Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54354
Title: Usaha kayu rakyat dalam sistem penghidupan petani kecil (Kasus Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)
Private owned timber bussiness in the peasant livelihood systems (Case in Village of Curug, Bogor
Authors: Sunito, Satyawan
Arsyad, Ahmad Aulia
Keywords: Bogor Agricultural University (IPB)
private owned
timber bussiness
livelihood strategies
institution
Issue Date: 2012
Abstract: The purpose of this study was to analyze the role of the private owned timber business in peasant household livelihood strategies, in the village of Curug, Bogor District. An important factor that was known to have influence on private owned timber business was institution. So that needs to be analyzed how the role of institutions in supporting or inhibiting peasant household to access the private owned timber business. Qualitative approach through observation and depth interviews is used as the main approach when quantitative approach with a questionnaire instrument and review of literature related to the case is used to support qualitative data. Private owned timber business are not used as the main livelihood due to various reasons including long periode of harvest, can not be used as a daily income, and ownership of land is narrow so it can not be planted on a large scale. People tend to sell their wood still in the form of tree, and buyers do wholesale system, or buy all woody trees in public lands regardless the age of the trees.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran usaha kayu rakyat dalam strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Salah satu faktor yang diketahui memiliki pengaruh terhadap usaha kayu rakyat adalah kelembagaan. Oleh karena itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana peran kelembagaan dalam mendukung atau menghambat keluarga petani untuk akses pada usaha kayu rakyat. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam, serta didukung data kuantitatif. Penelitian ini mengambil 30 responden yang diperoleh secara purposive dari rumahtangga petani kayu di Desa Curug. Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat menjadi penghasilan seharihari, dan kepemilikan lahan yang sempit, sehingga tidak dapat melakukan penanaman dalam skala besar. Walaupun demikian, beberapa masyarakat mengakui justru dengan lahan mereka yang terbatas, mereka lebih memilih untuk menanam kayu daripada tanaman budidaya lainnya sebagai tabungan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan (tebang butuh). Menanam kayu juga diakui tidak sulit, masyarakat memperoleh bibit dari hutan, dan setelah penanaman tidak terlalu membutuhkan perawatan yang intensif. Luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat berpengaruh terhadap strategi nafkah keluarga petani. Semakin luas lahan milik masyarakat, strategi nafkah yang dilakukan oleh keluarga petani cenderung lebih banyak dan beragam. Mekanisme perdagangan kayu rakyat berada diluar kendali petani hutan rakyat sebagai produsen, sehingga petani kayu rakyat tidak merasakan keuntungan terbesar dari pengelolaan hutan rakyat. Peran Kelompok Tani Hutan dan Asosiasi Kelompok Tani Hutan Rakyat harus diberdayakan untuk meningkatkan posisi tawar petani. Untuk menjaga kesinambungan usaha hutan rakyat sengon, maka diperlukan upaya perlindungan kepada petani dari pihak pemerintah dan upaya iv penguatan kelembagaan petani misalnya membentuk kelembagaan usaha bersama (mitra) antara petani dengan pihak pengusaha industri pengolahan kayu sengon. Besarnya kontribusi pendapatan dari usaha kayu rakyat terhadap total pendapatan rumahtangga petani cukup bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai terkecil kontribusi usaha kayu rakyat terhadap total pendapatan rumahtangga petani sebesar 0,4% dan nilai terbesarnya 12,5%. Masyarakat kebanyakan menjual kayu mereka masih dalam bentuk pohon berdiri dan pembeli melakukan sistem borongan, atau membeli semua pohon berkayu di lahan masyarakat tanpa memperhitungkan usia dari pohon-pohon tersebut. Kurangnya modal diakui masyarakat sebagai penghambat usaha kayu rakyat mereka. Hampir seluruh responden mengakui ingin mengembangkan usaha jika saja mereka mendapatkan bantuan berupa modal, baik dalam bentuk bibit, lahan, maupun dana tunai. Beberapa warga desa memulai industri pengolahan kayu skala kecil, yaitu membuat papan-papan kayu menjadi peti-peti telur, namun terhambat dengan masalah modal. Usaha pembuatan peti-peti telur tersebut baru berjalan dua minggu pada saat penelitian, dan mendapatkan bahan baku kayu dengan membeli kayu-kayu yang sudah digergaji menjadi bentuk papan dari “gesekan” (tempat penggergajian kayu) di luar desa.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54354
Appears in Collections:UT - Communication and Community Development

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
I12aaa.pdf
  Restricted Access
full text710.3 kBAdobe PDFView/Open
BAB I Pendahuluan.pdf
  Restricted Access
BAB I401.39 kBAdobe PDFView/Open
BAB II Pendekatan Teoritis.pdf
  Restricted Access
BAB II449.96 kBAdobe PDFView/Open
BAB III Pendekatan Lapangan.pdf
  Restricted Access
BAB III397.17 kBAdobe PDFView/Open
BAB IV Gambaran Umum Lokasi.pdf
  Restricted Access
BAB IV425.43 kBAdobe PDFView/Open
BAB V Peran Usaha Kayu Rakyat Dalam Strategi Nafkah.pdf
  Restricted Access
BAB V434.03 kBAdobe PDFView/Open
BAB VI Kelembagaan Usaha Kayu Rakyat.pdf
  Restricted Access
BAB VI430.85 kBAdobe PDFView/Open
BAB VII Penutup.pdf
  Restricted Access
BAB VII370.1 kBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover289.87 kBAdobe PDFView/Open
Dafta Pustaka.pdf
  Restricted Access
Daftar Pustaka475.3 kBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran367.61 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.