Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171156
Title: Optimasi Energi Dan Asam Amino Tercerna Untuk Pakan Ayam Petelur Menggunakan Metodologi Response Surface Dan Desirability Function
Other Titles: Optimization of the Combination of Apparent Metabolizable Energy and Digestible Amino Acids Using Response Surface Methodology and Desirability Function in Layer Chicken Feed Formulation
Authors: Nahrowi
Jayanegara, Anuraga
Utomo, Desianto Budi
Widjaja, Hany
Issue Date: 2025
Publisher: IPB University
Abstract: Formulasi pakan praktis untuk ayam petelur Hy-Line Brown melibatkan penentuan level kebutuhan nutrien, jenis enzim dan level matriks untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku sampingan agar dapat mencapai penampilan produksi optimum dengan biaya pakan terbaik. Komponen nutrien utama dalam formulasi pakan adalah energi metabolis terkoreksi nitrogen (AMEn) dan asam amino tercerna (dAA). Level optimum dari kombinasi kedua komponen nutrien ini dapat diperoleh dengan menggunakan Response Surface Method (RSM) diikuti oleh Fungsi Desirabilitas (DF). Nilai nutrien yang diperoleh diharapkan dapat memberikan penampilan produksi yang optimum disertai biaya produksi minimum. Untuk mencapai tujuan ini, nilai nutrien dalam formula perlu ditunjang dengan penggunaan bahan baku sampingan seperti bungkil inti sawit (BIS), distillers dried grains with solubles (DDGS), Full Fat Soybean, dedak padi dan dedak gandum dengan harga yang ekonomis dan tersedia sepanjang tahun. Hanya saja kelemahan dari bahan baku sampingan adalah pada kandungan anti nutrisi yang mengganggu dalam pencernaan sehingga level AMEn dan dAA dapat berada dibawah nilai prediksi. Kehadiran teknologi enzim saat ini menjadi metoda yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku sampingan dengan memberikan nilai tambah untuk energi dan asam amino di dalam formula. Enzim bekerja dengan menghidrolisa faktor anti nutrisi untuk meningkatkan level energi dan asam amino tercerna. Pemberian enzim xylanase dapat memotong rantai arabinoxilan menjadi rantai-rantai pendek (terutama arabinosa dan xilosa) dalam usus halus dan meningkatkan kecernaan dengan menurunkan tegangan permukaan dari isi usus. Selanjutnya xylanase akan meningkatkan akses dari enzim endogenus dan eksogenus ke dalam protein dan pati di bagian endosperm dengan memecah rantai panjang arabinoxilan pada dinding sel. Enzim Protase meningkatkan kecernaan dengan menekan efek anti nutrisi dari lektin, tripsin dan protein antigenik di dalam bungkil kacang kedelai. Enzim Protease juga memberikan tambahan manfaat dengan mengurangi kehilangan lapisan mukoprotein pada dinding usus sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan energi. Nilai tambah dari energi dan asam amino dari penggunaan enzim xylanase dan protease dalam formulasi dinyatakan dalam bentuk matriks enzim. RSM dan DF dapat dipergunakan untuk menentukan kombinasi nilai energi (AMEn) dan asam amino lysine tercerna (dLys) dengan dan tanpa kombinasi enzim xylanase dan protease. Level AMEn dan dLys pakan dengan enzim yang dapat memberikan performance optimum dengan biaya pakan yang terendah dipergunakan dalam uji penentuan matriks enzim. Uji penentuan matriks enzim ini menggunakan metoda penentuan AMEn dan kecernaan asam amino. Kedua pengujian ini memberikan nilai AMEn dan dAA, yang akan menunjukan response ayam petelur terhadap suplementasi enzim xylanase, protease dan kombinasi keduanya. Pada penelitian tahap pertama, Response Surface Method (RSM) dengan Central Composite Design (CCD) platform dilanjutkan dengan Fungsi Desirabilitas (DF) dapat dipergunakan dalam menentukan nilai energi dan asam amino tercerna, untuk mencapai penampilan produksi optimum dengan biaya pakan minimum pada ayam petelur Hy-Line pada periode produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desirabilitas untuk maksimum produksi telur (HDP) dan berat telur (BT), serta minimum konversi pakan (FCR) dan biaya pakan (FC) dicapai pada periode puncak dan lepas puncak dengan AMEn 2.660 kkal kg-1; dLys 0,81% dan AMEn 2.642 kkal kg-1; dLys 0,78%. Pada penelitian tahap kedua, RSM dan DF dapat menentukan level AMEn dan dLys yang diperlukan dalam formula ransum ayam petelur baik dengan maupun tanpa menggunakan enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode puncak produksi, tanpa suplementasi enzim, maka formula membutuhkan nilai AMEn 2.652 kkal kg-1; dLys 0,81% untuk mencapai nilai HDP dan BT optimum dengan FCR dan FC minimum. Akan tetapi dengan menggunakan enzim, parameter yang sama dapat dicapai dengan nilai nutrien yang lebih rendah yakni, AMEn 2.639 kkal kg-1 dan dLys 0,79%. Pada periode lepas puncak produksi, tanpa suplementasi enzim, formula membutuhkan AMEn 2,643 kkal kg-1; dLys 0.81% untuk mencapai nilai HDP dan BT optimum disertai dengan FCR dan FC minimum, sedangkan dengan menggunakan enzim cukup menggunakan AMEn 2.567 kkal kg-1; dLys 0,77. Hal ini menunjukkan bahwa enzim dapat memberikan tambahan nutrien untuk AMEn sebesar 13 kkal kg-1 dan dLys sebesar 0,02% of dLys pada periode puncak produksi. Pada periode pasca puncak produksi, enzim dapat memberikan tambahan nutrien untuk AMEn sebesar 76 kkal kg-1 dan dLys sebesar 0,04%. Hasil ini menunjukkan bahwa RSM dengan CCD platform dapat dipergunakan untuk optimasi nilai energi dan asam amino tercerna dalam pakan untuk mencapai biaya produksi minimum, disamping itu, metoda ini dapat pula dipergunakan untuk memprediksi peningkatan nutrien yang diberikan dari suplementasi enzim. Penelitian tahap ketiga menentukan enzyme lifting effect dengan menggunakan uji penentuan AMEn dan Asam Amino tercerna. Penambahan protease dan kombinasi xylanase protease dapat meningkatkan produksi telur HDP. Penambahan xylanase menunjukkan efek peningkatan AMEn, sedangkan kombinasi xylanase protease memberikan efek sinergi dalam meningkatkan kecernaan asam amino, pada ayam petelur coklat Hy-Line umur 45-53 minggu. Penambahan protease dan kombinasi xylanase protease meningkatkan produksi telur 4,76% dan 5,16% secara nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Penambahan xylanase secara nyata meningkatkan AMEn sebesar 169 kkal kg-1 dibandingkan dengan kontrol. Penambahan xylanase dan kombinasi xylanase protease meningkatkan kecernaan asam amino dLys sebesar 0,04 % dan 0,07 %. Nilai ini merupakan enzyme lifting effect yang dapat dipergunakan dalam penyusunan ransum ayam petelur pada periode lepas puncak produksi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171156
Appears in Collections:DT - Animal Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_D2601202003_fb3b390410d24d1b8a9d24210d2b0083.pdfCover453.45 kBAdobe PDFView/Open
fulltext_D2601202003_8a09e1a635574a91b3bc988b70ee37b8.pdf
  Restricted Access
Fulltext24.55 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.