Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170834
Title: Pengendalian Fusarium oxysporum dengan Bakteri Endofit dan Cendawan DSE (Dark Septate Endopyhte) pada Bibit Sengon (Falcataria moluccana)
Other Titles: Control of Fusarium oxysporum with Endophytic Bacteria and DSE (Dark Septate Endophyte) Fungi on Sengon (Falcataria moluccana) Seedlings
Authors: Herliyana, Elis Nina
Munif, Abdul
Surono
Batubara, Fazriani
Issue Date: 2025
Publisher: IPB University
Abstract: Sengon (Falcataria moluccana) merupakan spesies pohon yang sangat penting bagi sektor kehutanan Indonesia, dengan karakteristik pertumbuhannya yang cepat (fast growing) dan kemampuannya untuk tumbuh di berbagai jenis tanah. Kayu sengon serbaguna, digunakan untuk kayu pertukangan dan pulp, sementara daunnya berfungsi sebagai pakan ternak dan pupuk hijau. Sengon juga mempunyai potensi yang besar karena bernilai ekonomi dan ekologi yang tinggi. Peluang budidaya sengon sangat prospektif, didorong oleh peningkatan permintaan ekspor bahan baku kayu yang tinggi. Sehingga hal ini menimbulkan tantangan bagi industri dalam negeri dalam hal ketersediaan bahan baku. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk mempertahankan kualitas bibit sengon. Meskipun demikian, bibit sengon sangat rentan terhadap serangan patogen tular tanah, khususnya Fusarium oxysporum, yang menyebabkan penyakit layu hingga kematian bibit sengon. Pengendalian patogen ini pada tahap pembibitan masih dengan menggunakan pestisida sintetik, dimana pestisida sintetik tidak optimal dalam menekan pathogen ini dalam pembibitan sehingga diperlukan pengendalian alternatif dengan menggunakan agensi hayati seperti bakteri endofit dan DSE. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas kombinasi bakteri endofit dan cendawan Dark Septate Endophytes (DSE) sebagai agen biokontrol untuk mengendalikan penyakit layu serta memacu pertumbuhan bibit sengon. Metodologi penelitian mencakup eksplorasi bakteri endofit dari berbagai tanaman, diikuti dengan uji keamanan dan uji antagonisme in-vitro terhadap F. oxysporum. Isolat terbaik kemudian diaplikasikan pada bibit sengon melalui metode bio-priming untuk diuji efektivitasnya secara in-planta. Parameter yang diamati meliputi insidensi dan keparahan penyakit, serta pertumbuhan secara morfologi seperti seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bintil akar, Nisbah pucuk akar (NPA) dan secara fisiologi seperti kandungan klorofil daun bibit sengon dan persentase kolonisasi akar. Data di analisis menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan sebanyak tiga kali dengan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh perlakuan biokontrol, baik tunggal maupun kombinasi, berhasil menekan insidensi penyakit layu hingga 0%. Hal ini sangat berbeda nyata dengan kelompok kontrol yang memiliki insidensi penyakit sebesar 66,67%. Selain itu, perlakuan ini secara signifikan meningkatkan pertumbuhan bibit sengon. Peningkatan tertinggi terjadi pada perlakuan S51.APLS terjadi peningkatan sebesar 305,56% dibandingkan dengan kontrol. Parameter pertumbuhan jumlah daun terbaik pada perlakuan J32.J15.S51 terjadi peningkatan sebesar 600% jika dibandingkan dengan kontrol. Parameter panjang akar terbaik dengan perlakuan J32.J15.S51. terjadi peningkatan sebesar 431,33% dibandingkan dengan kontrol. Parameter bintil akar terbaik pada perlakuan J32.J15.S51.APLS. Parameter Nisbah pucuk akar (NPA) terbaik pada perlakuan S51.APLS (2,72) dan APLS (2,71) dan parameter kandungan klorofil terbaik pada perlakuan J32 jika dibandingkan dengan kontrol sebesar 296,13%. Identifikasi molekuler mengonfirmasi bahwa isolat bakteri endofit terbaik adalah Bacillus subtilis dan Proteus mirabilis, yang dikenal memiliki kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan dan agen biokontrol. Persentase kolonisasi akar bibit sengon dengan persentase kolonisasi yang mencapai 73,3% pada perlakuan kombinasi APLS.B1 dan B1.B2.APLS
Sengon (Falcataria moluccana) is a very important tree species for Indonesia's forestry sector, known for its fast-growing characteristics and ability to thrive in various soil types. Sengon wood is versatile, used for lumber and pulp, while its leaves serve as livestock feed and green manure.Sengon also holds great potential due to its high economic and ecological value. The prospects for cultivating sengon are very promising, driven by the increasing demand for wood as a raw material for export. This situation, however, poses a challenge for the domestic industry regarding the availability of raw materials. Therefore, a strategy is needed to maintain the quality of sengon seedlings. Despite this, sengon seedlings are highly susceptible to soil-borne pathogens, especially Fusarium oxysporum, which causes fusarium wilt and leads to seedling death. Control of this pathogen at the nursery stage still relies on synthetic pesticides. However, these pesticides are not optimal for suppressing the pathogen in nurseries, so an alternative control method is needed, utilizing biological agents such as endophytic bacteria and Dark Septate Endophytes (DSE). Parameters observed included disease incidence and severity, as well as morphological growth metrics such as plant height, leaf count, root length, root nodules, shoot-to-root ratio, and physiological parameters like leaf chlorophyll content and root colonization percentage. The data were analyzed using a Completely Randomized Design (CRD) with three replications, followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The research findings indicate that all biocontrol treatments, both single and combined, successfully suppressed the incidence of fusarium wilt to 0%. This is in stark contrast to the control group, which showed a disease incidence of 66.67%. Additionally, these treatments significantly improved sengon seedling growth. The highest increase was observed in the S51.APLS treatment, with a 305.56% increase compared to the control. For the number of leaves, the best result was from the J32.J15.S51 treatment, showing a 600% increase over the control. The best root length was also achieved with the J32.J15.S51 treatment, with a 431.33% increase compared to the control. The best shoot-to-root ratio (NPA) was found in the S51.APLS (2.72) and APLS (2.71) treatments. The highest chlorophyll content was in the J32 treatment, with a 296.13% increase compared to the control. The highest root nodule formation was observed in the J32.J15.S51.APLS treatment. Molecular identification confirmed that the best endophytic bacterial isolates were Bacillus subtilis and Proteus mirabilis, both of which are known to act as growth promoters and biocontrol agents. Furthermore, the root colonization percentage of sengon seedlings reached 73.3% in the combined treatments of APLS.B1 and B1.B2.APLS.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170834
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_E4501222030_100e095c215144509800265ee52565fc.pdfCover4.7 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_E4501222030_d3645102a4144d59898eb4863a8ce427.pdf
  Restricted Access
Fulltext4.85 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_E4501222030_7611c9e0df9442868900eb39c7c14583.pdf
  Restricted Access
Lampiran2.66 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.