Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171160Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Iskandar | - |
| dc.contributor.advisor | R., Sri Wilarso Budi | - |
| dc.contributor.advisor | Pulunggono, Heru Bagus | - |
| dc.contributor.author | Herman, Welly | - |
| dc.date.accessioned | 2025-09-23T06:10:58Z | - |
| dc.date.available | 2025-09-23T06:10:58Z | - |
| dc.date.issued | 2025 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171160 | - |
| dc.description.abstract | Indonesia merupakan produsen batubara terbesar ketiga di dunia, dengan sebagian besar kegiatan pertambangan dilakukan melalui metode tambang terbuka. Walaupun secara ekonomi metode ini dinilai efisien, dampaknya terhadap lingkungan sangat signifikan, terutama terhadap degradasi tanah dan keseimbangan ekosistem lokal. Aktivitas tambang terbuka menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas (topsoil), penurunan keanekaragaman hayati, serta berkurangnya fungsi ekologis lahan. Salah satu strategi reklamasi yang umum diterapkan untuk mengatasi dampak tersebut adalah revegetasi, yang terbukti dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta mendorong terbentuknya kembali ekosistem yang lebih stabil dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perkembangan sifat tanah sesuai umur revegetasi pada lahan pascatambang batubara di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Kajian dilakukan secara bertahap dan mencakup empat fokus utama, yaitu keanekaragaman vegetasi, keberadaan fungi mikoriza arbuskular (FMA), kualitas tanah (meliputi aspek fisik, kimia, dan biologi), serta performa pertumbuhan tanaman revegetasi. Lokasi penelitian terdiri dari beberapa lahan yang telah mengalami revegetasi sejak tahun 1992 hingga 2022, ditambah satu lokasi suksesi alami dan satu kawasan hutan alam sebagai kontrol. Hasil kajian tahap pertama menunjukkan bahwa revegetasi dengan umur lebih tua memiliki struktur vegetasi yang lebih kompleks dan tingkat keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan revegetasi yang lebih muda. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi tercatat pada hutan alam, diikuti oleh lahan revegetasi tahun 1992, 1995, dan 2006. Spesies Acacia mangium Willd. mendominasi hampir seluruh lokasi revegetasi, terutama pada strata pohon (kanopi). Jumlah spesies vegetasi menunjukkan peningkatan seiring bertambahnya usia revegetasi. Di sisi lain, kepadatan spora FMA tertinggi ditemukan pada lahan revegetasi tahun 2006, dengan genus dominan yang meliputi Glomus sp., Gigaspora sp., dan Acaulospora sp. Terdapat korelasi positif antara kerapatan vegetasi terutama pada strata pohon dan tiang dengan kepadatan spora FMA Penelitian tahap kedua difokuskan pada pada evaluasi sifat kimia tanah, meliputi parameter pH, karbon organik (C-organik), nitrogen total (N-total), fosfor tersedia (P-tersedia), kation basa (Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan Na-dd), kapasitas tukar kation (KTK), serta kejenuhan aluminium (Al). Hasil analisis menunjukkan bahwa revegetasi dengan umur lebih tua, khususnya pada lahan tahun 1992, memiliki karakteristik kimia tanah yang lebih baik dibandingkan dengan revegetasi yang lebih muda. Peningkatan umur revegetasi berbanding lurus dengan akumulasi bahan organik di dalam tanah, sebagaimana tercermin dari peningkatan kandungan C-organik dan N-total. Korelasi signifikan ditemukan antara pH dengan Ca-dd dan Mg-dd, serta antara C-organik dengan N-total dan KTK. Analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) mengidentifikasi pH, Ca-dd, Mg-dd, dan C-organik sebagai parameter utama dalam penilaian kualitas tanah pada lahan pascatambang. Penelitian tahap ketiga bertujuan mengevaluasi dinamika perkembangan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah secara terpadu melalui perhitungan Indeks Kualitas Tanah (IKT). Lokasi revegetasi tahun 1992 menunjukkan nilai IKT sebesar 0,7 (kategori “baik”), yang mendekati nilai IKT kawasan hutan alam (0,7). Hal ini didukung oleh terbentuknya horizon tanah yang mulai terdefinisi, stabilitas agregat yang tinggi, serta porositas dan permeabilitas yang optimal bagi pertumbuhan akar tanaman. Sebaliknya, lahan bekas tambang yang dibiarkan secata suksesi alami selama 16 tahun belum menunjukkan pembentukan struktur tanah yang signifikan. Meskipun kadar C-organik dan aktivitas respirasi mikrob terdeteksi lebih tinggi pada lokasi ini, namun rendahnya stabilitas agregat dan belum terbentuknya horizon tanah menunjukkan keterbatasan dalam pemulihan fisik lahan. Populasi mikrob tertinggi ditemukan pada kawasan hutan alam dan suksesi alami, sedangkan kepadatan spora fungi mikoriza arbuskular (FMA) tertinggi teridentifikasi pada revegetasi tahun 2006 dan 2022. Pada tahap keempat, penelitian mengkaji performa pertumbuhan tanaman revegetasi berdasarkan beberapa indikator, yaitu luas lahan, tingkat kelangsungan hidup tanaman, kepadatan pohon, komposisi jenis tanaman, dan tingkat kesehatan individu tanaman. Hasil menunjukkan bahwa revegetasi muda (berumur 2–6 tahun) memiliki performa terbaik, dengan tingkat kelangsungan hidup >90%, kepadatan >500 pohon ha?¹, dan kategori kesehatan tanaman tinggi. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh intensitas pemeliharaan, serta pemilihan spesies yang adaptif terhadap kondisi tanah pascatambang, seperti A. mangium dan Paraserianthes falcataria (L.) I.C. Nielsen. Sebaliknya, revegetasi tahun 1992 dan 1995 menunjukkan penurunan kelangsungan hidup, berkurangnya kepadatan pohon, dan menurunnya tingkat kesehatan tanaman. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pendekatan revegetasi aktif lebih unggul dibandingkan suksesi alami dalam memulihkan karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah pascatambang. Namun demikian, keberhasilan jangka panjang dari proses revegetasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan spesies yang sesuai, penerapan teknik revegetasi yang tepat, serta sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Integrasi antara penggunaan tanaman pionir dan lokal, yang didukung dengan perbaikan sifat tanah dan pemantauan jangka panjang, merupakan strategi kunci dalam mempercepat pemulihan ekosistem secara fungsional dan berkelanjutan di wilayah pascatambang batubara. | - |
| dc.description.sponsorship | Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) | - |
| dc.language.iso | id | - |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Perkembangan Tanah pada Beberapa Umur Revegetasi Lahan Pascatambang Batubara di Provinsi Sumatera Barat | id |
| dc.title.alternative | Soil Development at Several Ages of Revegetation on Post-Coal Mining Land in West Sumatra Province | - |
| dc.type | Disertasi | - |
| dc.subject.keyword | fungi mikoriza arbuskular | id |
| dc.subject.keyword | lahan pascatambang | id |
| dc.subject.keyword | pemulihan ekosistem | id |
| dc.subject.keyword | perkembangan tanah | id |
| dc.subject.keyword | revegetasi | id |
| Appears in Collections: | DT - Agriculture | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_A1601221005_d048427fc59c4f84a4905b26e44f46c1.pdf | Cover | 207.29 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_A1601221005_ff4058f9dccb46d3b9f2c04cf51f7d02.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.39 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_A1601221005_e6bcab2e629140169d67c1bf03bac651.pdf Restricted Access | Lampiran | 9.74 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.