Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Supply Chain Jagung Pipil Kering di Provinsi Lampung

Abstract

Jagung pipil kering menjadi komoditas penting di Provinsi Lampung karena perannya dalam industri pakan ternak dan ketahanan pangan. Produksi yang tinggi belum diikuti dengan efisiensi rantai pasok, sebab petani masih menghadapi biaya produksi yang besar, harga yang berfluktuasi, serta akses pasar yang terbatas. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh biaya produksi, harga, dan akses informasi pasar terhadap rantai pasok jagung pipil kering di Lampung. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, lalu dianalisis dengan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan biaya produksi dan akses pasar berpengaruh signifikan terhadap efisiensi rantai pasok, sedangkan harga hanya memberi pengaruh terbatas. Temuan ini menegaskan pentingnya pengelolaan biaya yang lebih optimal serta penyediaan informasi harga yang akurat. Implikasi manajerial yang disarankan ialah penyusunan buku saku efisiensi biaya produksi dan pengembangan sistem informasi pasar digital untuk memperkuat daya saing jagung Lampung.

Dry shelled corn is an important commodity in Lampung Province due to its role in livestock feed and food security. Despite high production, supply chain efficiency remains low because farmers face high costs, unstable prices, and limited market access. This study analyzes the influence of production costs, price, and market information access on the dry shelled corn supply chain in Lampung. Data were collected through interviews, observations, and documentation, then analyzed using multiple linear regression. The results show that production costs and market access significantly affect supply chain efficiency, while price has a limited effect. These findings highlight the need for better cost management and stronger access to price information. Managerial implications include providing a practical handbook on cost efficiency and developing a digital market information system to enhance the competitiveness of Lampung’s corn supply chain.