Dinamika Daya Saing dan Struktur Permintaan Ekspor Minyak Atsiri Indonesia di Pasar Tiongkok

Abstract

Minyak atsiri menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia yang berperan penting dalam perdagangan internasional. Permintaan global terhadap produk berbasis bahan alami, terutama di sektor kosmetik, farmasi, dan aromaterapi, terus meningkat, termasuk di pasar Tiongkok yang merupakan salah satu pengimpor utama minyak atsiri dunia. Namun, kinerja ekspor minyak atsiri Indonesia ke Tiongkok masih menghadapi tantangan berupa fluktuasi nilai dan volume ekspor serta dominasi negara pesaing seperti Jerman, Prancis, dan Bulgaria. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing, dinamika daya saing, dan struktur permintaan ekspor minyak atsiri Indonesia di pasar Tiongkok. Metode analisis yang digunakan meliputi Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur tingkat daya saing, Dynamic Revealed Comparative Advantage (DRCA) untuk mengukur perubahan daya saing antarperiode, serta Almost Ideal Demand System (AIDS) untuk menganalisis struktur permintaan minyak atsiri Indonesia bersama pesaing utamanya di pasar Tiongkok selama periode 2011–2023. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa Indonesia secara umum memiliki daya saing yang kuat, meskipun menurun pada tahun 2022 akibat gangguan global. Hasil analisis DRCA menunjukkan dinamika yang fluktuatif, dengan Indonesia diposisikan sebagai "rising star" pada periode 2011–2013, posisi “falling stars” pada periode 2013-2015, posisi "lagging retreat” pada periode 2015-2017, "rising star" pada periode 2017–2019, posisi “lost opportunity” pada periode 2019-2021 serta posisi "lagging retreat” pada periode 2021-2023. Hasil estimasi model AIDS menunjukkan bahwa permintaan minyak atsiri Indonesia bersifat elastis yang berarti bahwa kenaikan harga minyak atsiri Indonesia akan menurunkan permintaan minyak atsiri di pasar Tiongkok. Elastisitas harga silang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hubungan substitusi dengan Bulgaria dan USA, serta memiliki hubungan komplementer dengan Jerman dan Prancis. Nilai elastisitas pengeluaran mengindikasikan bahwa permintaannya minyak atsiri Indonesia meningkat seiring peningkatan nilai impor di pasar Tiongkok. Penelitian ini memberikan rekomendasi strategis untuk peningkatan daya saing melalui efisiensi biaya produksi dan strategi harga kompetitif, sertifikasi kualitas, diversifikasi jenis produk, serta penguatan promosi dan kerja sama perdagangan. Dukungan kebijakan yang konsisten dan sinergi antara pemerintah, eksportir, serta pelaku agribisnis diperlukan agar minyak atsiri Indonesia dapat meningkatkan posisi dan daya saingnya di pasar Tiongkok.