Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/69739
Title: Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Authors: Nuryartono, R Nunung
Bakhtiar, Toni
Widianis, Dwi
Issue Date: 2014
Abstract: Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang pada setiap waktu merupakan hak asasi yang layak dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintah pusat maupun daerah. Pola konsumsi pangan sangat penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengingat skor Pola Pangan Harapan (PPH) NTT yang rendah dengan menduduki peringkat 32 dari 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2012. Pola konsumsi pangan menggambarkan kombinasi pilihan komoditas yang dikonsumsi rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar sekaligus memenuhi asupan gizi yang cukup dan berimbang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) periode Maret tahun 2008-2010 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan melakukan analisis terhadap 988 sampel rumah tangga miskin. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif serta analisis ekonometrika dengan model Linear Approximation- Almost Ideal Demand System (LA-AIDS). Variabel-variabel yang digunakan untuk mengestimasi pangsa pengeluaran pangan antara lain: harga komoditas, pendapatan riil, jumlah anggota rumah tangga, wilayah tempat tinggal (perdesaan/perkotaan), tingkat pendidikan kepala rumah tangga, dan tren tahun. Secara umum, pola konsumsi dipengaruhi oleh harga sendiri, harga komoditas lain, pendapatan, wilayah tempat tinggal (perdesaan/perkotaan), dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga pada taraf nyata 5%. Nilai elastisitas harga sendiri menunjukkan permintaan seluruh komoditas bersifat inelastis. Komoditas jagung dan singkong merupakan barang substitusi bagi beras, selanjutnya jagung, singkong, sayur, dan buah termasuk barang normal. Sedangkan komoditas beras, ikan, daging, telur, dan rokok termasuk barang mewah. Simulasi 1 terkait program raskin dianggap mampu meningkatkan konsumsi beras, ikan, daging, telur, sayur, dan rokok. Simulasi 2 menunjukkan bahwa program pemerintah terkait pemberian BLT kepada rumah tangga miskin dianggap mampu meningkatkan konsumsi beras, ikan, daging, telur, sayur, dan rokok secara signifikan, sedangkan komoditas makanan lainnya juga mengalami peningkatan yang relatif kecil. Adapun simulasi 3 yang merupakan kombinasi program raskin dan BLT menunjukkan peningkatan permintaan komoditas makanan yang sangat signifikan, sehingga simulasi 3 ini dinilai sebagai simulasi kebijakan yang paling efektif untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga miskin di Provinsi NTT. Implikasi kebijakan yang disarankan bagi pemerintah daerah guna meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin melalui pemenuhan konsumsi pangan yang bergizi dan berimbang antara lain: (1) Perlu adanya program diversifikasi pangan di Provinsi NTT. Jagung dan singkong dapat dijadikan makanan pokok alternatif pengganti beras. Hal ini untuk mengurangi ketergantungan impor beras dari daerah lain; (2) Pemerintah NTT diharapkan menyusun aturan nyata terkait program penganekaragaman pangan yang semakin mengedepankan potensi pangan pokok lokal.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/69739
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2014dwi.pdf
  Restricted Access
Fulltext18.99 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.