Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70271
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMardiastuti, Ani
dc.contributor.advisorMulyani, Yeni Aryati
dc.contributor.authorDewi, Lina Kristina
dc.date.accessioned2014-11-20T03:48:20Z
dc.date.available2014-11-20T03:48:20Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70271
dc.description.abstractAdanya gangguan terhadap habitat di suatu lokasi akan berpengaruh pada komunitas satwaliar yang ada di dalamnya. Gangguan terhadap suatu habitat dapat berasal dari berbagai kegiatan pembangunan dan aktivitas pembukaan lahan di suatu lokasi. Kampus IPB Darmaga pada awalnya merupakan salah satu habitat bervegetasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi terutama keanekaragaman satwa burung. Sebagai kampus yang masih dalam tahap perkembangan, areal kampus IPB tidak terlepas dari banyaknya kegiatan pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunitas burung bawah tajuk, komposisi guild serta bobot tubuh burung-burung di habitat dengan tingkat gangguan rendah, sedang dan tinggi. Penelitian dilaksanakan di kampus IPB Darmaga pada bulan Februari−Mei 2013, selain itu digunakan data pencincinan burung dari Cikabayan Birdbanding Club tahun 2012. Pengambilan data dilakukan dengan metode IPA (total 70 titik) dan metode jala kabut (total 19.666 jam jala). Tercatat 41 jenis dari 23 suku yang tertangkap dan teramati dalam penelitian ini. Lokasi dengan tingkat gangguan rendah memiliki nilai keanekaragaman dan kekayaan tertinggi (H’ = 2.53, DMg = 5.17) dibandingkan dengan lokasi gangguan sedang (H' = 2.40, DMg = 4.85) dan lokasi dengan gangguan tinggi (H' = 1.84, DMg = 3.68). Uji chi square menunjukkan bahwa jumlah jenis pada ketiga lokasi penelitian sangat berbeda nyata (χ2 = 15.95, df = 2, P < 0.01). Kesamaan komunitas tertinggi adalah antara lokasi dengan gangguan sedang dan tinggi (69.20%). Terdapat 22% jenis yang hanya ditemukan di lokasi dengan tingkat gangguan rendah saja. Terdapat perbedaan nyata pada komposisi guild di ketiga lokasi penelitian (χ2 = 5.82, df= 2, P < 0.05). Beberapa jenis burung terpengaruh dengan adanya gangguan habitat, Cekakak jawa dan Cucak kutilang memiliki bobot tubuh lebih berat di lokasi gangguan rendah, namun Cinenen jawa justru memiliki bobot tubuh lebih berat di lokasi dengan gangguan tinggi. Burunggereja Erasia yang merupakan jenis dominan dalam penelitian ini lebih banyak tertangkap pada awal musim hujan (56%). Jenis ini memiliki bobot tubuh antara 7.0 – 31.0 g, dengan bobot paling mendominasi antara 15.5 - 21.5 g (112 individu; 88%). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara bobot tubuh pada awal dan akhir musim hujan ataupun pada kelas umur anak dan dewasa. Jenis burung ini hanya ditemukan di lokasi dengan tingkat gangguan rendah dan tinggi saja, tidak ditemukan di lokasi dengan tingkat gangguan sedang. Bobot tubuh rata-rata Burunggereja Erasia di lokasi dengan tingkat gangguan rendah lebih berat (20.3 ± 4.2; n=4) dibandingkan dengan lokasi gangguan tinggi (18.6 ± 4.4; n =141).en
dc.language.isoid
dc.titleKomunitas Burung Bawah Tajuk pada Berbagai Tingkat Gangguan Habitat di Kampus IPB Darmagaen
dc.subject.keywordbobot tubuhen
dc.subject.keywordguilden
dc.subject.keywordIPAen
dc.subject.keywordjala kabuten
dc.subject.keywordjenis dominanen
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014lkd.pdf
  Restricted Access
Fulltext16.29 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.