Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55872
Title: Pola Sebaran Titik panas (hotspot) dan Keterkaitannya dengan Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus Provinsi Kalimantan Barat)
The Distribution Pattern of Heat Points (hotspots) and its Association with Land Use Change (A Case Study of West Kalimantan Province).
Authors: Gandasasmita,Komarsa
Ardiansyah, Muhammad
Januarisky, Hanna Aditya
Keywords: Bogor Agricultural University (IPB)
Geographical Information System (GIS)
landuse change
fire of forest
Hotspot
Issue Date: 2012
Abstract: Land use is a real form of human activities on a land. The using of land is very dynamic because it changes from one current land use to another land use. Slash and burn is a method that has long been applied to open the forest. Whereas in agriculture, burning is usually done in the land preparation before planting. The problem that occurred is the use of fire in the activities of clearing and preparing land often uncontroll, so that it caused forest fire expanded. The indicator of forest or land fire that has been widely used is many countries is to detect hotspot which come from NOAA-AVHRR satellite. The hotspot only gives a little information if its not supported by analysis and interpretation. West Kalimantan province is the region with the highest appearance of hotspot. With release on half Agustus 2011, Kemenhut says that decreasing hotspot must be 20% from average 2005-2009 to 2014 in Kalimantan, Sumatera and Sulawesi. Based on the analysis of hotspot distribution is known that Sintang and Ketapang district are region which has the largest hotspot, while in Pontianak and Singkawang City almost rare appearance of hotspot. Mixed garden is landuse which have many hotspot due to land preparation before planting activity. Based on temporal distribution of hotspot analysis, its known that the hotspot has same pattern in every year. The number of hotspot which is monitored by NOAA satellite reach the maximum number when entering dry season with low rainfall such as July and August. The appearance of hotspot will increase when the climate phenomenon such as El-Nino happened in the year 2002, 2004, 2006 and 2009. Based on the interpretation of Landsat TM on 2000, 2005 and 2010 obtained 13 land use type. West Kalimantan province was dominated by mixture garden, bog and forest. The result shows that land use change from open land to 5 the bush for about 1,89% during 2000-2005. While during 2005-2010, change from bush to the plantation mostly happened for about1,99%. There are relationship between hotspot which is continued with land use change. Appearance of hotspot which is continued could happened in long or short periode and it will cause the change of forest to become plantation.
Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari aktivitas manusia pada suatu lahan. Penggunaan lahan sangat dinamis karena mengalami perubahan dari suatu penggunaan lahan menjadi penggunaan lahan lainnya. Teknik tebang bakar merupakan metode umum yang telah lama diaplikasikan dalam pembukaan lahan terutama dalam membuka hutan. Sedangkan dalam lahan pertanian, pembakaran biasanya dilakukan dalam penyiapan lahan sebelum tanam. Permasalahan yang muncul adalah penggunaan api dalam aktivitas membuka hutan dan penyiapan lahan seringkali tidak terkendali sehingga justru menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang meluas. Indikator kebakaran hutan/lahan yang telah banyak digunakan di berbagai negara adalah dengan mendeteksi titik panas yang berasal dari pantauan satelit NOAA-AVHRR. Titik panas hanya memberikan sedikit informasi apabila tidak didukung oleh analisa dan interpretasi lanjutan. Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu wilayah dengan kemunculan titik panas terbanyak selain Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan. Melalui rilis yang disebar pertengahan Agustus 2011 lalu, Kemenhut menetapkan target pengurangan hotspot sebesar 20% per tahun dari rata-rata tahun 2005-2009 hingga tahun 2014 di Pulau Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Berdasarkan hasil analisis distribusi spasial titik panas diketahui bahwa Kabupaten Sintang dan Kabupaten Ketapang merupakan wilayah yang memiliki titik panas terbanyak sedangkan pada Kota Pontianak dan Kota Singkawang hampir jarang dijumpai kemunculan titik panas. Kemunculan titik panas paling banyak ditemukan pada penggunaan lahan berupa kebun campuran, hal ini dikarenakan aktivitas penyiapan lahan sebelum tanam yang dilakukan pada penggunaan lahan kebun campuran. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis distribusi temporal sebaran titik panas diketahui bahwa titik panas memiliki pola kemunculan yang sama disetiap tahun. Jumlah titik panas yang terpantau oleh 3 satelit NOAA mencapai jumlah maksimum ketika memasuki musim kemarau dengan curah hujan yang rendah seperti bulan Juli dan bulan Agustus. Kemunculan titik panas tersebut akan semakin banyak jumlahnya ketika terjadinya fenomena iklim El-Nino seperti yang terjadi pada tahun 2002, 2004, 2006 dan 2009. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat TM yang diakuisisi tahun 2000, 2005 dan 2010 diperoleh 13 jenis penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama rentang waktu tahun 2000 hingga tahun 2005 sebesar 1,89% dimana yang paling banyak terjadi adalah perubahan penggunaan lahan terbuka menjadi semak belukar. Sedangkan selama rentang waktu tahun 2005 hingga tahun 2010 terjadi perubahan penggunaan lahan sebesar 1,99% dimana yang paling mendominasi adalah perubahan penggunaan lahan semak belukar menjadi perkebunan yaitu sebesar 19,82% dari total perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Terdapat keterkaitan antara kemunculan titik panas yang kontinyu dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Kemunculan titik panas yang kontinyu bisa terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan jangka waktu yang relatif singkat. Tetapi kemunculannya yang terus menerus selama rentang waktu tertentu menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Dalam hal ini terjadi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lahan perkebunan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55872
Appears in Collections:UT - Soil Science and Land Resources

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A12haj.pdf
  Restricted Access
full text3.75 MBAdobe PDFView/Open
BAB II Tinjauan Pustaka.pdf
  Restricted Access
BAB II421.01 kBAdobe PDFView/Open
BAB III Metode Penelitian.pdf
  Restricted Access
BAB III518.26 kBAdobe PDFView/Open
BAB IV Kondisi Umum Daerah Penelitian.pdf
  Restricted Access
BAB IV413.69 kBAdobe PDFView/Open
BAB V Hasil dan Pembahasan.pdf
  Restricted Access
BAB V1.49 MBAdobe PDFView/Open
BAB VI Kesimpulan dan Saran.pdf
  Restricted Access
BAB VI303.84 kBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover313.94 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf
  Restricted Access
Daftar Pustaka317.3 kBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran2.09 MBAdobe PDFView/Open
Ringkasan.pdf
  Restricted Access
Ringkasan315.65 kBAdobe PDFView/Open
Summary.pdf
  Restricted Access
summary305.33 kBAdobe PDFView/Open
BAB I Pendahuluan.pdf
  Restricted Access
BAB I317.07 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.