Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71704
Title: Dampak Perubahan Harga terhadap Kinerja Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Indonesia: Analisis Model Multimarket.
Authors: Hakim, Dedi Budiman
Sinaga, Bonar Marulitua
Kariyasa, I Ketut
Umboh, Sintya J.K.
Issue Date: 2014
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging ditentukan oleh perubahan harga input (pakan) dan harga output (daging ayam ras). Perubahan harga pakan mempengaruhi alokasi input dan keputusan produksi peternak ayam ras pedaging. Perubahan harga pakan dipengaruhi oleh perubahan harga jagung, karena jagung merupakan bahan baku utama penyusun pakan. Meningkatnya harga jagung menyebabkan harga pakan meningkat, sehingga biaya produksi pakan menjadi lebih mahal. Jika harga jual daging ayam ras tetap, maka pendapatan peternak menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar jagung tidak dapat dipandang sebagai pasar tunggal yang berdiri sendiri, dimana kebijakan yang mempengaruhi pasar jagung akan berdampak terhadap pasar daging ayam ras. Selama tahun 2005-2011 harga jagung di tingkat konsumen, harga jagung impor, dan harga pakan ayam ras pedaging meningkat masing-masing sebesar 11.15, 12.14, dan 9.19 persen. Pada periode yang sama harga daging ayam ras meningkat sebesar 5.53 persen. Harga pakan ditentukan oleh industri pakan yang terintegrasi dengan perusahaan peternakan ayam ras pedaging. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dampak: (1) kenaikan harga jagung dan harga daging ayam ras terhadap kinerja usahatani jagung dan usaha peternakan ayam ras pedaging di Indonesia, (2) kombinasi kenaikan harga jagung, harga daging ayam ras, dan kebijakan penghapusan tarif impor jagung terhadap kinerja usahatani jagung dan usaha peternakan ayam ras pedaging di Indonesia, dan (3) perubahan marjin harga pakan antara perusahaan peternakan dan peternakan rakyat terhadap pendapatan rumahtangga peternak rakyat ayam ras pedaging di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis model multimarket yang dikembangkan dari Lundberg dan Kaya (2002) dan Stifel dan Randrianarisoa (2004). Terdapat 3 (tiga) kelompok pelaku usaha, yaitu: (1) perusahaan peternakan, (2) peternakan rakyat, dan (3) rumahtangga lainnya. Data yang digunakan yakni data harga, produksi, penggunaan input, konsumsi, dan pendapatan dari BPS dan Kementerian Pertanian, sedangkan untuk elastisitas menggunakan data hasil penelitian sebelumnya dari Sayaka et al (2007) dan Sugema dan Roy (2010). Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan harga jagung berdampak positif terhadap kinerja usahatani jagung (produktivitas, pangsa lahan, dan pendapatan), namun menyebabkan biaya memproduksi pakan menjadi lebih mahal karena jagung merupakan komponen terbesar, sehingga peternak mengurangi jumlah pembelian pakan yang mengakibatkan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging (produksi dan pendapatan) menurun. Kenaikan harga jagung juga menyebabkan permintaan jagung untuk konsumsi menurun. Meningkatnya produksi jagung dan berkurangnya permintaan jagung menyebabkan impor bersih jagung menurun. Kenaikan harga daging ayam ras menyebabkan peternak meningkatkan produksi, sehingga membutuhkan pakan lebih banyak. Kenaikan permintaan terhadap pakan menyebabkan permintaan jagung oleh pabrik pakan meningkat. Kondisi ini direspon petani jagung menggunakan input produksi lebih banyak (produktivitas meningkat) dan menanam jagung lebih banyak (mengurangi luas pertanaman padi), sehingga pada akhirnya menyebabkan produksi jagung meningkat. Namun demikian, kenaikan harga daging ayam ras menyebabkan permintaan daging ayam ras menurun. Kenaikan harga jagung dan daging ayam ras secara bersamaan menyebabkan produksi daging ayam ras meningkat, karena peternak lebih respon terhadap kenaikan harga daging ayam ras dibanding kenaikan harga jagung. Hal ini terutama terjadi pada perusahaan peternakan yang menerapkan manajemen integrasi vertikal. Di sisi lain, kenaikan harga jagung dan daging ayam ras menyebabkan konsumsi jagung dan daging ayam ras menurun. Kombinasi kenaikan harga daging ayam ras dan kebijakan penghapusan tarif impor jagung menyebabkan pendapatan peternak ayam ras pedaging meningkat, namun di sisi lain menyebabkan produksi jagung dalam negeri menurun dan menyebabkan impor bersih jagung meningkat. Kenaikan pendapatan ini terutama berasal dari meningkatnya produksi daging ayam ras dan harga daging ayam ras, serta kenaikan pendapatan dari usahatani padi yang dapat mengimbangi penurunan pendapatan dari usahatani jagung akibat harga jagung menurun. Penghapusan marjin harga pakan antara perusahaan peternakan dan peternakan rakyat direspon peternak rakyat dengan meningkatkan produksi daging ayam rasnya, sehingga menyebabkan pendapatan meningkat. Namun demikian, ketika marjin harga pakan dihapus menyebabkan menurunnya harga jagung dan petani jagung mengurangi produksi (produktivitas dan luas tanam jagung menurun), sehingga impor jagung bersih meningkat. Pada kondisi ini, petani lebih tertarik untuk menggantikan lahan jagungnya untuk tanaman padi. Untuk meningkatkan kinerja usahatani jagung, kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging, dan pendapatan rumahtangga peternak rakyat ayam ras pedaging dilakukan melalui: (1) penerapan teknologi produksi dan pasca panen jagung, (2) penerapan teknologi berbiaya rendah pada usaha peternakan rakyat dan sosialisasi pada masyarakat tentang pentingnya gizi berimbang, (3) kebijakan penghapusan tarif impor jagung, (4) segmentasi pasar daging ayam ras, dan (5) pembentukan koperasi peternak rakyat ayam ras pedaging.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71704
Appears in Collections:DT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014sik.pdf
  Restricted Access
Fulltext41.78 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.