PENGGEROMBOLAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESIAPAN TRANSFORMASI DIGITAL MENGGUNAKAN K-MEANS DAN K-MEDOIDS

Abstract

Transformasi digital merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan layanan publik di era industri 4.0. Meskipun penetrasi internet di Indonesia terus meningkat masih terdapat kesenjangan digital masih menjadi hambatan besar, khususnya antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan tingkat kesiapan transformasi digital pada 34 provinsi di Indonesia melalui pendekatan penggerombolan menggunakan metode K-Means dan K-Medoids, serta membandingkan performa dari kedua metode tersebut. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari publikasi BPS Statistik Telekomunikasi Indonesia 2023 yang terdiri dari 11 peubah numerik. Hasil evaluasi menggunakan 3 metrik validasi internal menunjukkan bahwa metode K-Means dengan 4 gerombol menghasilkan struktur yang paling terpisah dan stabil, dengan nilai indeks Davies Bouldin sebesar 0,63 dan indeks Calinski Harabasz sebesar 26,91. Provinsi diklasifikasikan ke dalam 4 tingkat kesiapan yaitu tidak siap, cukup siap, siap, dan sangat siap. Sebagian besar provinsi di luar Pulau Jawa tergolong tidak siap, sedangkan DKI Jakarta merupakan satu satunya provinsi dalam kategori sangat siap. Hasil ini menunjukkan bahwa kesenjangan digital bersifat sistematis, sehingga dibutuhkan kebijakan yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan masing masing wilayah.

Digital transformation plays a crucial role in supporting economic growth and improving public services in the era of Industry 4.0. Although internet penetration in Indonesia continues to increase, the digital divide remains a major obstacle, particularly between urban and rural areas. This study aimed to map the level of digital transformation readiness across 34 provinces in Indonesia by applying clustering methods using K-Means and K-Medoids, and by comparing the performance of both methods. The study used data from BPS’s 2023 Statistics of Telecommunications Indonesia, which consisted of 11 numerical variables. The evaluation with three internal validation metrics showed that the K-Means method with four clusters produced the most distinct and stable structure, with a Davies-Bouldin index value of 0,63 and a Calinski-Harabasz index value of 26,91. The provinces were classified into four levels of readiness: not ready, moderately ready, ready, and very ready. Most provinces outside Java fell into the not ready category, while DKI Jakarta was the only province in the very ready category. These findings indicated a systematic digital gap that required policy responses tailored to each region’s level of readiness.