Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53464
Title: Hubungan Kepatuhan Konsumsi Biskuit yang Diperkaya Protein Tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan Status Gizi dan Morbiditas Balita di Warungkiara, Bantargadung, Kabupaten Sukabumi
Corelation compliance toward consumption of African catfish (Clarias gariepinus) enriched biscuits with nutritional status and morbidity among children under five in sub distric of Warungkiara and Bantargadung, Sukabumi.
Authors: Kusharto,Clara M.
Martianto,Drajat
Hidayati, Baiq.Septiana
Keywords: Bogor Agricultural University (IPB)
compliance
nutritional status
morbidity
Issue Date: 2011
Abstract: The general objective of this study was to analyze corelation compliance toward consumption of African catfish (Clarias gariepinus) enriched biscuits with nutritional status and morbidity among children under five in sub distric of Warungkiara and Bantargadung, Sukabumi. The design of this study using quasy experiments conducted from March - June 2011. The number of samples used was 42 samples are based on the results of anthropometric measurements fall into malnutrition with Z score ≥ -3.0 s/d < -2.0 and get PMT biscuits from District Health Office Sukabumi. There was significan correlation between compliance in consuming biscuits catfish with morbidity and nutritional status among children under five shown by the results of statistikal tests (p<0.05). Infant morbidity associated highly significant with nutritional status among children under five (p<0.05). There was significant correlation between the way of care from the parent’s with nutritional status among children under five (p<0.05). Parenting is a factor that can affect nutritional status indirectly, while that directly affect the consumption and infection. Food intake of energi and protein samples both significantly associated with nutritional status (p<0.05), which means that if they consumption both of energi and protein better, the nutritional status of children will be better.
Berdasarkan laporan Riskesdas 2010, terdapat sekitar 13% balita menderita gizi kurang. Menurut UNICEF (1998) terdapat berbagai penyebab timbulnya masalah gizi pada balita yaitu : pertama , sebagai penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi, dan kedua, penyebab tidak langsung yaitu pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ketahanan pangan keluarga. Optimalisasi penanganan masalah gizi pada balita melalui diversifikasi pengembangan formula makanan tambahan merupakan salah satu solusi dalam menurunkan prevalensi gizi kurang. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas balita gizi kurang. Tujuan khusus penelitian ini; 1) Mengidentifikasi karakteristik balita dan keluarga balita contoh ; 2) Mempelajari pola asuh Ibu (pola asuh makan, pelayanan kesehatan dasar dan pola asuh hidup bersih) balita; 3) Mempelajari kondisi lingkungan tempat tinggal balita; 4) Mengetahui konsumsi energi dan protein balita; 5) Mengevaluasi tingkat kepatuhan balita mengkonsumsi biskuit; 6) Menganalisis hubungan kepatuhan konsumsi biskuit lele dengan morbiditas dan status gizi balita; 7) Menganalisis hubungan antara pola asuh, morbiditas ,konsumsi energi dan konsumsi protein dengan status gizi balita. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan desain one group pretest postest design. Lokasi penelitian ini terdiri dari 2 Kecamatan yaitu Warungkiara, dan Bantargadung. Pemilihan lokasi penelitian dipilih secara langsung (purposive) dengan kriteria lokasi penelitian yang dipilih merupakan lokasi tempat pelaksanaan program intervensi biskuit pada balita gizi kurang, dan merupakan wilayah dataran sedang. Sampel dalam penelitian ini adalah balita (1-5 tahun) yang berdasarkan hasil pengukuran antropometri tergolong dalam gizi kurang berdasarkan indikator BB/U dengan Z score ≥ -3.0 s/d < -2.0, dan mendapatkan PMT biskuit dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi .Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 42 balita yang diambil secara purposive. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik keluarga (umur orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan keluarga), karakteristik balita (umur balita, jenis kelamin, berta badan dan tinggi badan balita), pola asuh balita, kondisi lingkungan tempat tinggal balita, intake makanan balita,morbiditas, tingkat kepatuhan konsumsi biskuit serta status gizi balita. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan software statistik Lebih dari separuh jumlah balita contoh (62%) adalah perempuan. Usia balita contoh adalah pada kisaran usia 12- 60 bulan dengan proporsi terbesar usia contoh antara 12-35 bulan (57.1%). Umur ayah dan ibu balita contoh sebagian besar tergolong dalam dewasa awal (20-40 tahun). Tingkat pendidikan ayah (50%) dan ibu (72%) memiliki presentase terbesar pada tingkat sekolah dasar atau sederajat. Proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah buruh, baik buruh tani maupun buruh non tani (66.6%) sedangkan ibu sebagian besar adalah ibu rumah tangga (90.4%). Separuh balita contoh berasal dari keluarga sedang dengan jumlah angota keluarga 5-7 orang. Lebih dari separuh contoh (88%) berasal dari 4 keluarga dengan pendapatan perkapita Rp 43.513 sampai Rp 257.958 dan sebagian besar tergolong keluarga miskin (62%). Pola asuh makan ibu terhadap balita contoh sebagian besar termasuk kategori rendah (54.8%) yang disebabkan masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif kepada anaknya serta banyaknya ibu balita yang tidak menyediakan makanan lengkap untuk anaknya. Pola asuh perawatan kebersihan balita contoh sebagian besar termasuk kategori sedang (47.6%), dan untuk pola asuh terhadap akses pelayanan kesehatan dasar ibu terhadap anaknya sebagian besar tergolong baik (78.6%). Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran Ibu untuk mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan. Kondisi Lingkungan tempat tinggal balita contoh sebagian besar (54.8%) termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata konsumsi energi balita contoh sebelum intervensi yaitu 713.4 ± 237 kalori dan protein 18.4 ± 5.9 g dan sebagian besar balita contoh termasuk dalam tingkat konsumsi defisit berat (47.6%). Pada akhir intervensi terjadi peningkatan konsumsi energi menjadi 877.4 ± 225.7 kalori dan protein 23.5 ± 5.3 g. Biskuit lele yang diberikan kepada balita contoh dapat dikatakan bersifat supplementary karena dengan konsumsi biskuit dapat meningkatkan asupan energi dan protein balita contoh. Terjadi penurunan jumlah balita dengan tingkat konsumsi defisit berat menjadi (35.7%) dan adanya balita contoh dengan tingkat konsumsi normal/cukup sebesar (28.6%) yang pada sebelum intervensi tidak ada balita contoh dengan konsumsi normal/cukup. Peningkatan ini antara lain disebabkan kontribusi energi yang cukup tinggi yaitu mencapai 32.5 % dari AKG sebesar 211 kalori dan kontribusi protein mencapai 9.1 g atau setara dengan 36.1% AKG balita contoh. Hasil uji statistik menggunakan paired sample t test menunjukkan ada perbedaan yang nyata antara konsumsi zat gizi pada awal intervensi dengan konsumsi zat gizi akhir intervensi setelah ditambahkan zat gizi dari biskuit dengan nilai p < 0.05. Tingkat kepatuhan balita contoh dalam mengkonsumsi biskuit sebagian besar tergolong tinggi (71.4%), dengan rata-rata konsumsi biskuit 3,2 keping/hari. Tingkat kepatuhan balita dikatakan tinggi apabila mengkonsumsi biskuit ≥ 70% dari total biskuit yang diberikan selama 88 hari. Selama 88 hari / 3 bulan intervensi terjadi penurunan konsumsi biskuit pada balita contoh , pada bulan pertama 89% turun menjadi 79% pada bulan ketiga disebabkan karena balita mulai bosan dengan biskuit yang diberikan. Kepatuhan balita contoh dalam mengkonsumsi biskuit lele berhubungan signifikan dengan status gizi serta morbiditas balita contoh yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik (p<0.05) yang artinya balita yang patuh mengkonsumsi biskuit memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan balita yang kurang atau tidak patuh mengkonsumsi biskuit lele. Rata-rata z_score BB/U sebelum intervensi adalah -2.49 ± 0.29, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata nilai z_score menjadi -1.98 ± 0.66. Status gizi balita contoh sebelum intervensi seluruhnya gizi kurang, dan setelah intervensi gizi kurang berkurang menjadi hanya (54.8%) dan gizi baik (45.2%). Sebelum intervensi sebagian besar balita contoh memiliki skor morbiditas sedang (50%), dan pada akhir intervensi sebagian besar balita contoh memiliki morbiditas rendah (50.5%). Berdasarkan analisis statistik, variabelvariabel lain yang berhubungan signifikan dengan status gizi balita contoh antara lain morbiditas, pola asuh serta intake makanan balita contoh baik energi maupun protein dengan nilai (p<0.05).
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53464
Appears in Collections:UT - Nutrition Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Abstract.pdf
  Restricted Access
Abstract290.92 kBAdobe PDFView/Open
BAB I Pendahuluan.pdf
  Restricted Access
Bab I306.76 kBAdobe PDFView/Open
BAB II Tinjauan Pustaka.pdf
  Restricted Access
Bab II366.71 kBAdobe PDFView/Open
BAB III Kerangka Pemikiran.pdf
  Restricted Access
Bab III305.81 kBAdobe PDFView/Open
BAB IV Metode Penelitian.pdf
  Restricted Access
Bab IV339.22 kBAdobe PDFView/Open
BAB V Hasil dan Pembahasan.pdf
  Restricted Access
Bab V489.34 kBAdobe PDFView/Open
BAB VI Kesimpulan dan Saran.pdf
  Restricted Access
Bab VI292.68 kBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover359.36 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf
  Restricted Access
Daftar Pustaka311.85 kBAdobe PDFView/Open
I11bsh.pdf
  Restricted Access
Full text821.19 kBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran284.01 kBAdobe PDFView/Open
Ringkasan.pdf
  Restricted Access
Ringkasan297.44 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.