Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171801| Title: | LAPORAN PENELITIAN : Intervensi Edukasi Gizi di Karawang: Analisis Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Asuh Balita REPORT SERIE 2 |
| Authors: | Khomsan, Ali |
| Issue Date: | Dec-2025 |
| Publisher: | Departemen Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University |
| Abstract: | Pola asuh makan pada masa balita (0–59 bulan) merupakan salah satu determinan utama status gizi anak dan perkembangan jangka panjang. Periode seribu hari pertama kehidupan — yang mencakup masa kehamilan hingga usia 2 tahun — adalah jendela kritis di mana asupan nutrisi yang tepat, frekuensi pemberian makanan, kualitas zat gizi, dan praktik pemberian makan (feeding practices) menentukan pertumbuhan linier, perkembangan kognitif, dan ketahanan terhadap penyakit sepanjang hidup (Black et al., 2008). Kekurangan asupan makanan berkualitas selama periode ini dapat menyebabkan stunting, wasting, dan defisiensi mikronutrien yang berimplikasi pada penurunan kapasitas belajar dan produktivitas di masa dewasa (Victora et al., 2008; Black et al., 2008). Pola asuh makan mencakup beberapa dimensi: inisiasi dan eksklusivitas ASI, waktu dan kualitas makanan pendamping ASI (MP-ASI), keragaman diet, frekuensi makan, praktik penyimpanan serta persiapan makanan, serta aspek perilaku pemberian makan oleh pengasuh (WHO, 2008). Indikator IYCF (Infant and Young Child Feeding) seperti pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, usia pemberian makanan pendamping, serta Dietary Diversity Score (DDS) dan Minimum Acceptable Diet (MAD) sering digunakan untuk menilai kecukupan praktik pemberian makan. Bukti konsisten menunjukkan bahwa keragaman makanan dan kecukupan energi/protein berkaitan positif dengan status gizi dan ukuran tubuh anak; sebaliknya, pola makan yang monoton (bergantung pada makanan staple saja) meningkatkan risiko defisiensi zat gizi mikro dan gangguan pertumbuhan (Arimond & Ruel, 2004; Dewey & Brown, 2003). Di banyak negara berpenghasilan menengah ke rendah, termasuk Indonesia, tantangan gizi balita bersifat ganda: masih terdapat prevalensi stunting dan defisiensi mikronutrien yang tinggi bersamaan dengan munculnya masalah gizi lebih pada kelompok berisiko tertentu. Data survei kesehatan nasional di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi stunting tetap menjadi masalah utama meskipun ada perbaikan pada beberapa indikator gizi makro; faktor penyebab meliputi ketidakcukupan pola makan (kualitas dan kuantitas), penyakit berulang, sanitasi yang buruk, serta faktor sosial-ekonomi dan pendidikan ibu. Praktik pemberian makan yang suboptimal—seperti pemberian MP-ASI yang terlambat atau kurang beragam, serta pemberian makanan dengan frekuensi di bawah kebutuhan—dikonotasikan sebagai salah satu penyebab langsung rendahnya status gizi (Kementerian Kesehatan RI, Riskesdas 2018). ... |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171801 |
| Appears in Collections: | Research Report |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| Report Serie2 Batang pengetahuan gizi.pdf | Laporan Penelitian | 439.53 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.