Representasi Dunia Mimpi pada Scene “What If” Film La La Land: Analisis Semiotika

Abstract

Penelitian ini membahas representasi dunia mimpi dan realitas dalam montase “What If” film La La Land melalui analisis semiotika konotasi berlanjut Roland Barthes. Fokus penelitian tidak hanya pada warna busana, tetapi juga pada pencahayaan, properti, musik, ekspresi, serta sudut pandang kamera sebagai satu kesatuan mise-en-scène yang membentuk makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dunia mimpi dalam montase ini dibangun melalui simbol-simbol sinematik yang sarat makna, di mana warna (biru, kuning, merah, putih, hitam, hingga ungu) berfungsi sebagai kode emosional yang menandai perubahan suasana. Unsur warna berpadu dengan properti, musik jazz, pencahayaan, gestur, serta pergerakan kamera sehingga menciptakan pengalaman imajinatif bagi penonton. Dari sisi ideologi, montase ini membangun mitos tentang cinta ideal dalam budaya populer, yang menurut Barthes merupakan proses mitologisasi: dunia ideal dibentuk melalui tanda-tanda sinematik untuk menampung keinginan yang tak terpenuhi dalam realitas. Penelitian ini menegaskan bahwa film tidak hanya menyajikan kisah, melainkan juga membentuk realitas kultural tentang cinta, mimpi, dan pilihan hidup.

This study discusses the representation of dreams and reality in the montage “What If” in the film La La Land through Roland Barthes's analysis of continuing connotations. The focus of the study is not only on the colors of the costumes, but also on the lighting, props, music, expressions, and camera angles as a unified mise-en-scène that shapes meaning. The results show that the dream world in this montage is constructed through cinematic symbols laden with meaning, where colors (blue, yellow, red, white, black, and purple) function as emotional codes that mark changes in mood. Color elements are combined with props, jazz music, lighting, gestures, and camera movements to create an imaginative experience for the audience. From an ideological perspective, this montage constructs a myth about ideal love in popular culture, which Barthes describes as a process of mythologization: an ideal world is formed through cinematic signs to accommodate desires that are unfulfilled in reality. This study confirms that films not only present stories, but also shape cultural realities about love, dreams, and life choices.