Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170675
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorKusmana, Cecep-
dc.contributor.advisorMachfud-
dc.contributor.advisorPravitasari, Andrea Emma-
dc.contributor.authorIhsani, Irfan-
dc.date.accessioned2025-08-27T14:26:07Z-
dc.date.available2025-08-27T14:26:07Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170675-
dc.description.abstractPertumbuhan urbanisasi yang masif di Kota Depok dalam beberapa dekade terakhir telah mendorong terjadinya konversi lahan hijau secara besar-besaran menjadi kawasan terbangun, khususnya permukiman dan komersial. Fenomena ini menyebabkan penurunan signifikan dalam keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), mengakibatkan ketidakseimbangan ekologis, penurunan kualitas hidup masyarakat, hingga meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi. Konversi lahan yang tidak terkendali ini diperparah oleh lemahnya perlindungan tata ruang, kurangnya pengawasan, minimnya pendanaan hijau, serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Permasalahan ini mendorong perlunya analisis mendalam untuk menjawab sejumlah pertanyaan penting, salah satunya adalah seberapa cepat dan besar laju konversi lahan hijau yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, perlu ditelaah sejauh mana keberlanjutan pengelolaan RTH jika ditinjau dari berbagai dimensi, baik ekologi, ekonomi, sosial, maupun kelembagaan. Penelitian ini juga berupaya mengidentifikasi aktor-aktor serta variabel-variabel kunci yang memiliki pengaruh paling besar dalam sistem pengelolaan RTH, hingga pada akhirnya merumuskan strategi dan skenario kebijakan yang paling relevan dan memungkinkan untuk diterapkan guna memastikan keberlanjutan RTH di masa yang akan datang. Analisis kondisi eksisting menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2018–2023, luas RTH di Kota Depok menyusut drastis dari 2.719,6 hektar menjadi 1.962,5 hektar. Daerah-daerah seperti Sawangan, Tapos, dan Beji mengalami konversi lahan hijau yang paling tinggi. Evaluasi keberlanjutan dengan metode Multiaspect Sustainability Analysis (MSA) menunjukkan bahwa pengelolaan RTH berada pada kategori low sustainable dengan nilai keberlanjutannya rata-rata 43,71. Analisis struktural MICMAC menunjukkan bahwa kebijakan penggunaan lahan, sistem penegakan hukum, partisipasi masyarakat, serta pendidikan lingkungan menjadi faktor pengungkit utama yang memengaruhi arah keberlanjutan pengelolaan RTH. Faktor-faktor tersebut memiliki daya pengaruh yang signifikan terhadap keseluruhan sistem sehingga memerlukan perhatian prioritas dalam proses perumusan kebijakan. Pendekatan MACTOR kemudian digunakan untuk memetakan aktor-aktor yang berkepentingan dan berpengaruh dalam pengelolaan RTH. Pemerintah daerah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan akademisi menempati posisi strategis, namun tingkat sinergi di antara mereka masih rendah dan membutuhkan penguatan melalui kebijakan kolaboratif yang inklusif serta transparan. Perumusan strategi dilakukan melalui pendekatan SWOT, yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman. Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan berada dalam posisi strategis yang menguntungkan, baik dari sisi internal maupun eksternal. Analisis kuantitatif melalui matriks IFAS dan EFAS menempatkan strategi pengelolaan RTH berada pada Kuadran I dalam matriks SWOT, yaitu posisi agresif (growth-oriented strategy). Artinya, strategi yang disarankan adalah strategi yang bersifat progresif dan ekspansif, dengan memaksimalkan seluruh kekuatan internal untuk menangkap dan mengelola peluang eksternal secara optimal. Langkah strategis yang dapat dikembangkan, yaitu: penguatan kebijakan dan regulasi tata ruang berbasis lingkungan; pemanfaatan teknologi digital dan inovatif untuk efisiensi pengelolaan RTH; pengembangan model pendanaan kolaboratif dan inovatif; pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian RTH; penguatan pengawasan dan penegakan hukum berbasis partisipatif; pengembangan RTH multifungsi yang mencakup fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi. Skenario strategi alternatif yang dapat memberikan hasil optimal selanjutnya disusun dengan mempertimbangkan aspek ketidakpastian melalui metode SMIC-PROB. Enam hipotesis strategis diuji secara kombinatorik, dan ditemukan bahwa skenario optimal untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan RTH adalah dengan mengimplementasikan keenam strategi secara simultan (kombinasi 111111), yang memiliki probabilitas keberhasilan tertinggi. Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa pengelolaan RTH di Kota Depok memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, dengan dasar kebijakan yang kuat, partisipasi aktif para pemangku kepentingan, serta strategi yang disusun berdasarkan kajian sistemik dan prediktif.-
dc.description.sponsorshipnull-
dc.language.isoid-
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStrategi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Berkelanjutan di Kota Depokid
dc.title.alternativenull-
dc.typeDisertasi-
dc.subject.keywordanalisis keberlanjutan multi-aspekid
dc.subject.keywordskenario strategi kebijakanid
dc.subject.keywordruang terbuka hijau perkotaanid
Appears in Collections:DT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_P062180091.pdfCover1.14 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_P062180091.pdf
  Restricted Access
Fulltext29.14 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_P062180091.pdf
  Restricted Access
Lampiran777.91 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.