Pewarnaan Kain Mori menggunakan Nanoekstrak Kulit Acacia mangium dan Liqquidambar excelsa dengan Berbagai Fiksator

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi potensi ekstrak kulit mangium (Acacia mangium) dan rasamala (Liquidambar excelsa) sebagai pewarna alami pada kain mori, menganalisis pengaruh fiksator tunjung (FeSO4), kitosan, dan asam sitrat terhadap intensitas dan ketahanan warna, serta mengidentifikasi gugus fungsi utama berdasarkan spektrum FTIR. Nanoekstrak diperoleh melalui ultrasonikasi, dengan ukuran partikel rata-rata 526,0 nm (PDI 1,526) untuk mangium dan 449,7 nm (PDI 0,973) untuk rasamala. Ukuran partikel kecil dan keseragaman tinggi pada rasamala diduga menghasilkan distribusi warna yang lebih merata. Hasil pewarnaan mangium menghasilkan warna cokelat gelap kemerahan, sedangkan rasamala cokelat terang kekuningan. Fiksator tunjung memberikan intensitas warna tinggi namun ketahanan luntur rendah, sedangkan kitosan dan asam sitrat meningkatkan kestabilan dan ketahanan warna (?E < 12). Analisis FTIR mengungkap keberadaan gugus C–H alifatik, C–O, dan aromatik pada kain, dengan interaksi fenolik–kitosan/asam sitrat meningkatkan kestabilan warna, dan tunjung membentuk kompleks logam–fenolat yang memberi warna gelap tetapi kurang stabil.

This study evaluated the potential of Acacia mangium and Liquidambar excelsa bark extracts as natural dyes for mori fabric, analyzed the effects of fixator, ferrous sulfate (FeSO4), chitosan, and citric acid, on color intensity and fastness, and identified the main functional groups based on FTIR spectra. Nanoextracts were prepared via ultrasonication, yielding average particle sizes of 526.0 nm (PDI 1.526) for A. mangium and 449.7 nm (PDI 0.973) for L. excelsa. The smaller particle size and higher uniformity of L. excelsa were presumed to produce more uniform color distribution. Dyeing results showed that A. mangium produced a dark reddish-brown hue, while L. excelsa yielded a lighter yellowish-brown tone. Ferrous sulfate imparted high color intensity but poor wash fastness, whereas chitosan and citric acid improved both stability and fastness (?E < 12). FTIR analysis revealed the presence of aliphatic C–H, C–O, and aromatic groups in the fabric, with phenolic–chitosan/citric acid interactions enhancing color stability, and ferrous sulfate forming metal–phenolate complexes that produced intense dark colors with lower stability.