Perencanaan Lanskap Pulau Kecil Kawasan Rekreasi Edukatif (Studi Kasus: Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara)

Abstract

Pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh wilayah nusantara merupakan aset sumberdaya alam yang cukup potensial untuk dikembangkan. Salah satu kumpulan pulau-pulau kecil yang merupakan kawasan taman laut nasional yang dimiliki Indonesia adalah Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Terumbu karang merupakan salah satu ruang rekreasi yang tersedia dan paling diminati di Kepulauan Seribu. Tujuan studi ini adalah membuat suatu perencanaan lanskap kawasan rekreasi di Pulau Karya, Kepulauan Seribu dengan tetap memperhatikan dan menjaga kestabilan dari pulau tersebut. Studi dilaksanakan di Pulau Karya yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Pulau Panggang di selatan, Pulau Pramuka di timur dan Pulau Semak Daun di barat. Waktu pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 22 bulan, yaitu dimulai dari Maret 1997 hingga lanuari 1999. Metode yang digunakan adalah metode Gold (1980). Data yang diambil diantaranya adalah data terestrial seperti iklim, tanah, hidrogeologi, biota terestrial; data oseanografi seperti pasang surut, arus dan gelombang, biota perairan; dan data sosial budaya dan ekonomi yang diambil dengan melakukan wawancara. Data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi dan kendala yang terdapat di dalam tapak serta kemungkinan pengembangannya. Potensi yang ada kemudian dikembangkan sedangkan kendala diatasi dengan beberapa alternatif. Bentuk hasil akhir studi adalah Rencana Lanskap Kawasan Rekreasi Pulau Karya. Pulau Karya merupakan pulau karang yang terbentuk dari geologi batuan yang belum kompak (geologi kuarter). Hal ini mencirikan keadaan tapak yang rapuh secara ekologis. Analisis terhadap potensi dan kendala pada tapak diarahkan pada rencana lanskap yang menjaga kestabilan pulau. Sintesis menghasilkan pembagian tapak menjadi 3 ruang, yaitu Non Intensif, semi Intensif dan Intensif, yang masing-masing berukuran 50 %, 4,6 %, dan 45,4 % dari totalluas tapak. Konsep dasar perencanaan ini adalah menciptakan kawasan rekreasi alami, yang meningkatkan kualitas fisik dan mental pengunjung, serta peningkatan kualitas lingkungan dan kelestarian kawasan Pulau Karya, Kepulauan Seribu. Konsep ruang yang direncanakan terdiri atas ruang non intensif dan intensif. Pada masing-masing ruang diterapkan konsep vegetasi dan konsep fasilitas. Konsep vegetasi terdiri dari tata hijau untuk konservasi pulau dan habitat satwa, tata hijau penyangga untuk menyangga antara subzona tertentu yang periu dilindungi dan tata hijau estetik pada pusat rekreasi sebagai peneduh, pengarah dan keindahan. Konsep fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas yang aman, nyaman, sederhana dengan penampakan alami dan mendidik pengunjung untuk menjaga kelestarian alamo Rekreasi yang direncanakan adalah rekreasi yang bersifat petualangan yang mendidik, baik itu rekreasi bahari maupun rekreasi darat, dan dikhususkan untuk golongan usia 15-40 tahun baik perorangan maupun kelompok. Pol a sirkulasi direncanakan dengan mengkombinasikan pola sirkulasi tertutup (loop) dan terbuka. Pola sirkulasi tertutup diterapkan pada Zona Non Intensifuntuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan, sedangkan pola sirkulasi terbuka diterapkan pada Zona Intensif, Semi Intensif dan sebagian Zona Non Intensif. Aktivitas yang direncanakan pada tapak adalah aktivitas rekreasi bahari seperti bersampan, diving, snorkling dan interpretasi di padang lam un; aktivitas rekreasi darat seperti berkemah, piknik, voliy pantai, bermain dengan alat, jalan-jalan, melihat-lihat pemandangan, pengamatan satwa burung, bersepeda, Joggmg; sedangkan aktivitas pelayanan berupa penyewaan alat, pelayanan makan dan minum, beribadah, pelatihan diving dan snorkling, menjaga keamanan dan menyimpan barang. Hasil perencanaan Pulau Karya ini mengakomodasi 113 orang pada waktu yang bersamaan dengan totalluas lahan untuk rekreasi sebesar 12.717 m2 atau sekitar 17,5 % dari totalluas lahan untuk rekreasi.