Strategi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan oleh KTH Satria Mandiri di KHDPK Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Abstract

Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan strategi penting untuk mendukung keberlanjutan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengelolaan HKm oleh KTH Satria Mandiri dan merumuskan strategi optimalisasi pengelolaan. Responden terdiri dari 22 anggota KTH yang didipilih secara sensus. Metode analisis meliputi analisis kontribusi pendapatan untuk menilai peran HKm terhadap pendapatan rumah tangga, analisis rantai pasar untuk menghitung margin keuntungan pada setiap pelaku, dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HKm memberikan kontribusi 39% terhadap pendapatan rumah tangga petani, dengan peningkatan jumlah anggota yang berada di atas garis kemiskinan dari 27% menjadi 50% setelah adanya HKm. Meskipun demikian, kelembagaan kelompok masih lemah dan hasil komoditas seperti kopi dan aren umumnya dijual mentah tanpa pengolahan. Analisis rantai nilai menunjukkan margin keuntungan petani hanya 22,79%, sedangkan mitra pengolah memperoleh 77,21%. Hasil SWOT menempatkan KTH Satria Mandiri pada kuadran defensif, sehingga strategi yang disarankan meliputi penguatan kelembagaan, peningkatan produktivitas, dan perluasan akses pasar untuk mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan ekologi.

Community Forest (HKm) management is an important strategy to support forest sustainability and improve the welfare of surrounding communities. This study aims to analyze the management of HKm by KTH Satria Mandiri and formulate strategies to optimize forest management. The respondents consisted of 22 KTH members interviewed through a census approach. The analytical methods used include income contribution analysis to assess the role of HKm in household income, market chain analysis to calculate profit margins for each actor, and SWOT analysis to formulate strategies. The results show that HKm contributes 39% to farmers’ household income, with an increase in members living above the poverty line from 27% to 50% after the implementation of HKm. However, the group’s institutional capacity remains weak, and most commodities, such as coffee and aren, are sold raw without further processing. The value chain analysis reveals that farmers capture only 22,79% of the profit margin, while processing partners obtain 77,21%. The SWOT analysis places KTH Satria Mandiri in the defensive quadrant, suggesting strategies focused on strengthening institutional capacity, improving productivity, and expanding market access to ensure economic, social, and ecological sustainability.