Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71131
Title: Evaluasi dan Arahan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Gunungapi Salak dan Sekitarnya Berbasis Bahaya Vulkanik
Authors: Tjahjono, Boedi
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Muhardi, Rusdi
Issue Date: 2014
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Tata ruang yang terintegrasi dengan upaya mitigasi bencana sangatlah penting diterapkan, terutama di Indonesia yang memiliki 129 gunungapi aktif. Salah satu gunungapi aktif tersebut adalah Gunungapi Salak, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan geomorfologi, dengan tujuan mengidentifikasi bentuklahan/geomorfologi Gunungapi Salak dan wilayah di sekitarnya, menganalisis bahaya vulkanik, dan mengevaluasi tata ruang wilayah di sekitarnya. Dalam mengolah data, analisis yang digunakan adalah (1) interpretasi bentuklahan dengan metode pengamatan visual pada DEM ASTER, (2) analisis bahaya vulkanik berdasarkan asumsi dan indikator bahaya, bentuklahan, serta data pembanding terhadap kasus-kasus letusan gunungapi lainnya, (3) analisis tipologi, dengan melihat kaitan bahaya vulkanik dengan pola ruang di wilayah sekitar Gunungapi Salak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Gunungapi Salak merupakan gunungapi yang mempunyai periode istirahat yang panjang, sehingga proses denudasi merupakan proses yang berperan cukup aktif membentuk perkembangan tubuh gunungapi tersebut. Bentuklahan kawah tua (tidak aktif) terdapat pada salah satu lereng puncak, sedangkan kawah aktif aktual berada di lereng tengah. Hal ini menunjukkan bahwa pusat aktivitas Gunungapi Salak mengalami perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan titik aktivitas ini masih mungkin terjadi di waktu yang akan datang meskipun sulit untuk diprediksi. Pembacaan bentuklahan merupakan instrumen dalam proses identifikasi atau rekonstruksi letusan yang pernah terjadi pada masa lalu. Bentuklahan dapat dijadikan dasar dalam penilaian ancaman maupun sebaran bahaya vulkanik yang berpotensi terjadi di kemudian hari. Bahaya primer dengan tingkat ancaman tinggi merupakan kawasan yang berpotensi terkena dampak secara langsung dengan intensitas bahaya yang dapat meningkat seketika selama gunungapi meletus. Kawasan ini memiliki luas 35.51 km² dengan spesifikasi ancaman berupa bahaya jatuhan piroklastik (hujan abu vulkanik), aliran piroklastik, aliran lava, dan aliran gas beracun. Bahaya primer dengan tingkat ancaman sedang merupakan perluasan dari seluruh jenis bahaya primer namun mempunyai jarak yang lebih jauh terhadap pusat letusan atau berada pada lereng bawah kerucut vulkanik. Dari hasil analisis, luas kawasan ini mencapai 32.85 km². Beberapa faktor penting untuk tingkat ancaman bahaya vulkanik sedang ini adalah area yang terlanda jatuhan piroklastik dengan ukuran partikel 10 mm, 1 mm, dan 0.5 mm, perluasan dari sebaran gelombang dan aliran piroklastik ke semua arah pada lereng bawah kerucut vulkanik dengan kisaran elevasi 554 m dpl – 927 m dpl, perluasan aliran lava mencapai hingga lereng tengah kerucut vulkanik, serta perluasan sebaran gas beracun oleh karena tingginya faktor kontrol dari lembah yang dapat mencapai lebih dari radius 500 m atau hingga ujung lembah pada lereng bawah kerucut vulkanik. Dengan adanya indikasi tersebut, maka kawasan ini juga merupakan kawasan yang terlarang, dan harus steril dari aktifitas yang padat dan permanen. Bahaya primer dengan tingkat ancaman rendah merupakan perluasan dari bahaya hujan abu vulkanik dengan ukuran partikel ≤ 0.5 mm dengan pola arah distribusinya sesuai dengan arah angin dominan di Gunungapi Salak. Cakupan wilayah yang berpotensi dilanda bahaya vulkanik primer dengan tingkat ancaman rendah ini antara lain, Kecamatan Pamijahan, Leuwiliang, Cibungbulang, Tenjolaya, Ciampea, Dramaga, Tamansari, Ciomas, Cijeruk, Cigombong, Cicurug, dan Caringin, sedangkan yang masuk dalam wilayah perkotaan (Kota Bogor) adalah Kecamatan Bogor Barat, Bogor Tengah, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Utara, dan Tanah Sereal. Bahaya vulkanik primer dengan tingkat ancaman rendah ini dapat mencapai jarak yang sangat jauh dari sumber letusan. Kerusakan yang dapat ditimbulkan antara lain merusak dan meruntuhkan atap bangunan serta mencemari lingkungan. Dalam intensitas tertentu bahkan dapat melumpuhkan aktifitas sosial maupun ekonomi. Dari hasil analisis bahaya vulkanik sekunder (bahaya aliran lahar) menunjukkan bahwa Sungai Cikuluwung memiliki tingkat bahaya yang paling tinggi diantara sungai-sungai yang lain. Tingginya tingkat bahaya lahar pada Sungai Cikuluwung lebih disebabkan oleh faktor kedekatan jarak dengan sumber letusan yaitu Kawah Ratu sebagai penyedia material lahar. Kedekatan jarak merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingginya volume distribusi tefra pada DAS daerah proksimal, sehingga potensi lahirnya aliran lahar dengan volume besar menjadi tinggi yaitu sebesar 84.74 %. Kawasan yang masuk dalam tipologi primer tipe A umumnya merupakan kawasan hutan konservasi (78.93 %) yang tersebar pada lereng puncak kerucut vulkanik. Kawasan hutan konservasi ini merupakan bagian dari kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi lindung oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Peruntukan kawasan tersebut tampaknya sudah sesuai, karena kawasan yang ada pada tipologi ini merupakan kawasan yang akan terkena dampak secara langsung (bahaya tinggi). Tipologi kawasan bahaya vulkanik tipe B masih didominasi oleh kawasan hutan konservasi, yaitu seluas (80.48 %) yang tersebar pada lereng tengah kerucut vulkanik Gunungapi Salak. Tipologi kawasan bahaya vulkanik tipe C merupakan area yang berpotensi terdampak oleh hujan abu vulkanik dengan ukuran partikel ≤ 0.5 mm yang sebarannya berada di luar tipologi kawasan bahaya vulkanik tipe A dan tipe B. Kawasan ini umumnya lebih luas, bahkan dapat melebihi jarak radius wilayah penelitian yaitu 20 km. Penelitian ini merupakan tahapan awal terhadap proses penilaian risiko bencana untuk Gunungapi Salak. Penilaian lebih lanjut, khususnya terhadap penilaian elemen risiko lainnya seperti kerentanan dan kapasitas, perlu dilakukan guna mendapatkan suatu gambaran utuh mengenai potensi risiko yang dapat timbul apabila Gunungapi Salak meletus di kemudian hari. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan evaluasi dan arahan penyempurnaan rencana tata ruang bagi wilayah-wilayah di sekitar Gunungapi Salak.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71131
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014rmu.pdf
  Restricted Access
Fulltext360.35 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.