Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/23050
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorPuspitasari, Shinta
dc.date.accessioned2010-05-19T02:55:10Z
dc.date.available2010-05-19T02:55:10Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/23050
dc.description.abstractPengendalian serangga hama pada tanaman sayur-sayuran umumnya masih bertumpu pada penggunaan insektisida sintetik. Banyak dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran yang dapat timbul akibat penggunaan insektisida sintetik In!. Untuk mengurangi dampak tersebut, perlu dicari' sarana pengendalian yang efektif namun ramah lingkungan, misalnya insektisida botani. Dalam upaya pengembangan insektisida botani perlu diketahui faktor-faletor yang mempengaruhi hasil elestraksi suatu bahan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman asal, bagian tanaman, perlaleuan pengeringan bahan tanaman, dan pelarut pengelestrale terhadap aletivitas elestrak Aglaia odOl'ata Lour. (Meliaceae) pada larva Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Elestralesi dilaleulean melalui tahapan berikut: (1) ekstraksi ranting A. odorata dari Cimanggu dan Babakan Pendeuy (Bapen), (2) ekstralesi bagian tanaman yang berbeda, yaitu daun muda, daun tua, dan ranting dari tanaman asal Cimanggu (yang aktif), (3) ekstralesi bahan segar dan leering (daun muda, daun tua, dan ranting), (4) ekstraksi ranting dengan pelarut berbeda (metanol, aseton, etanol, dan heksana). Penguj ian dilakukan dengan metode residu pada daun. Pada pengujian awal, ekstrale leasar diuji pada konsentrasi 0,1% dan 0,5%, sementara elestrak fase etil asetat diuji pada leonsentrasi ("Iv) 0,03%, 0,1%, dan 0,25%. Pada uji lanjutan, ekstrak rantingdiuji pada tujuh taraf konsentrasi (W/v), yaitu 0,015%, 0,03%, 0,04%, 0,05%, 0,06%, 0,07%, 0,085%. Ekstrak diuji pada larva instar II. Pemberian makan daun brokoli yang diberi perlakuan dilakukan selama 48 jam, kemudian larva diberi makan daun tanpa perlakuan. Pada pengujian awal, jumlah larva instar II yang digunakan adalah 60 larva (dalam 4 ulangan), dan pada uji lanjutan digunakan 90 larva instar II (dalam 6 ulangan). Pengamatan dilakukan dengan mencatat jumlah larva instar II dan III yang mati, dan untuk larva yang bertahan hidup, lama perkembangannya hingga mencapai instar IV dicatat. Tingkat kematian serangga pada perlakuan dikoreksi dengan kematian kontrol dan data tingkat kematian pada pengujian dengan tujllh taraf konsentrasi diolah dengan analisis probit. Hasil penglljian menunjukkan bahwa ekstrak ranting dari Cimanggu lebih aktif dibandingkan ekstrak dari Bapen. Perbedaan tersebut jelas terlihat pada perlakuan konsentrasi 0,1%, yaitll tingkat kematian larva pada perlakuan ekstrak Cimanggu mendekati 38% sementara tingkat kematian pada perlakuan ekstrak Bapen dapat diabaikan. Ranting Cimanggu juga memberikan hasil ekstrak yang lebih banyak. Ekstrak A. odorata dari bagian tanaman berbeda dapat menunjukkan tingkat keaktifan yang berbeda pula. Pada konsentrasi 0,1% dan 0,25%, perlakuan dengan ekstrak ranting dan daun mud a dapat mematikan larva sampai 100%, sedangkan perlakuan dengan ekstrak daun tua dan campuran ranting dan daun tua pada konsentrasi 0,25% hanya mematikan 35,4% dan 18,73% .. Pada kisaran diameter ranting 2-5 mm, secara umum keaktifan ekstrak A. adora/a dari ranting dengan diameter berbeda tidak berbeda nyata satu sarna lain. Walaupun ranting dengan diameter < 2 mm menghasilkan ekstrak dengan aktivitas lebih rendah, hasil ekstraknya lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak dari ranting dengan diameter >2 - 5 mm. Ekstrak yang diperoleh dari bahan segar (daun muda, daun tlla, dan ranting) secara keseluruhan lebih aktif dibandingkan ekstrak dari bahan kering. Perbedaan keaktifan antar bagian tanaman serupa untuk kedua kelompok bahan tersebut Ekstrak kasar ranting A. odora/a dengan pelarut aseton memberikan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak dengan pelarut lain. Namun, fase etil asetat ekstrak metanol pada konsentrasi 0,05% lebih aktif dibandingkan fase etil asetat ekstrak aseton. Hubungan konsentrasi - mortalitas ekstrak A. odm•ala menunjukkan bahwa tingkat kematian larv a makin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. LC;o dan LC9; terhadap instar II dan instar II + III tidak berbeda, yang mencerminkan tidak terjadinya penir gkatan kematian yang nyata pada instar III. Selain mengak'batkan kematian, ekstrak A. odora/a yang disiaDkan dengan berbagai cara, kecua Ii ekstrak heksana, juga memperpanjang lama perkembangan larva C. bino/alis yang bertahan hidup hingga instar IV Penelitian ini mengungkapkan potensi insektisida tanaman A. odora/a sebagai salah satu alternatif pengendalian ham a di lapang. Untuk memproduksi insektisida botani dari tanaman A. odorata, perlu diperhatikan ketersediaan bahan baku. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang penanganan bahan mentah dan cara ekstraksi, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam produksi insektisida botani dari A. odorata.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Jenis Bahan Baku dan Cara Penyiapan Terhadap Aktivitas Insektisida Ekstrak Aglaia odorata Lour. (Meliaceae) pada Larva Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae)id
Appears in Collections:UT - Plant Protection

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A99spu.pdf
  Restricted Access
Full Text1.27 MBAdobe PDFView/Open
A99spu_abstract.pdf
  Restricted Access
Abstract208.83 kBAdobe PDFView/Open
A99spu_abstract.ps
  Restricted Access
Postscript318.58 kBPostscriptView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.