Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54006
Title: Kajian Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan TDZ dalam Kultur Jaringan Daun Tanaman Penghasil Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk
Authors: Sandra,Edhi
Siswoyo
Windujati, Arya
Keywords: Bogor Agricultural University (IPB)
Gaharu
Kultur Jaringan
BAP
TDZ
Kalus
Issue Date: 2011
Abstract: Gaharu merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang berasal dari tumbuhan famili Thymeliaceae. Gubal gaharu terbentuk dari keluarnya resin sebagai bentuk pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme patogen. Resin terdeposit dalam jaringan kayu kemudian berubah warna coklat hingga hitam dan mengeras seiring dengan bertambahnya umur pohon. Wangi gubal gaharu menyebabkan spesies ini diburu untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Keberadaan populasi di alam semakin berkurang karena sistem pengambilan konvensional dan tidak terkendali. Usaha revegetasi menemui kendala langkanya ketersediaan benih di alam. Kultur jaringan sebagai teknik budidaya aseptik yang dapat memproduksi bibit dalam waktu singkat, dalam jumlah banyak dan steril dapat menjadi solusi permasalahan ini. Penggunaan daun tang kemudian menjadi kalus dalam kultur jaringan tanaman penghasil gaharu jarang dilakukan karena proses hingga dapat diaklimatisasi masih panjang. Pemanfaatan kalus dalam kultur jaringan adalah untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder, pelestarian plasma nutfah dan bahan dasar untuk penggunaan kultur lanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) BAP dan TDZ yang optimum dalam multiplikasi kalus daun tanaman penghasil gaharu dari A. malaccensis dalam media dasar Murashige dan Skoog (MS). Bahan eksplan daun gaharu berasal dari Esha Flora Bogor dengan media tanam MS + BAP 0,5 ppm. Percobaan ini dilakukan dalam 12 perlakuan dengan 10 ulangan, yaitu kombinasi antara BAP (0; 1; 2 ppm) dan TDZ (0; 0,05; 0,1; 0,5 ppm) dengan media MS. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu setelah tanam (MST) dengan pengamatan visual dan pengukuran langsung. Pengukuran langsung dilakukan untuk mengukur luas bengkak dan luas kalus. Bengkak adalah kondisi terjadinya pembelahan sel dalam daun tetapi belum mampu menembus lapisan epidermis daun.Kalus adalah sekumpulan sel amorphopalus yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah diri secara terus menerus. Hasil menunjukkan bahwa 81% eksplan berhasil hidup dan tumbuh hingga 8 MST sedangkan sisanya mati dengan penyebab kontaminasi cendawan, eksplan memutih, eksplan mencoklat/menghitam. Kombinasi ZPT optimum untuk menghasilkan skor luas bengkak adalahBAP 1 ppm + TDZ 0,5 ppm pada 2 MST. Kombinasi ZPT optimum untuk menghasilkan luas kalus adalah BAP 1 ppm pada 3 MST.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54006
Appears in Collections:UT - Conservation of Forest and Ecotourism

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
BAB I Pendahuluan.pdf
  Restricted Access
Bab I284.72 kBAdobe PDFView/Open
BAB II Tinjauan Pustaka.pdf
  Restricted Access
Bab II352.94 kBAdobe PDFView/Open
BAB III Metodologi Penelitian.pdf
  Restricted Access
Bab III375.1 kBAdobe PDFView/Open
BAB IV Hasil dan Pembahasan.pdf
  Restricted Access
Bab IV468.5 kBAdobe PDFView/Open
BAB V Kesimpulan dan Saran.pdf
  Restricted Access
Bab V277.89 kBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover287.46 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf
  Restricted Access
Daftar Pustaka284.84 kBAdobe PDFView/Open
E11awi.pdf
  Restricted Access
Full text1.3 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran465.93 kBAdobe PDFView/Open
Ringkasan.pdf
  Restricted Access
Ringkasan299.27 kBAdobe PDFView/Open
Summary.pdf
  Restricted Access
Summary294.19 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.