Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171364Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Riyadi, Hadi | - |
| dc.contributor.advisor | Khomsan, Ali | - |
| dc.contributor.advisor | Ekayanti, Ikeu | - |
| dc.contributor.author | Verawati, Besti | - |
| dc.date.accessioned | 2025-10-22T06:06:29Z | - |
| dc.date.available | 2025-10-22T06:06:29Z | - |
| dc.date.issued | 2025 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171364 | - |
| dc.description.abstract | Sindrom Metabolik (MetS) merupakan kumpulan faktor risiko seperti obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia, dan resistensi insulin yang berisiko meningkatkan terjadinya Diabetes Melitus (DM) dan penyakit kardiovaskular (PKV), yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Meningkatnya prevalensi MetS di Indonesia dipengaruhi oleh meningkatnya obesitas dan DM. Nelayan dan petani kelapa sawit diketahui memiliki prevalensi MetS yang tinggi, yang dipengaruhi oleh faktor seperti pola makan tidak sehat, hipertensi, rendahnya kadar HDL, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik. Perbedaan sosial ekonomi, pola konsumsi, dan gaya hidup antara nelayan dan petani kelapa sawit berperan penting dalam kerawanan pangan, yang pada gilirannya berdampak pada kualitas diet dan risiko MetS. Ketahanan pangan yang buruk dapat menurunkan kualitas diet, meningkatkan risiko penyakit tidak menular, sedangkan kualitas diet yang buruk dapat memperburuk ketahanan pangan, melemahkan kesehatan, dan mengurangi produktivitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis ketahanan pangan, kualitas diet, dan risiko MetS pada nelayan dan petani kelapa sawit. Secara khusus Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan karakteristik sosial ekonomi, riwayat penyakit tidak menular (PTM) orang tua, kebiasaan merokok, perilaku pencarian kesehatan, aktivitas fisik, antropometri (indeks masa tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh), konsumsi kopi, konsumsi pangan, kebiasaan makan terkait sindrom metabolik (MetS), serta profil lipid pada nelayan dan petani kelapa sawit. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis perbedaan ketahanan pangan, kualitas diet, serta determinan risiko MetS berdasarkan faktor-faktor tersebut. Desain studi yang digunakan adalah case control. Penelitian dilaksanakan di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara pada April hingga Juli 2024. Pemilihan lokasi dan sampel penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian terdiri dari dua tahap: skrining dan observasi. Pada tahap skrining, 346 subjek dari komunitas nelayan dan petani kelapa sawit diuji untuk menentukan kelompok MetS dan NonMetS melalui pengukuran kolesterol, glukosa darah puasa, tekanan darah, dan lingkar pinggang menggunakan sampel darah kapiler. Hasil skrining menunjukkan 120 subjek masuk kelompok MetS dan 120 subjek masuk kelompok NonMets. Tahap observasi melibatkan 60 pasangan (30 MetS dan 30 NonMetS) dari kedua komunitas. Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer mencakup karakteristik sosial ekonomi, gaya hidup, riwayat penyakit keluarga, kebiasaan makan, konsumsi pangan, kualitas diet (HDI), aktivitas fisik, status gizi (IMT, lingkar pinggang, komposisi lemak tubuh), serta ketahanan pangan (FIES). Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, dan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Data ketahanan pangan diukur menggunakan Food Insecurity Experience Scale (FIES) dan kualitas dietmenggunakan Healthy Diet Indicator (HDI). Data biokimia darah (profil lipid, glukosa darah puasa) oleh tenaga medis profesional di laboratorium rumah sakit daerah. Data sekunder diperoleh dari dokumen Gampong dan dinas terkait. Analisis data dalam penelitian ini mencakup deskripsi variabel menggunakan uji chi-square untuk variabel kategorik, uji t-test untuk variabel numerik, dan analisis regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor risiko sindrom metabolik. Hasil analisis regresi dilaporkan dalam bentuk Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam karakteristik sosial ekonomi, status kesehatan, dan gaya hidup antara kedua kelompok. Petani cenderung memiliki riwayat penyakit tidak menular (PTM) lebih tinggi, pengeluaran nonpangan yang lebih besar, serta pengetahuan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan nelayan. Selain itu, nelayan lebih aktif dalam kegiatan fisik saat waktu senggang, sedangkan petani lebih aktif dalam pekerjaan rumah tangga dan transportasi. Obesitas sentral dan kadar trigliserida yang tinggi lebih sering ditemukan pada petani, sementara kebiasaan merokok, konsumsi kopi, dan pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi karbohidrat, lemak, dan garam yang tinggi, banyak ditemukan pada individu dengan sindrom metabolik di kedua kelompok. Ketahanan pangan dan kualitas diet juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Nelayan yang menderita MetS lebih sering menghadapi kerawanan pangan, sementara petani, meskipun memiliki akses pangan yang lebih baik, tetap menghadapi tantangan dalam pemenuhan makanan bergizi. Kualitas diet yang rendah berkontribusi pada peningkatan risiko sindrom metabolik di kedua kelompok. Faktor risiko MetS yang dominan di kalangan nelayan meliputi kerawanan pangan dan rendahnya kualitas diet, sedangkan pada petani, faktor utama yang mempengaruhi risiko adalah kelebihan asupan energi dan kualitas diet yang buruk. Faktor sosial ekonomi, seperti jumlah anggota keluarga dan pengeluaran non-pangan, serta faktor antropometri seperti obesitas sentral dan kadar lemak tubuh, turut memengaruhi risiko MetS. Analisis regresi menunjukkan bahwa pada nelayan, kerawanan pangan dan kualitas diet rendah merupakan faktor paling signifikan yang meningkatkan risiko MetS, sementara pada petani, kelebihan konsumsi energi dan kualitas diet yang buruk menjadi faktor utama. Asupan serat dan vitamin C dapat memberikan perlindungan di kelompok nelayan, sedangkan vitamin E dan magnesium berperan sebagai faktor pelindung pada petani. Temuan ini mengindikasikan perlunya intervensi kontekstual berbasis komunitas yang mempertimbangkan akses pangan, edukasi gizi, dan gaya hidup sehat untuk menurunkan risiko sindrom metabolik pada kelompok rentan seperti nelayan dan petani. | - |
| dc.description.sponsorship | null | - |
| dc.language.iso | id | - |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Ketahanan Pangan, Kualitas Diet, dan Risiko Sindrom Metabolik pada Nelayan dan Petani Kelapa Sawit | id |
| dc.title.alternative | null | - |
| dc.type | Disertasi | - |
| dc.subject.keyword | ketahanan pangan | id |
| dc.subject.keyword | kualitas diet | id |
| dc.subject.keyword | nelayan | id |
| dc.subject.keyword | petani kelapa sawit | id |
| dc.subject.keyword | sindrom metabolik | id |
| Appears in Collections: | DT - Human Ecology | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_I1604221013_6b8d49970d344fd6a1ba1ac71ce396f1.pdf | Cover | 1.07 MB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_I1604221013_d8d9b40d0dca4273bf2730c05d6651cf.pdf Restricted Access | Fulltext | 3.61 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_I1604221013_f243b400a7b84f639451e1bb379a98ab.pdf Restricted Access | Lampiran | 4.49 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.