama dalam kehidupan sehari-hari selain isu HAM dan demokratisasi. Gerakan hijau menjadi gerakan rakyat karena gerakan ini dipandang sebagai gerakan sadar umat manusia terhadap bahaya ekspolitasi lingkungan. Namun di balik pemikiran tersebut, kelompok kritis melihat gerakan hijau sebagai gerakan politik Negara barat yang saat ini tengah terancam adanya bahaya pemanasan global dan berharap Negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki hutan luas dapat berkontribusi dalam mencegah bahaya perubahan iklim tersebut. Kaum perempuan dianggap sebagai kelompok strategis dalam upaya mencapai target pelestarian lingkungan karena secara gender dekat dengan alam sekitarnya, banyak menghabiskan waktunya di ladang, sawah dan menjadi penopang kebutuhan pangan keluarga. Organisasi Muslimat NU dan SIKIB didirikan dengan tujuan berbeda, memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan kepemimpinan laki-laki di organisasi induk masing-masing organisasi tersebut. Muslimat NU didirikan oleh organisasi Nahdlatul Ulama. Tujuan berdirinya Muslimat NU adalah untuk mengoptimalkan peran Ibu dalam ikut mentradisikan ajaran Islam ahlussunnah wal jama‟ah. SIKIB didirikan oleh Ani Yudhoyono dengan tujuan Mensukseskan program Kabinet Indonesia Bersatu. Muslimat NU dan SIKIB sejak berdirinya tidak memfokuskan bidang gerakannya hanya pada gerakan hijau. ii Muslimat NU memiliki struktur dari tingkat pusat sampai tingkat desa sedangkan SIKIB hanya ada di tingkat pusat, tidak memiliki hierarkhi kepengurusan sampai tingkat desa. Muslimat NU memiliki anggota atau pengikut sedangkan SIKIB tidak beranggota. Sistem rekrutmen kepemimpinan dalam Muslimat NU berdasarkan pada sistem kekerabatan melalui hubungan antar keluarga pesantren, keluarga pengurus NU, saudara dan sistem kaderisasi melalui IPPNU, Fatayat NU dan PMII Putri. SIKIB tidak memiliki sistem rekrutmen kepemimpinan. Kepengurusan SIKIB melekat dengan jabatan suami dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu. Perbedaan sistem rekrutmen kepemimpinan, keanggotaan dan struktur organisasi antara Muslimat NU dengan SIKIB membawa dampak pada perbedaan gaya kepemimpinan dalam gerakan penanaman pohon di Indonesia. Muslimat NU menggunakan kekuatan strukturnya dari pusat sampai tingkat desa (pengurus ranting). Kepemimpinan SIKIB yang tidak memiliki anggota dan struktur kepengurusan di tingkat bawah, dalam menjalankan program penanaman pohon (di lokasi penelitian ini) bekerjasama dengan LPPM UGM, Pemda Kabupaten Kulon Progo Jogjakarta, Kelompok Wanita Tani (KWT) dan dunia usaha. Kepemimpinan dalam penanaman pohon SIKIB tersebut memperlihatkan betapa besarnya kekuasaan (power) yang dimiliki oleh pemimpin meskipun tidak memiliki otoritas (kewenangan) atas pribadi atau kelompok yang dipimpin. SIKIB juga memperlihatkan dengan tegas posisinya dalam koridor kepemimpinan transaksional di mana kepemimpinan dijalankan berdasarkan transaksi antara pemimpin dengan pihak yang dipimpin. Kepemimpinan perempuan dalam penanaman pohon Muslimat NU dan SIKIB merupakan bagian dari reaksi simbolis-politis atas permasalahan pemanasan global yang telah menjadi isu dunia internasional sebagaimana dirumuskan dalam MDGs. Jadi dari sini terlihat bagaimana Muslimat NU secara organisatoris hanya memanfaatkan kekuatan naluri perempuan (anggota Muslimat NU) yang dekat dengan lingkungannya untuk mensukseskan program penanaman pohon Pemerintah. Muslimat NU sendiri beserta kekuatan strukturnya di desa-desa dimanfaatkan oleh Pemerintah untuk mensukseskan program pelestarian lingkungan. Dalam hal manfaat-memanfaatkan anggota masyarakat dalam gerakan penanaman pohon, jika Muslimat NU hanya memanfaatkan anggotanya (internal), SIKIB memanfaatkan pihak lain dan justru tidak hanya memanfaatkan namun juga melakukan “klaim” sepihak terhadap gerakan penanaman pohon yang dilakukan oleh pihak lain di luar SIKIB. Kepemimpinan Perempuan dalam Gerakan Hijau menuai konflik internal (konflik laten) baik itu kepemimpinan dalam Muslimat NU maupun SIKIB. Konflik laten dalam gerakan penanaman pohon di Muslimat NU berdampak pada program layanan pendidikan yang terwadai dalam Yayasan Pendidikan Muslimat NU (YPM NU). YPM NU mengalami kevakuman selama 4 tahun lamanya. Konflik laten dalam gerakan penanaman pohon SIKIB dengan organisasi yang tergabung dalam GPTP (Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara) berdampak pada kaburnya kepemilikan atas pohon yang telah ditanam. Konflik laten dalam SIKIB juga berdampak pola interaksi antar pemimpin dalam organisasi GPTP.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73010
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014sus2.pdf
  Restricted Access
Fulltext1.54 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.