Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/18247
Title: Budidaya Sayuran Hibroponik Dengan Metobe "Nutrient Film Technique (NFT)" Ditinjau Dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran ( Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )
Authors: Anggraini, Aulia
Issue Date: 1999
Abstract: Suatu kebijakan untuk meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura guna menanggulangi krisis ekonomi siap diluncurkan oleh Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Gerakan yang diberi nama Gema Hortina 2003 (Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara tahun 2003) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memenuhi secara konsisten dan kontinu konsumsi dalam negeri serta berorientasi ekspor. Kebutuhan komoditi sayuran cenderung meningkat tiap tahun dan belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Selain itu terbukanya pasar substitusi impor maupun pasar ekspor, merupakan peluang bagi para petani atau produsen yang sekaligus memiliki hambatan berupa kontinuitas dan kualitas produk yang harus dapat dipenuhi. Pertanian konvensional belum mampu memenuhi tuntutan tersebut sehingga dibutuhkan alternatif lain. Hidroponik NFT di dalam greenhollse merupakan salah satu cara budidaya yang lebih memungkinkan terpenuhinya syarat kualitas dan kontinuitas produk. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat kelayakan investasi secara finansial budidaya sayuran dengan hidroponik NFT pada tingkat suku bunga 48 persen dan tingkat suku bunga 16 persen, (2) menganalisis sensitivitas pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT jika teIjadi perubahan-perubahan dalam komponen manfaat dan biaya dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran komoditi sayuran yang dibudidayakan dengan hidroponik NFT tersebut dari sisi marjin pemasaran. Penelitian dilakukan di kebun Studio Agribisnis (SA), Pasir Sarongge yang dipilih dengan pertimbangan bahwa kebun SA ini mengusahakan sayuran yaitu tomat recento dengan hidroponik NFT di dalam greenhollse. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, dengan tingkat suku bunga 48 persen (tingkat suku bunga yang berlaku pada saat investasi dilakukan, Desember 1998) pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, tidak layak untuk dijalankan. Ini ditunjukkan dari nilai NPV yang negatif Rp 163.196.140,00, nilai NBCR sebesar 0,22, nilai IRR sebesar 3,42 persen serta nilai payback period lebih dari dua belas tahun (melebihi umur proyek). Sementara pada kondisi saat ini (Agustus 1999) di mana tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah sebesar 16 persen, pengusahaan tomat recento tersebut layak dijalankan. Nilai NPV yang diperoleh Rp 35.218.980,00 mengandung arti investasi akan memberikan manfaat sebesar Rp 35.218.980,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang. Nilai NBCR 1,20 mengandung arti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran Rp 1,00 akan memberikan manfaat sebesar Rp 1,20. Nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto 16 persen dan payback period dicapai dalam masa 5,3 tahun. Namun dengan nilai NPV dan nilai NBCR yang relatif kecil serta masa pengembalian investasi yang hampir mencapai umur proyek, maka dapat dikatakan bahwa tingkat suku bunga 16 persen masih relatif besar untuk melakukan investasi di bidang pertanian. Selanjutnya analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat perubahan pada nilai NPV, NBCR, IRR dan payback period jika terjadi peningkatan produksi sebesar 65 persen, jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen atau jika terjadi peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen. Secara keseluruhan hasil analisis sensitivitas baik pada tingkat suku bunga 16 persen maupun pada tingkat suku bunga 48 persen menunjukkan bahwa pengusahaan tomat recento tersebut peka terhadap peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen dan memberikan respon positif terhadap peningkatan produksi sebesar 65 persen. Peningkatan produksi sebesar 65 persen akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan apabila tidak terdapat peningkatan produksi dalam pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT tersebut. Saluran pemasaran yang dilalui dalam proses penyaluran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, ke konsumen akhir hanya satu saluran pemasaran yaitu : produsen (SA) ~ pedagang pengumpul (PT Sandi mas Intimitra) -+ supermarket (SOGO Plaza Indonesia Jakarta) -+ konsumen. Saluran pemasaran yang hanya satu tersebut menunjukkan bahwa produsen tidak atau belum memiliki alternatif pemasaran lainnya. Hasil analisis marjin pemasaran dan penyebarannya menunjukkan bahwa marjin pemasaran total yang dihasilkan yaitu Rp 4.550,00 per kg (60,26 persen dari harga jual di tingkat supermarket) denganjarmer's share sebesar 39,74 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Dari segi lembaga pemasaran, supermarket memiliki nilai rasio keuntungan-biaya terbesar yaitu 1,55. Nilai rasio keuntunganbiaya pada pedagang pengumpul sebesar 0,47. Tingginya nilai rasio keuntunganbiaya pada supermarket menunjukkan bahwa supermarket memiliki posisi yang kuat dalam saluran pemasaran tersebut. Fakta ini menggambarkan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa nilai marjin pemasaran total yang dihasilkan cukup tinggi dengan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Farmer's share jauh lebih kecil dibandingkan marjin pemasaran total yang dihasilkan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran lomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, belum efisien. Evaluasi atau penghitungan kembali atas arus manfaat biaya selama proyek berjalan perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan dalam arus manfaat dan biaya. Peningkatan produksi akan meningkatkan manfaat yang dapat diperoleh dari penanaman investasi pengLlsahaan sayuran dengan hidroponik NFT tersebut. Selain itLl perlu adanya subsidi atau penLlrunan suku bunga kredit pertanian dari pemerintah, karena tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian sebesar 16 persen masih relatif besar untuk sektor pertanian. Kebijakan ini dapat mendorong investor dan produsen/ petani untuk melakukan investasi pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT di dalam greenhouse. Sementara dari sisi pemasaran, efisiensi dapat dicapai dengan mencari alternatif pemasaran lain atau dengan perbaikan kontrak antara produsen dengan pedagang pengumpul sehingga dapat diperoleh harga yang lebih baik bagi masing-masing pelaku. Dengan cara tersebut diharapkan jarmer's share dapat meningkat.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/18247
Appears in Collections:UT - Soil Science and Land Resources

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A99AAN.pdf
  Restricted Access
Full Text3.18 MBAdobe PDFView/Open
A99AAN_abstract.pdf
  Restricted Access
Abstract251.18 kBAdobe PDFView/Open
A99AAN_abstract.ps
  Restricted Access
PostScript370.08 kBPostscriptView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.