Genetik sebagai dasar Pengelolaan Ikan Semah (Tor spp.) di Provinsi Jambi

Abstract

Ikan semah (Tor spp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar bernilai ekonomi dan budaya tinggi di Provinsi Jambi. Spesies ini banyak ditemukan di perairan berarus deras dengan substrat berbatu dan kualitas air yang baik. Namun, tekanan antropogenik seperti penangkapan berlebih, penambangan emas tanpa izin (PETI), galian C, pembangunan PLTA, serta degradasi hutan dan alih fungsi lahan telah mengancam kelestariannya. Tekanan tersebut tidak hanya mengurangi stok populasi tetapi juga berpotensi menurunkan keragaman genetik, yang menjadi kunci kemampuan adaptasi dan kelangsungan hidup spesies. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi morfologi dan genetik ikan semah di Provinsi Jambi, mengkaji struktur serta keragaman genetik antar populasi, menganalisis keterkaitan kualitas air terhadap distribusi genetik, dan menyusun filogeni sebagai dasar pengelolaan berbasis konservasi genetik. Pengambilan sampel dilakukan di enam stasiun yang mewakili variasi kondisi habitat, mulai dari daerah konservasi (lubuk larangan) hingga wilayah terdampak aktivitas antropogenik. Analisis morfologi (morfometrik dan meristik) dan validasi molekuler menggunakan DNA gen COI mengungkap keberadaan dua spesies, yaitu Tor tambra dan Tor tambroides, dengan kemiripan molekuler >98% terhadap data GenBank. Sebanyak 11 haplotipe berhasil diidentifikasi dengan nilai keragaman haplotipe (Hd) hingga 0,9 dan nilai Fst >0,1 antar beberapa lokasi, menunjukkan diferensiasi genetik yang nyata. Analisis PCA memperlihatkan bahwa parameter kualitas air seperti DO, pH, konsentrasi Cd, dan kecepatan arus memengaruhi distribusi haplotipe pada masing-masing stasiun. Hal menunjukkan bahwa variasi struktur genetik ikan semah di Provinsi Jambi erat kaitannya dengan kondisi habitatnya. Strategi pengelolaan yang memadukan pendekatan ekologi dan genetik diperlukan untuk menjaga keberlanjutan populasi, khususnya di wilayah dengan tekanan lingkungan tinggi. Rekomendasi utama meliputi perlindungan habitat kunci, pemantauan kualitas air dan genetik secara berkala, serta penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan berbasis kearifan lokal seperti lubuk larangan.