Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70313
Title: Pengembangan Teknik Deteksi Fusarium Patogenik pada Umbi Bibit Bawang Merah (Allium cepa L. var ascalonicum Backer)
Authors: Wiyono, Suryo
Surahman, Memen
Fadhilah, Siti
Issue Date: 2014
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Bawang merah (Allium cepa L. var ascalonicum Backer) merupakan salah satu tanaman hortikultura penting di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa luas areal produksi bawang merah di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 109 ribu hektar dan perkiraan kebutuhan benih bawang merah di Indonesia lebih dari 90 ribu ton. Sebagian besar petani menggunakan umbi sebagai bibit, dan diketahui bahwa beberapa patogen dapat terbawa oleh bibit. Salah satu penyakit penting yang banyak dilaporkan menyerang pertanaman dan terbawa bibit bawang merah adalah layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Berbagai metode dapat digunakan dalam pengujian kesehatan benih di laboratorium. Salah satu metode yang cukup sederhana dan mudah, namun tetap mampu memberikan hasil yang cukup akurat adalah metode blotter test. Metode ini juga merupakan salah satu metode standar International Seed Testing Association (ISTA) untuk pengujian beberapa cendawan antara lain Drechslera oryzae dan Pyricularia oryzae pada benih padi (ISTA 2011). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa F. oxysporum yang terbawa umbi bawang merah tidak seluruhnya bersifat patogenik dan terdapat beberapa strain F. oxysporum yang bersifat non patogenik. Kedua strain F. oxysporum tersebut tidak dapat dibedakan secara morfologi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter yang efektif pada blotter test untuk deteksi Fusarium patogenik pada umbi bibit bawang merah, serta menentukan jumlah sampel minimal deteksi Fusarium patogenik pada umbi bibit bawang merah. Media yang digunakan pada tahap blotter test adalah kertas filter steril, sedangkan media pada tahap growing on test (GOT) adalah pasir steril. Terdapat dua parameter yang diamati pada blotter test yaitu tingkat infeksi Fusarium sp. dan persen nekrosis pada basal plate setelah masa inkubasi. Parameter yang diamati pada GOT adalah tingkat serangan penyakit layu Fusarium selama fase pembibitan. Uji patogenisitas isolat Fusarium yang diisolasi pada blotter test dilakukan pada umbi bawang merah. Penentuan jumlah minimal umbi bibit bawang merah untuk blotter test dilakukan dengan menggunakan beberapa jumlah sampel yang berbeda yaitu 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175 dan 200 umbi. Umbi yang digunakan dalam pengujian ini berasal dari satu varietas dan satu lot yang sama. Pengamatan hasil uji berdasarkan persen nekrosis pada umbi setelah masa inkubasi. Diperoleh 20 sampel dari empat daerah sentra produksi bawang merah di pulau Jawa yaitu dari daerah Nganjuk (6 sampel), daerah Brebes (6 sampel), daerah Bantul (2 sampel) dan daerah Cirebon (6 sampel). Hasil blotter test menunjukkan hasil rata-rata tingkat infeksi pada sampel umbi bibit bawang merah adalah 78.7%, dengan kisaran tingkat infeksi Fusarium sp. antara 32% - 97.5%. Tingkat rata-rata nekrosis dari seluruh sampel yang diuji adalah 17.3%, dengan kisaran tingkat nekrosis antara 1.5% - 43%. Nekrosis pada umbi diamati pada bagian basal plate umbi. Ciri nekrosis pada umbi adalah adanya jaringan yang mengalami kematian yang diindikasikan dengan warna coklat pada jaringan tersebut. Pada tingkat lanjut beberapa umbi menunjukkan gejala nekrosis parah pada seluruh jaringan umbi. Rata-rata tingkat serangan layu fusarium berdasarkan hasil GOT adalah 9.5%, dengan kisaran tingkat infeksi penyakit antara 0% - 30%. Gejala penyakit layu fusarium pada bawang merah selama masa pertumbuhan di rumah kasa dapat diamati berdasarkan gejala yang tampak, antara lain pada tahap awal pucuk daun yang mucul mulai melingkar (beberapa helai atau semua helai daun yang ada), kemudian terjadi yellowing atau perubahan warna daun yang melingkar menjadi kuning dimulai dari pucuk daun ke arah pangkal daun. Pada tahap selanjutnya daun akan mengering dan mengalami kematian. Gejala ini dapat muncul pada tahap awal perkecambahan maupun pada tahap akhir perkecambahan. Hasil pengujian menunjukkan parameter nekrosis pada basal plate umbi bawang merah mempunyai koefisien korelasi (r) sebesar 0.77 terhadap tingkat infeksi layu fusarium pada GOT dan lebih besar dari tingkat infeksi Fusarium sp. (0.34) pada blotter test. Oleh karena itu, nekrosis pada basal plate dapat digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi Fusarium patogenik pada blotter test. Hasil persamaan regresi yang diperoleh dari tingkat nekrosis dan tanaman sakit adalah y = 0.61x + 0.564 dengan nilai R2 sebesar 0.591. Hasil pengujian patogenisitas 195 isolat Fusarium sp. menunjukkan bahwa sebagian besar isolat bersifat non patogenik terhadap umbi bawang merah (71.3%). Penentuan jumlah minimal umbi menggunakan dua sampel yaitu varietas Timur Carwan dari daerah Cirebon dan varietas Bima dari daerah Brebes. Hasil pengolahan data dengan plot kurva rata-rata jumlah nekrosis pada basal plate dan standar deviasi menunjukan jumlah sampel umbi minimal untuk blotter test adalah 150 umbi. Perhitungan jumlah sampel dengan formal probabilty statement yang menunjukkan jumlah umbi minimal untuk blotter test adalah 125 dan 138 umbi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70313
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014sfa.pdf
  Restricted Access
Fulltext16.41 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.