Induksi Kalus Embriogenik dan Regenerasi Tanaman Kurma (Phoenix dactylifera L.)

Abstract

Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan salah satu tanaman buah tertua yang dibudidayakan di dunia, terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Perbanyakan kurma secara konvensional melalui metode generatif dan vegetatif masih menghadapi keterbatasan dalam menghasilkan bibit baru yang seragam, dalam jumlah banyak, dan waktu yang singkat. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah dan kendala tersebut, perbanyakan tanaman kurma dapat dilakukan secara in vitro. Penelitian ini bertujuan memperoleh jenis eksplan dan media yang efektif dalam pengembangan protokol perbanyakan tanaman kurma secara in vitro. Penelitian dilakukan dengan empat percobaan yaitu, perkecambahan biji, induksi kalus embriogenik, regenerasi kalus sampai pembentukan plantlet, dan aklimatisasi. Perkecambahan biji dan induksi kalus embriogenik dilakukan menggunakan RAL faktorial dengan dua faktor. Sedangkan regenerasi kalus dan aklimatisasi dilakukan menggunakan RAL faktor tunggal. Hasil penelitian menunjukkan, kurma ‘Ajwa’ dengan biji segar memiliki persentase perkecambahan dan panjang akar tertinggi dengan waktu muncul akar tercepat dibandingkan kurma ‘Medjool’ pada percobaan perkecambahan biji. Eksplan akar pada induksi kalus memberikan respon pembentukan nodul tertinggi dan tercepat dibandingkan dengan eksplan daun muda pada percobaan induksi kalus embriogenik. Kalus yang diberi sitokinin 2-iP lebih baik dari pada kalus yang diberi sitokinin BA pada percobaan regenerasi kalus sampai pembentukan plantlet. Perlakuan konsentrasi 2-iP 0,5 mg L-1 memiliki bobot kalus yang lebih berat dengan kemampuan membentuk plantlet lebih baik dan plantlet yang dihasilkan memiliki jumlah daun dan tinggi plantlet yang lebih tinggi. Komposisi media tanam pada percobaan aklimatisasi yaitu tanah, peat moss, dan pupuk organik media tanam memberikan persentase hidup plantlet tertinggi.

Date palm (Phoenix dactylifera L.) is one of the oldest cultivated fruit plants in the world, especially in the Middle East and North Africa. Conventional propagation of date palms through generative and vegetative methods still faces limitations in producing new seedlings that are uniform, in large quantities, and in a short time. To overcome these challenges, date palm propagation can be carried out in vitro. This study aimed to determine the effective explant type and medium composition for developing an in vitro propagation protocol for date palm. The research involved four experiments, seed germination, embryogenic callus induction, callus regeneration until plantlet formation, and acclimatization. Seed germination and embryogenic callus induction were conducted using a factorial randomized complete design with two factors, while callus regeneration and acclimatization were performed using a randomized complete design with a single factor. The ‘Ajwa’ date palm with fresh seeds exhibited the highest germination percentage and root length, as well as the fastest root emergence time compared to the ‘Medjool’ cultivars in the seed germination experiment. Root explants in the embryogenic callus induction experiment produced the highest and fastest nodule formation response compared to young leaf explants. Callus treated with the cytokinin 2-iP performed better than callus treated with BA cytokinin in the callus regeneration until plantlet formation experiment. The treatment with 0.5 mg L-1 2-iP concentration resulted in heavier callus weight, enhanced plantlet formation ability, and plantlets with a greater number of leaves and increased height. The acclimatization medium composed of soil, peat moss, and organic fertilizer yielded the highest plantlet survival rate.