Pengaruh Bahan Pengencer Laktat Ringer Kuning Telur Dan Lama Penyimpanan Semen Terhadap Fertilitas Telur Ayam Buras

Abstract

Ayam buras atau ayam kampung mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan. Menurut Direktorat Jenderal Petemakan (1998), ayam buras mempunyai kontribusi secara nasional dalam penyediaan pangan hewani, yaitu telur 128.200 ton atau 17,67 % dan daging 306.000 ton atau 17,21 % dari total produksi telur dan daging unggas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laktat Ringer sebagai bahan pengencer semen ayam yang mudah didapat oleh masyarakat, dengan menambahkan 5 % kuning telur dan lama penyimpanan semen terhadap fertilitas telur ayam buras. . Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu evaluasi semen segar, evaluasi semen cair serta inseminasi buatan dan penetasan telur. Evaluasi semen segar dan semen cair dengan menggunakan ayam jantan sebanyak 16 ekor berumur 33-35 minggu dengan berat badan rata-rata 2,4 Kg, sedangkan Inseminasi Buatan (IB) menggunakan ayam betina sebanyak 40 ekor berumur 31-33 rninggu dengan berat badan rata-rata 1,65 Kg. Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan met ode pemijatan dan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume, konsistensi, bau, wama dan pH, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi, motilitas progresif dan abnormalitas. Semen yang berkualitas diencerkan dengan bahan pengencer laktat Ringer kuning telur (5 %) dengan dosis pengenceran 1000 juta spermatozoa per m1 semen cair dan selanjutnya disimpan pada suhu 5° C. Pengamatan terhadap motilitas spermatozoa progresif dilakukan sebelum pelaksanaan IB. IB dilakukan dengan interval 0, 12, 24 dan 36 jam. Inseminasi Buatan pada ayam betina sebanyak 30 ekor per perlakuan, dilakukan dengan cara mendeposisikan secara intra vagina sebanyak 200 juta spermatozoa motil progresif per 0,2 m!. Hasil evaluasi semen segar secara makroskopis menunjukkan volume semen yang didapatkan rata-rata 0.42 ml per ejakulat, berwama putih, konsistensi kental, dan bau yang khas (amis) serta pH rata-rata sebesar 7. Hasil evaluasi mikroskopis menunjukkan konsentrasi spermatozoa rata-rata 2,66 X 109 sel per ml semen, gerakan massa +++, motilitas spermatozoa progresif 86,11 % dan abnormalitas 10,57 %. Berdasarkan hal tersebut maka semen yang evaluasi tergolong dalam kategori baik. Hasil evaluasi semen cair menunjukkan semen yang diencerkan dengan bahan pengencer laktat Ringer kuning telur menghasilkan motilitas spermatozoa progresif pada penyimpanan 0 jam yaitu rata-rata 81,67 %, sedangkan pada penyimpanan 12, 24 dan 36 jam berturut-turut yaitu 65 %, 53,33 % dan 46,67 %. Pengaruh lama penyimpanan semen terhadap fertilitas telur hasil IB dengan bahan pengencer laktat Ringer dengan penambahan 5 % kuning telur menunjukan bahwa semen yang tidak disimpan (0 jam) menghasilkan rataan fertilitas te1ur tertinggi yaitu 74,28 %, sedangkan IB dengan semen yang disimpan 12, 24 dan 36 jam berturut-turut didapatkan rataan fertilitas telur 59,57'%,50,29 % dan 32,04 %. Lama penyimpanan semen pada suhu 5° C sangat menentukan fertilitas te1ur. Keadaan ini bisa diketahui dari tingginya tingkat penurunan fertilitas setelah semen disimpan 24 jam, yaitu teIjadi penurunan fertilitas telur sebesar 24 % dan setelah mengalami penyimpanan 36 jam sebesar 42,24 %. Hal ini diduga karena faktor lama penyimpanan semen dalam suhu 5° C dapat menyebabkan spermatozoa mengalami cold shock F ertilitas telur juga diamati berdasarkan persentase telur fertil per hari. Fertilitas te1ur dihitung mulai hari kedua sete1ah IB. Inseminasi buatan dengan semen yang disimpan 36 jam menghasilkan fertilitas telur yang rendah. Sedangkan fertilitas telur paling baik sampai hari ketujuh setelah IB adalah hasil IB dengan semen yang disimpan 0 jam yaitu lebih dari 40 %.