Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171051Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.author | Safithri, Mega | - |
| dc.date.accessioned | 2025-09-10T03:53:34Z | - |
| dc.date.available | 2025-09-10T03:53:34Z | - |
| dc.date.issued | 2025 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171051 | - |
| dc.description.abstract | Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu tantangan kesehatan utama di Indonesia, dengan prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk berusia ≥15 tahun meningkat dari 2.0% pada tahun 2018 menjadi 2.2% pada tahun 2023. Pengelolaan DM secara konvensional seringkali bergantung pada obat-obatan sintetik yang tidak murah (bagi penderita DM di pedesaan) tetapi juga berpotensi menimbulkan efek samping jangka panjang. Kondisi ini mendorong pencarian alternatif pengobatan yang lebih aman, terjangkau, dan sesuai dengan potensi lokal. Pengobatan tradisional di daerah sudah mengenal penggunaan bahan baku yang berasal dari potensi lokal. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan kemandirian kesehatan masyarakat. Ilmu Biokimia memliliki peran penting dalam pengembangan riset obat herbal antidiabetes melitus yang aman. Hal ini karena Biokimia adalah ilmu yang mempelajari zat-zat kimia dan proses-proses yang terjadi dalam organisme hidup, termasuk struktur biomolekulnya, fungsinya, dan interaksi biomolekul. Penderita DM dapat mengalami komplikasi kronis berupa nefropati (gangguan fungsi ginjal), neuropati (gangguan fungsi syaraf) dan retinopati (gangguan retina mata), gangguan kardiovaskular, serta dapat menyebabkan hipertensi akibat radikal bebas yang dihasilkan selama keadaan hiperglikemia. Radikal bebas dapat direduksi secara optimum melalui kerja enzim superoksida dismutase, katalase, dan NADPH oksidase yang ada dalam sel tubuh manusia. Usaha untuk menjaga tidak terjadinya komplikasi penyakit pada penderita diabetes melitus sangat penting, antara lain menggunakan obat yang bersifat hipoglikemik, atau dengan mengkonsumsi obat herbal yang sudah diteliti aman dan memiliki aktivitas antioksidasi dan antidiabetes melitus. Indonesia, sebagai negara dengan jumlah dan jenis keanekaragaman hayati yang tinggi, memiliki potensi besar dalam pengembangan obat herbal. Tanaman seperti sirih merah (Piper crocatum), jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum), dan kayumanis (Cinnamomum burmannii) telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional, khususnya sirih merah (Piper crocatum) telah digunakan sebagai obat herbal antidiabetes melitus sejak tahun 2005 berdasarkan hasil penelitian Safithri et al. Hasilnya menunjukkan bahwa herbal ekstrak air rebusan daun sirih merah memiliki aktivitas antidiabetes melitus melalui perbaikan sel beta pankreas dan mekanisme antioksidasi. Hal ini diperkuat dari hasil in vivo pada tikus (pra klinis) yang menunjukkan bahwa ekstrak air daun sirih merah pada dosis 1350 mg/kg bb selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 39%, memperbaiki sel beta pankreas, sehingga meningkatkan kadar insulin darah 41,5%, meningkatkan aktivitas enzim SOD dan katalase sel darah merah secara nyata (P20.000 mg/kg BB, yang dikategorikan sebagai tidak toksik. Artinya, ekstrak daun sirih merah rebusan sangat aman untuk dikonsumsi dalam batas dosis yang telah diuji. Riset formulasi ekstrak air rebusan daun sirih merah dengan ekstrak air rebusan kayumanis menunjukkan aktivitas antidiabetes melitus (pra klinis) yang meningkat, yaitu pada dosis 1260 mg/kg bb dapat menurunkan glukosa darah sebesar 51%; meningkatan kadar insulin darah sebesar 36,6% dengan meningkatkan jumlah pulau Langerhans dan sel beta pankreas. Selain itu, aktivitas antioksidan juga meningkat ditunjukkan dari hasil aktivitas SOD meningkat 78,0% dan katalase sebesar 27,3%, serta dapat mencegah kenaikan kadar trigliserida darah. sebesar 58%. Kajian toksisitas sub akut untuk mengevaluasi keamanannya jika dikonsumsi secara berulang, menunjukkan bahwa formula ekstrak air rebusan sirih merah dan kayumanis yang diberikan secara oral (1260 mg/kg BB) kepada tikus putih galur Sprague dawley (5 jantan dan 5 betina), selama 28 hari tidak memiliki efek toksik. Pengamatan dilakukan terhadap berat badan, konsumsi ransum, dan minuman, berat organ, hematologi, dan biokimia klinis, serta histopatologi semua organ. Produk dengan nama SIJAKA merupakan kombinasi herbal yang terdiri atas ekstrak etanol 70% sirih merah, jahe merah, dan kayumanis, yang dikembangkan sebagai kandidat obat herbal antidiabetes melitus. Hasil uji in vivo pra klinis pada tikus menunjukkan bahwa pemberian SIJAKA kepada hewan uji normal tidak menyebabkan penurunan kadar glukosa darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa SIJAKA tidak bersifat hipoglikemik. Sementara itu, pada kelompok tikus DM, pemberian SIJAKA secara signifikan mampu menurunkan kadar glukosa darah. Efek penurunan ini setara dengan pemberian obat glibenklamid, yang merupakan salah satu terapi farmakologis standar untuk DM. Hal ini menunjukkan potensi SIJAKA sebagai alternatif atau pelengkap terapi antidiabetes melitus. Pemberian SIJAKA pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar trigliserida hingga mendekati kadar pada kelompok normal. Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi SIJAKA tidak hanya bermanfaat dalam pengelolaan kadar glukosa, tetapi juga dapat membantu mengontrol dislipidemia yang sering menyertai kondisi diabetes. Berdasarkan uji toksisitas, SIJAKA memiliki nilai LD50 sebesar >5000 mg/ kgBB, yang dikategorikan sebagai tidak toksik. Artinya, SIJAKA sangat aman untuk dikonsumsi dalam batas dosis yang telah diuji. Orasi ilmiah ini menyoroti pentingnya peran Ilmu Biokimia dalam mendukung saintifikasi obat herbal sehingga dapat meningkatkan kualitas dan khasiat tanaman obat melalui pemahaman jalur metabolisme dan respons bioaktif tanaman obat terhadap sel. Temuan ini menegaskan bahwa pendekatan ilmu biokimia sangat penting dalam menghasilkan obat herbal yang aman dan berkhasiat (mengetahui jalur mekanisme obatnya), sehingga dapat mendukung kemandirian kesehatan masyarakat dan industri obat herbal Indonesia. | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | IPB (Bogor Agricultural University) | id |
| dc.subject.ddc | Herbal Medicine | id |
| dc.title | Pengembangan Obat Herbal (Ekstrak Sirih Merah, Jahe Merah, dan Kayumanis) Sebagai Obat Antidiabetes Melitus dalam Meningkatkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Indonesia | id |
| dc.type | Other | id |
| dc.subject.keyword | Sirih Merah | id |
| dc.subject.keyword | Jahe Merah | id |
| dc.subject.keyword | Kayu Manis | id |
| dc.subject.keyword | Antioksidan | id |
| dc.subject.keyword | Anti Diabetes Melitus | id |
| Appears in Collections: | SO-Mathematics and Natural Science | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| Buku Orasi Prof. Dr. Mega Safithri, S.Si., M.Si.pdf | Fulltext | 2.4 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.