Pemanfaatan Abu batubara (Coal Ash) dan Bahan Humat sebagai Amelioran pada Lahan Reklamasi Bekas Tambang

Abstract

Abu batubara dan bahan humat merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai amelioran tanah pada lahan reklamasi bekas tambang. Abu batubara memiliki pH tinggi dan beberapa unsur hara sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat kimia tanah, seperti meningkatkan pH tanah dan meningkatkan unsur hara tersedia di dalam tanah. Bahan humat merupakan senyawa organik yang memiliki kapasitas tukar kation (KTK) tinggi dan diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelepasan unsur hara dari tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan aspek lingkungan dari abu batubara sebagai amelioran tanah, dan mengkaji pengaruhnya terhadap perbaikan sifat-sifat kimia tanah lahan bekas tambang, pertumbuhan tanaman reklamasi serta kadar hara di dalam daun tanaman Penelitian dilakukan di dua lokasi, yaitu: 1) percobaan rumah kaca di areal pembibitan, yang melibatkan dua faktor perlakuan: abu batubara dengan dosis 0, 200, dan 400 g /10 kg, dan bahan humat dosis 0; 2.42; dan 4.85 mg C/10 kg tanah; 2) percobaan lapang di lahan reklamasi bekas tambang menggunakan perlakuan yang sama: dosis abu batubara 0, 2.5, dan 5 kg /lubang tanam dan bahan humat dosis 0; 30.28, dan 60.56 mg C/lubang tanam. Bahan-bahan tersebut diaplikasikan pada dua jenis tanaman indikator, yaitu tanaman jabon putih (Anthocephalus chinensis) dan sengon jawa (Albizia chinensis) yang ditanam selama 12 minggu pada percobaan rumah kaca dan 20 minggu pada percobaan lapang. Analisis tanah meliputi pH, C-organik, N-total, P-tersedia, Ca, K, dan Mg dapat ditukarkan, KTK, serta kadar unsur mikro Fe dan Cu. Sementara untuk kadar hara di daun meliputi unsur hara P, Ca, Mg, K, dan unsur mikro Fe dan Cu. Pertumbuhan tanaman diamati dengan menghitung penambahan tinggi tanaman dan penambahan diameter batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu batubara memiliki nilai uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) masih di bawah baku mutu Standar Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 85 tahun 1999 dan berdasarkan United States Environmental Protection Agency (USEPA), sehingga layak secara lingkungan dan dapat digunakan sebagai bahan amelioran tanah. Pemberian abu batubara dan bahan humat berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, P-tersedia, dan K, Ca dan Mg dapat ditukarkan, serta KTK pada percobaan rumah kaca dan lapang pada kedua indikator tanaman. Pemberian abu batubara 80 ton/ha meningkatkan pH tanah dari pH 6.3 menjadi 8.2 pada percobaan rumah kaca tanaman jabon putih dan pada sengon jawa juga meningkat dari pH 5.9 menjadi 7.9. Pada percobaan lapang di lahan reklamasi bekas tambang pemberian abu batubara juga meningkatkan pH tanah dari 5.5 menjadi pH 8.0 pada tanaman jabon putih dan sengon jawa. Pemberian abu batubara dan bahan humat berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kadar C-organik baik pada percobaan rumah kaca maupun lapang, kecuali pada percobaan lapang tanaman jabon putih. Pemberian abu batubara dan bahan humat pada percobaan rumah kaca dan percobaan lapang dapat meningkatkan P-tersedia, Kdd, Cadd, Mgdd dan KTK tanah. Pemberian abu batubara dapat meningkatkan kadar Fe dan Cu tanah pada percobaan rumah kaca, sedangkan pada percobaan lapang menurunkan kadar Fe dan Cu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian abu batubara dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter batang tanaman jabon putih pada percobaan rumah kaca, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman jabon putih dan sengon jawa pada percobaan lapang. Pemberian bahan amelioran juga meningkatkan beberapa kadar hara di daun tanaman, kecuali pada Cu, yaitu pemberian bahan amelioran menurunkan kadar hara Cu di daun tanaman pada kedua indikator tanaman jabon putih dan sengon jawa, baik percobaan rumah kaca maupun lapang.