Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171580
Title: Analisis Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pengayaan Nutrien di Perairan Pulau Beras Basah, Kota Bontang
Other Titles: 
Authors: Yulianda, Fredinan
Damar, Ario
Rosdiani, Yulistika
Issue Date: 2025
Publisher: IPB University
Abstract: Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan terutama dari faktor antropogenik. Aktivitas manusia terutama di daerah pesisir yang dekat dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dapat mengakibatkan pengayaan nutrien pada perairan. Pengayaan nutrien menyebabkan alga dapat hidup lebih cepat dibandingkan terumbu karang, sehingga pertumbuhan alga akan menggantikan ruang terumbu karang. Kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bontang terdapat di wilayah pesisir yang mana secara umum dimanfaatkan untuk kepentingan umum, perumahan, budidaya perikanan, perikanan tangkap, pelabuhan umum, tempat wisata, dan industri strategis (PT Badak NGL dan PT Pupuk Kaltim). Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan dan strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh pengayaan nutrien. Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2024 hingga Januari 2025. Pengambilan data terumbu karang dilakukan dengan metode Line Intercept Transect (LIT) pada 6 Stasiun di perairan Pulau Beras Basah dengan 2 kali pengulangan pada kedalaman ±3 meter dan ±5 meter. Pengambilan sampel kualitas perairan terdapat pada 6 Stasiun, dianalisis secara insitu menggunakan water quality meter dan exsitu di Laboratorium FPIK IPB University. Kondisi rata-rata tutupan karang keras memiliki persentase tertinggi sebesar 31% pada bagian timur (St 6) yang mana masuk dalam kategori “sedang” (Gomez dan Yap, 1988). Persentase tutupan karang terendah sebesar 24% terdapat pada bagian selatan (St 4) yang mana memiliki persentase tertinggi alga (alga+DCA) sebesar 34%. Kondisi ini menggambarkan terjadinya persaingan hidup antara karang keras dengan alga (alga+DCA) yang mana dapat menggambarkan proses spillover ekologis dari Stasiun dengan degradasi tinggi ke area sekitarnya. Mortalitas lebih tinggi pada zona dangkal pada kedalaman ±3 m dibandingkan sebagian besar Stasiun di kedalaman ±5 m. Nutrien fosfat dan amonia berkorelasi positif dan memiliki keterkaitan yang erat terhadap pertumbuhan alga dan DCA berdasarkan analisis PCA. Strategi pengelolaan berbasis ekologi yang direkomendasikan meliputi: restorasi mangrove dan lamun pada zona pesisir guna menyerap nutrien sehingga dapat mengurangi beban yang mencapai terumbu; meningkatkan herbivori yang mana merupakan pengontrol utama alga; menstabilkan substrat rubble agar bisa direkrut kembali; pulihkan tutupan karang keras lewat rekrutmen alami dan restorasi terarah dengan melindungi area pemijahan, gunakan mix bercabang & massif pada bibit karang untuk menaikkan kompleksitas dan menghambat ekspansi SC; membuat zoning kawasan wisata (zona snorkling/diving, zona konservasi, zona rehabilitasi); tekan input nutrien (pengetatan IPAL, zero-discharge organik dari perahu dan lokasi wisata : data sumber limpasan seperti pasar, homestay, tambak).
Coral reefs are highly sensitive ecosystems, particularly to disturbances originating from anthropogenic factors. Human activities, especially in coastal areas adjacent to centers of economic growth, can lead to nutrient enrichment in marine waters. Such enrichment enables algae to grow faster than corals, thereby occupying space previously dominated by corals. In Bontang City, the highest population density is concentrated in coastal zones, which are generally utilized for public facilities, housing, aquaculture, capture fisheries, public ports, tourism, and strategic industries (PT Badak NGL and PT Pupuk Kaltim). This study aims to formulate management strategies for coral reef ecosystems affected by nutrient enrichment. The research was conducted from September 2024 to January 2025. Coral reef data were collected using the Line Intercept Transect (LIT) method at six stations around Beras Basah Island, with two replicates at depths of approximately ±3 m and ±5 m. Water quality samples were taken at the same stations and analyzed in situ using a water quality meter and ex situ at the Laboratory of the Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University. The average percentage of live hard coral cover was highest at 31% in the eastern part (Station 6), categorized as moderate condition according to Gomez and Yap (1988). The lowest coral cover (24%) occurred in the southern area (Station 4), which had the highest combined algal and dead coral with algae (algae + DCA) coverage (34%). This pattern indicates a competitive interaction between hard corals and algae, suggesting an ecological spillover process from degraded patches toward adjacent areas. Coral mortality was generally higher in the shallow zone ±3 m than at ±5 m depth. Principal Component Analysis (PCA) revealed that phosphate and amonia showed strong positive correlations with algae and DCA growth. Recommended ecosystem-based management strategies include: (1) restoring mangrove and seagrass habitats in coastal zones to absorb excess nutrients and reduce reef nutrient loading; (2) enhancing herbivore populations as natural algal controllers; (3) stabilizing rubble substrates to promote coral recruitment; (4) restoring hard coral cover through natural and assisted recruitment by protecting spawning areas and utilizing mixed branching and massive coral fragments to enhance structural complexity and inhibit soft coral expansion; (5) establishing zoning schemes (e.g., snorkeling/diving, conservation, and rehabilitation zones); and (6) reducing nutrient input by enforcing stricter wastewater treatment (IPAL) regulations and achieving zero organic discharge from boats and tourism facilities, while identifying nutrient runoff sources such as markets, homestays, and aquaculture ponds.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171580
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_C2501212014_410784b363f24febb4736b7210cc2b41.pdfCover2.05 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_C2501212014_5a3a6538277b497782ca39352c70d94f.pdf
  Restricted Access
Fulltext5.31 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_C2501212014_d46cf0e0fff041158deada1b2f4d47c4.pdf
  Restricted Access
Lampiran622.16 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.