Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22072
Title: Kebiasaan Makanan Beberapa Jenis Ikan di Perairan Mangrove Pantai Mayangan, Pamanukan, Jawa Barat
Authors: Simanjuntak, Charles Parningotan Haratua
Issue Date: 2002
Abstract: Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai akhir Oktober 1999 di perairan Mangrove Pantai Mayangan, Pamanukan, Jawa Barat dan bertujuan untuk mengetahui tingkat pengalokasian sumberdaya makanan alami pada komunitas ikan berdasarkan kebiasaan makanan, luas relung makanan tiap spesies ikan dan tumpang tindih relung makanan antar spesies ikan. Pengambilan contoh ikan dilakukan sebanyak empat kali pada lima stasiun pengamatan dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin dengan ukuran mata jaring 2,5 cm, pukat pantai 2 cm, jaring rampus 5,2 cm dan jaring lempar 2,5 cm. Ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 77 jenis dari 31 famili, tetapi analisis kebiasaan makanan, luas relung dan tumpang tindih relung makanan hanya dilakukan terhadap 10 jenis ikan, yakni ikan yang saluran pencernaannya tidak dalam kondisi kosong atau rusak dan ditemukan minimal pada tiga kali sampling dari empat kali sampling yang dilakukan. Jenis ikan yang dianalisis adaiah ikan kada (Valamugif seheli), kuro (Eleutheronema tetradactylum), blama {Otolithoides brunneus), kerong-kerong (Therapon jarbua), tembang {Clupea fimbriata), gerot-gerot (Pomadasys hasta), bandeng (Chanos chanos), tetel: {Johnius belengeh), kiper (Scatophagus argus) dan peperek (Leiognathus equulus). Analisis makanan dilakukan di Laboratorium Ekobiologi Perairan dan Biomikro, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Analisis kebiasaan makanan masing-masing jenis ikan menggunakan Index of Preponderance (IP) (Natarajan dan Jhingran in Effendie, 1979). Perhitungan Colwell dan Futuyama (1971) dipakai untuk menghitungkan luas relung dan tumpang tindih relung makanan antar spesies ikan. jenis makanan yang terdapat pada lambung ikan kada terdiri atas dua kelompok makanan, yaitu Baciiiariophyceae (6 genera) dan detritus. Pleurosigma memiliki persentase IP terbesar (77,67%) dan merupakan makanan utama. Komposisi makanan kada pada setiap sampling tidak memperlihatkan perbedaan yang besar. Jenis makanan yang ditemukan dalam lambung ikan kdro terdiri atas tiga kelompok makanan, yaitu udang (Penaeus dan larva udang), ikan, dan cacing polychaeta. Udang Penaeus merupakan makanan utama dengan nilai IP 64,09%, ikan Engarulis (28,74%) dan larva udang (5,65%) sebagai makanan pelengkap. Sedangkan makanan tambahan terdiri atas ikan Ambassis (0,92%), polychaeta (0,45%) dan larva ikan (0,15%). Jenis makanan yang dapat dianalisis dari lambung ikan blama terdiri atas larva udang, udang penaeid, Squilla, Nerocila, larva ikan StoJephorus, dan polychaeta. Udang penaeid dengan IP 51,14% merupakan makanan utama, larva udang (36,66%), dan larva ikan Stolephorus (7,43%) termasuk makanan pelengkap, sedangkan Squilla, Nerocila, dan cacing polychaeta dikelompokkan sebagai makanan tambahan. Jenis dan nilai IP masing-masing jenis makanan yang ditemukan pada lambung ikan kerong-kerong adalah ikan Engraulis (53,33%), larva ikan (13,33%), larva udang (20,00%), udang penaeid (6,67%), dan Geryon (6,67%). Ikan Engraulis merupakan makanan utama, sedangkan jenis makanan lainnya tergolong makanan pelengkap. Jenis makanan yang ditemukan pada lambung ikan tembang terdiri atas kelas Baciiiariophyceae (16 genera) dan Crustacea (4 genera). Nilai IP terbesar terdapat pada Lauderia (61,64%) dan merupakan makanan utama ikan ini pada perairan mangrove Mayangan. Jenis makanan utama yang dikonsumsi tidak sama untuk setiap sampling. Jenis makanan yang dapat dianalisis dari lambung ikan gerot-gerot beserta nilai IPnya terdiri atas larva udang (6843%), udang penaeid (0,57%), larva ikan (25,57%), ikan Clupeidae (2,84%), Olenchira (1,99%), dan Chirolana (0,-85%). Larva udang merupakan makanan utama, larva ikan dan ikan Clupeidae dikelompokkan sebagai makanan pelengkap, sedangkan jenis makanan lainnya tergolong makanan tambahan. Kelas Bacillariophyceae (14 genera) merupakan jenis makanan ikan bandeng. Melosira (IP=76,40%) merupakan jenis makanan utama, Fragilaha (6,00%), Detonula (5,82%) dan Skeletonema (4,40%) dikonsumsi sebagai jenis makanan pelengkap. Sedangkan jenis makanan lainnya dikelompokkan sebagai makanan tambahan. Jenis makanan ikan tetet beserta niiai IP yang ditemukan terdiri atas udang penaeid (73,07%), larva udang (14,74%), Loligo (1,64%), Squilla (0,41%), debris kepiting kecil (0,61%), Nepthyid (2,27%), polychaeta (0,05%) dan organisme tidak teridentifikasi (7,20%). Udang penaeid merupakan jenis makanan utama, larva udang sebagai makanan pelengkap, sedangkan jenis makanan lainnya termasuk makanan tambahan. Jenis makanan yang ditemukan pada lambung ikan kiper terdiri atas dua kelas yakni keias Baciiiariophyceae (11 genera) dan Chlorophyceae (1 genus). Peiagothhx dari kelas Bacillariophyceae (IP=85,89%) merupakan makanan utama, Chlorella dari keias Chlorophyceae (IP=5,61%) merupakan makanan pelengkap. Jenis makanan yang dapat dianalisis dari lambung ikan peperek dikelompokkan dalam dua kelas, yakni keias Bacillariophyceae (9 genera) dan kelas Crustacea (3 genera). Pleurosigma dengan IP tertinggi (70,76%) merupakan makanan utama ikan ini. Lauder/'a (6,10%) dan Detonula (6,49%) digolongkan sebagai makanan pelengkap. Sedangkan jenis makanan lainnya digolongkan sebagai makanan tambahan. Untuk kelompok ikan herbivora, luas relung makanan terbesar pada Sampling I, II, dan III ditemukan pada ikan tembang, sedangkan pada sampling IV ditemukan pada ikan peperek. Luas relung makanan terkecil terdapat pada ikan bandeng (Sampling I), peperek (Sampling II dan III), kada (Sampling IV). Untuk kelompok ikan karnivora, luas relung makanan terbesar ditemukan pada ikan tetet (Sampling I, II dan IV) dan ikan blama (sampling III). Luas relung makanan terkecil ditemukan pada ikan gerot-gerot (Sampling I dan III), kerong-kerong (Sampling II), biama dan kuro (Sampling IV). Luas relung makanan yang besar menunjukkan bahwa ikan tersebut mengkonsumsi jenis makanan yang lebih beragam, sedangkan luas relung yang kecil/sempit mengindikasikan bahwa ikan tersebut lebih selektif atau spesifik dalam memilih makanannya (Colwell & Futuyma, 1971; Gerking, 1994). Untuk ikan herbivora, tumpang tindih relung makanan terbesar terjadi antara ikan kada dengan ikan kiper (Sampling I dan II), ikan kada dengan ikan peperek (Sampling III) dan antara ikan bandeng dengan peperek (Sampling IV). Sedangkan untuk kelompok ikan karnivora, tumpang tindih relung makanan terbesar terjadi antara ikan tetet dengan ikan ikan blama (Sampling I), antara ikan kuro dengan ikan biama (Sampling II dan III) dan antara ikan kuro dengan ikan tetet (Sampling IV). Tumpang tindih relung makanan yang tinggi mengindikasikan terjadi pemanfaatan sumberdaya makanan alami yang sama.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22072
Appears in Collections:UT - Aquatic Resources Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
C02cps.pdf
  Restricted Access
3.66 MBAdobe PDFView/Open
C02cps_abstract.pdf
  Restricted Access
472 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.