Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54020
Title: Subkultur Berulang Tunas In Vitro Pisang Kepok Unti Sayang pada Beberapa Komposisi Media.
Repeated Subculture of Kepok Unti Sayang Banana Shoots In Vitro on Several Medium Compositions
Authors: Dinarti,Diny
Semarayani, Cokorda Istri Meyga
Keywords: Bogor Agricultural University (IPB)
Issue Date: 2011
Abstract: The research aimed to study the effect of repeated subculture of Kepok Unti Sayang banana shoots in vitro using shoot explant in vitro. This research was conducted from February to September 2011 at Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Agronomy and Horticulture IPB, Bogor. Completely Randomized Block Design was used in this research. The research consisted of one factors and two replications. The single factor was medium composition. Medium composition threatments consisted of 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron, 2 mg/l BAP, 5 mg/l BAP and 7 mg/l kinetin. Six subculture cycle were used and after each subculture, the shoots per explant were counted. The result showed that the best treatment of medium composition is 2 mg/l BAP. The treatment of 2 mg/l BAP gave the highest percentage of multiplication, number of shoot and number of root.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh subkultur berulang terhadap pertumbuhan dan perbanyakan tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang pada beberapa komposisi media. Media dasar yang digunakan yaitu media Murashige dan Skoog dengan modifikasi vitamin B5. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari sampai dengan September 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun dalam faktor tunggal, yaitu komposisi media. Terdapat 4 perlakuan komposisi media, yaitu media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron (M1), media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP (M2), media MS dengan penambahan 5 mg/l BAP (M3) dan media MS dengan penambahan 7 mg/l kinetin (M4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga terdapat 8 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri atas 20 botol kultur. Setiap botol kultur ditanamn satu tunas mikro. Setelah tanaman berumur 3 minggu, dilakukan subkultur ke media yang sama. Subkultur dilakukan sebanyak 6 kali. Setiap 3 minggu sekali, satu satuan pengamatan diakarkan pada media ½ MS dengan penambahan 0.5 mg/l IBA. Persentase rata-rata eksplan terkontaminasi cendawan pada minggu sebelum subkultur terjadi pada perlakuan media MS + 5 mg/l BAP sebesar 6.28 %. Kultur yang paling banyak terkontaminasi cendawan adalah perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron, pada subkultur ke-1, 2 dan 3. Kontaminan yang dominan menyerang eksplan adalah bakteri. Bakteri tersebut diduga berasal dari eksplan itu sendiri atau berasal dari alat tanam yang tidak steril. Kontaminasi tertinggi pada perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin sebesar 87.6% pada subkultur ke-6 Peningkatan jumlah kultur bermultiplikasi berbanding lurus dengan jumlah tunas yang dihasilkan. Total jumlah tunas pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP hingga subkultur ke-6 sebanyak 410 tunas dengan 131 tunas yang bermultiplikasi. Pada perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin, total jumlah tunas hingga subkultur ke-6 sebanyak 314 tunas dengan 91 tunas yang bermultiplikasi. Rata-rata jumlah tunas tertinggi dihasilkan pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebanyak 39.8 tunas pada subkultur ke-6. Laju mutiplikasi tertinggi terjadi pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebesar 7.5 pada subkultur ke-4. Pengamatan jumlah daun sebelum subkultur pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin menunjukkan perbedaan jumlah daun yang dihasilkan. Sedangkan setelah subkultur hingga akhir pengamatan pertambahan jumlah daun pada kedua perlakuan sama. Pada parameter tinggi tunas, dari awal hingga akhir pengamatan pada semua periode subkultur perlakuan media MS + 2 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin mengalami pertambahan tinggi tunas yang sama. Akar paling cepat muncul pada 1.5 minggu setelah tanam pada perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin. Jumlah akar tertinggi pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebanyak 9.03 pada subkultur ke-6. Pada media pengakaran, tunas yang berasal dari perlakuan media MS + 2 mg/l BAP lebih awal membentuk akar pada semua periode subkultur. Kemampuan eksplan membentuk akar pada media pengakaran yang terbaik adalah perlakuan media MS + 2 mg/l BAP. Pada akhir pengamatan, planlet diaklimatisasi pada media arang sekam dan cocopeat. Respon pertumbuhan tanaman pisang Kepok Unti Sayang pada media aklimatisasi dengan persentase tumbuh mencapai 96.67% hingga akhir pengamatan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54020
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A11cim.pdf
  Restricted Access
Full text1.17 MBAdobe PDFView/Open
Absract.pdf
  Restricted Access
Abstract281.99 kBAdobe PDFView/Open
BAB I Pendahuluan.pdf
  Restricted Access
Bab I368.17 kBAdobe PDFView/Open
BAB II Tinjauan Pustaka.pdf
  Restricted Access
Bab II381.51 kBAdobe PDFView/Open
BAB III Bahan dan Metode.pdf
  Restricted Access
Bab III460.28 kBAdobe PDFView/Open
BAB IV Hasil dan Pembahasan.pdf
  Restricted Access
Bab IV835.93 kBAdobe PDFView/Open
BAB V Kesimpulan dan Saran.pdf
  Restricted Access
Bab V359.08 kBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover287.9 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf
  Restricted Access
Daftar Pustaka452.19 kBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran442.6 kBAdobe PDFView/Open
Ringkasan.pdf
  Restricted Access
Ringkasan289.6 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.