Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70885
Title: Penilaian Kesejahteraan Hewan pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dalam Atraksi Topeng Monyet di Bogor
Authors: Sudarnika, Etih
Latif, Hadri
Chandra, Helmayeni
Issue Date: 2014
Abstract: Atraksi topeng monyet adalah kesenian tradisional Indonesia dimana seekor monyet meniru tingkah laku manusia dengan dipandu pawang dan diiringi alat musik tradisional. Atraksi ini diprotes oleh beberapa lembaga sumberdaya manusia (LSM) di Indonesia karena dianggap melanggar kesejahteraan hewan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui karakteristik pawang topeng monyet; (2) mengetahui manajemen pakan, pemeliharaan, dan kesehatan monyet yang berperan dalam atraksi; (3) menilai praktek penerapan kesejahteraan hewan dalam atraksi; (4) mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi tingkat penerapan kesejahteraan hewan monyet ekor panjang dalam atraksi. Penelitian ini dilakukan di Bogor mulai Desember 2013 sampai dengan April 2014 dengan jumlah responden 8 orang. Hewan yang digunakan adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, indepth interview, dan observasi terhadap atraksi menggunakan perangkat checklist. Pembobotan checklist dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban “tidak” dan nilai 1 pada jawaban “ya”. Kesejahteraan dinilai baik jika nilai total indikator kesejahteraan hewan mencapai >34.5, sedang <23-34.5, dan buruk ≤23. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Asosiasi karakteristik pawang yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan monyet diuji dengan menggunakan uji chi-square (χ2). Berdasarkan hasil penelitian, 75% pawang berdomisili di Kabupaten Bogor, sisanya di Kota Bogor. Sebagian besar (62.5%) pawang berpendidikan rendah (lulus SD), sisanya berpendidikan sedang (lulus SMP). Pengalaman bekerja 87.5% pawang ≤10 tahun, sisanya >10 tahun. Sebagian besar pawang (75%) menjadikan pawang sebagai profesi utama, sisanya sebagai sampingan. Jika dibandingkan dengan gaji PNS golongan IB dengan masa kerja 9 tahun, rata-rata penghasilan harian pawang lebih besar. Lokasi atraksi 50% pawang di pinggir jalan raya, 50% lainnya di perkampungan. Setiap harinya, 87.5% pawang memulai atraksi di pagi hari dengan durasi <10 jam, sisanya memulai atraksi sore hari dengan total durasi ≥10 jam. Persentase pawang yang mengikuti organisasi khusus pawang adalah 62.5%. Tidak satu pun pawang pernah mendengar istilah kesejahteraan hewan dan setelah dijelaskan, 87.5% pawang berpendapat bahwa kesejahteraan hewan penting, sisanya menjawab tidak penting. Pakan dan minum yang disediakan di lokasi oleh 87.5% pawang berasal dari warung dan sisanya membawa dari rumah. Jenis pakan dan minum yang diberikan untuk monyet adalah nasi, mi instan, kerupuk, air putih, air teh, susu, dan lain-lain. Sebagian besar (87.5%) pawang tidak membawa kandang ke lokasi atraksi. Jika monyet tidak mengikuti perintah, maka sebagian besar pawang memilih untuk memarahi, memukul, dan membiarkannya saja. Jika ada yang menyakiti monyet, maka 75% pawang memilih untuk menegur pelaku dan menjauhkan monyet dari pelaku, sisanya memilih menegur pelaku saja. Ketika monyet sakit, pawang membiarkannya saja dan memberikan pengobatan seadanya. Vaksinasi terhadap tuberkulosis (TBC) pernah dilakukan oleh 87.5% pawang, pemberian suplemen makanan hanya diberikan oleh 12.5% pawang. Penilaian kesejahteraan hewan dibagi menjadi 5 aspek yang berhubungan dengan five freedoms of animal welfare. Aspek pertama adalah bebas dari rasa lapar dan haus yang terdiri dari 8 dasar penilaian. Dari 8 dasar penilaian, hanya 2 saja yang dipenuhi oleh seluruh pawang. Aspek kedua adalah bebas dari rasa tidak nyaman. Dari 9 dasar penilaian, hanya 4 dasar saja yang dapat dipenuhi oleh 87.5% pawang, lainnya hanya dipenuhi oleh ≤50% pawang. Aspek ketiga adalah bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit yang terdiri dari 15 dasar penilaian. Sepuluh dasar penilaian sudah dipenuhi oleh 100% pawang, sisanya hanya dipenuhi oleh ≤50% pawang. Aspek keempat adalah kebebasan mengeskpresikan tingkah laku alami. Dari 7 dasar penilaian, 5 dasar penilaian sudah dipenuhi oleh ≥75% pawang, lainnya tidak satupun pawang dapat memenuhinya. Aspek kelima adalah bebas dari rasa takut dan tertekan. Dari 7 dasar penilaian yang ditetapkan, hanya 2 saja yang dapat dipenuhi oleh ≥87.5% pawang, lainnya tidak dapat dipenuhi oleh satu orang pawang pun. Persentase penerapan kesejahteraan hewan dengan nilai tertinggi adalah aspek bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit sebesar 70%, yang terendah adalah aspek bebas dari rasa lapar dan haus sebesar 25%. Persentase penerapan aspek bebas dari rasa takut dan tertekan adalah 26.8%; aspek bebas dari rasa tidak nyaman 51.4%; dan aspek bebas mengekspresikan tingkah laku alami 59%. Jika persentase lima indikator ini dirata-rata, maka persentase penerapan kesejahteraan hewan keseluruhan sebesar 50%. Penilaian tingkat penerapan kesejahteraan hewan yang dilakukan pawang diperoleh dengan cara mengategorikan nilai observasi yang diperoleh menjadi tiga kategori. Penerapan aspek bebas dari rasa lapar dan haus serta aspek bebas dari rasa takut dan tertekan oleh 100% pawang berada di kategori buruk. Aspek bebas dari rasa tidak nyaman diterapkan dengan buruk oleh 50% pawang, sedang 25% pawang, dan baik 25% pawang. Aspek bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit diterapkan dengan tingkat sedang oleh 50% pawang, sisanya menerapkan dengan tingkat baik (37.5%) dan buruk (12.5%). Aspek bebas mengekspresikan tingkah laku alami diterapkan dengan tingkat sedang oleh 75% pawang, sisanya menerapkan dengan tingkat buruk. Jika dilihat secara keseluruhan, maka kategori penerapan kesejahteraan hewan oleh pawang adalah sedang (62.5% pawang) dan buruk (37.5% pawang). Karakteristik pawang yang diduga mempengaruhi tingkat penerapan kesejahteraan hewan pada penelitian ini tidak dapat dibuktikan karena terbatasnya jumlah responden. Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan monyet dalam atraksi topeng monyet di Bogor belum diterapkan sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penerapan indikator kesejahteraan hewan keseluruhan yang hanya mencapai 50% dan tidak adanya pawang yang menerapkan kesejahteraan hewan dengan kategori baik. Indikator kesejahteraan hewan yang paling buruk penerapan dan membutuhkan perhatian utama adalah aspek bebas dari rasa lapar dan haus serta aspek bebas dari rasa takut dan tertekan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70885
Appears in Collections:MT - Veterinary Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014hch.pdf
  Restricted Access
Fulltext16.19 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.