Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/18370
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorDermawan, Ahmad
dc.date.accessioned2010-05-10T11:08:32Z
dc.date.available2010-05-10T11:08:32Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/18370
dc.description.abstractKedelai merupakan salah satu tanaman yang penting bagi bangsa Indonesia. Kedelai berperan bagi jutaan petani kedelai, sekitar 160 ribu pengrajin kecil industri tahu dan tempe dan jutaan masyarakat sebagai konsumennya. Sejak tahun 1975 Indonesia menjadi importir kedelai karen a sampai saat ini produksi kedelai lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan. Data terakhir menun"jukkan bahwa produksi tahun 1998 mencapai 1.306 juta ton, turun dari 1.357 juta ton pada tahun 1997, sedangkan konsumsi mencapai 2.040 juta ton pada tahun 1998 dan 2.020 juta ton pada tahun 1997, sehingga Indonesia harus senantiasa mengimpor kedelai. Penurunan produksi antara lain disebabkan oleh gangguan cuaca serta rendahnya insentif pendapatan yang diperoleh petani dari menanam kedelai, yang mengurangi minat petani untuk menanamnya. Konsumsi meningkat seiring dengan mahalnya harga protein hewani, menggeser konsumsi masyarakat kepada sumber protein yang lebih murah. Di pihak lain, menurunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS mengakibatkan harga barang impor menjadi mahal, yang menimbulkan kesulitan bagi industri yang bahan bakunya tergantung kepada impor, antara lain industri tahu dan tempe. Tulisan ini disusun dengan tujuan untuk (1) mengetahui keragaan usahatani kedelai dan industri tahu dan tempe secara umuill', (2) menganalisis pendapatan usahatani kedelai di kabupaten Garut, (3) menganalisis nilai tam bah industri tahu dan tempe di kotamadya Bogor, serta (4) mengidentiftkasi kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan sistem komoditas kedelai. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usahatani kcdelai di kabupaten Garut tidak menguntungkan apabila pendapatan yang diperolch diperhitungkan terhadap biaya total, namun masih menguntungkan apabila pendapatan hanya diperhitungkan terhadap biaya tunai. Usahatani menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1 720 686.96, dan mengeluarkan biaya total sebesar Rp 2 020 900.28 dan biaya tunai sebesar Rp 1 550 148.70. Dengan kondisi tersebut, usahatani mengalami kerugian sebesar 300 213.32 rupiah terhadap biaya total dan mengalami keuntungan sebesar Rp 170 538.26 terhadap biaya tunai. Rasio R/ C atas biaya total sebesar 0.85, sedangkan rasio R/C atas biaya tunai sebesar 1.11, berarti hanya Rp 850.00 yang diperoleh dari Rp 1 000.00 biaya total dan penerimaan sebcsar Rp 1 110.00 dan pcngeluaran sebesar Rp 1 000.00 biaya tunal. Scbagian besar pengrajin tahu dan tempe di kotamadya Bogor merupakan anggota Primkopti (Primer Koperasi produsen Tahu Tempe Indonesia). Industri tahu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 176 724000.00 dan biaya total sebesar Rp 128 284 055.00 dengan keuntungan sebesar Rp 48 439 945.00. Industri tempe menghasilkan total pencrimaan ratarata Rp 112035000.00 dan biaya total Rp 99 883 503.00 dengan keuntungan sebesar Rp 12 151 497.00. Analisis struktur produksi menunjukkan bahwa nilai tambah industri tahu lebih bcsar dari tempe. Nilai tamball industri tahu sebesar Rp 2 445.1 0 per kilogram kedelai, sedangkan nilai tambah industri tempe sebesar Rp 1 741.07 per kilogram kedelai. Kebijakan pemerintah yang diidentifikasi sejak akhir 1997 memberikan arall yang penting bagi sistem komoditas kedelai. Liberalisasi pcrdagangan kedelai dalam bentuk dipcrbolehkannya impor kedelai oleh importir umum mengakibatkan harga kedelai lokal meningkat, namun keuntungan petani tidak meningkat seeara signifikan karena kenaikan harga kcdelai diikuti oleh kenaikan harga sarana produksi. Kebijakan bcrupa subsidi sarana produksi (sampai bulan Nopember 1998) dikeluarkan untuk merespons mahalnya harga pupuk akibat kclangkaan. Kebijakan pemerintah sclama ini secara konseptual cukup baik, namun mengaiami kendala dalam pelaksanaannya. Tidak lancamya distribusi pupuk, kurangnya penyuluhan serta, tidak lancamya penyaluran KUT (Kredit Usaha Tani) merupakan gangguan serius bagi kelancaran usahatani. Peningkatan teknologi, antara lain penggunaan vanetas berdaya hasil tinggi (high yield !Jarie!]) sangat dianjurkan untuk segera diterapkan sesuai dengan kondisi fisik di masingmasing wilayah. Peningkatan produktivitas dan produksi kedelai harus diikuti dengan pemuliaan varietas yang kualitasnya memenubi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai bahan baku industri tahu dan tempe, sehingga pada akbimya ketergantungan terhadap kedelai impor dapat dikurangi.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis pendapatan usahatani kedelai serta nilai tambah industri tahu dan tempe (Kasus desa Sindangratu dan Situgede di kabupaten Garut Serta kotamadya Bogor)id
Appears in Collections:UT - Economics and Development Studies

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A99ADE.pdf
  Restricted Access
Full Text3.11 MBAdobe PDFView/Open
A99ADE_abstract.pdf
  Restricted Access
Abstract211.31 kBAdobe PDFView/Open
A99ADE_abstract.ps
  Restricted Access
Abstract321.36 kBPostscriptView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.