Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170198| Title: | Model Perencanaan Pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) sebagai Penyedia Pangan Lokal di Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah |
| Other Titles: | Planning Model for the Development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) as a Local Food Source in Banggai Islands Regency, Central Sulawesi |
| Authors: | Widiatmaka Syartinilia Firmansyah, Irman Katili, Hidayat Arismunandar |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Peningkatan kebutuhan pangan saat ini erat kaitannya dengan aktivitas manusia. Untuk itu, diperlukan perencanaan pengelolaan sumberdaya alam yang terpadu, dengan mempertimbangkan sumberdaya biofisik, ekonomi maupun sosial. Kedaulatan pangan memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumberdaya lokal untuk mencapai ketersediaan pangan. Pengembangan tanaman lokal yang spesifik untuk lokasi tertentu menjadi peluang penting, dalam meningkatkan kedaulatan pangan di tengah tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk. Tantangannya adalah, bagaimana menghasilkan produk pangan yang cukup untuk memenuhi populasi yang terus bertambah. Komoditas lokal dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ubi Banggai (Dioscorea spp.) adalah salah satu komoditas lokal yang diperuntukkan dalam mendukung kedaulatan pangan di Kabupaten Banggai Kepulauan. Kandungan karbohidrat pada Ubi Banggai (Dioscorea spp.) relatif tinggi sehingga menyebabkannya dapat dijadikan sebagai pangan alternatif. Dalam konteks diversifikasi pangan, Ubi Banggai (Dioscorea spp.) berperan sebagai bahan cadangan makanan atau sebagai pangan pengganti beras.
Produksi beras diwilayah ini mencapai 1.436,02 ton/tahun. Kebutuhan pangan per kapita 81 kg/tahun dan dengan total jumlah penduduk sebanyak 121.684 jiwa, diperlukan setidaknya 9.856,40 toh/tahun, sehingga produksi tersebut belum memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Banggai Kepulauan. Karena itu, Ubi Banggai (Dioscorea spp.) diharapkan dapat membantu pemenuhan pangan di Kabupaten Banggai Kepulauan. Daerah ini memiliki potensi lahan yang cukup luas untuk pengembangan komditas ini, sehingga dapat dijadikan sebagai pembudidayaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Selain itu, nilai ekonomi dari komoditas ini cukup menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan petani, serta dapat memastikan ketersediaan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) yang berkelanjutan di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model perencanaan pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) sebagai penyedia pangan lokal Kabupaten Banggai Kepulauan. Tujuan utama tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan yaitu menganalisis perubahan tutupan penggunaan lahan (TPL) tahun 2002, 2012, 2022 dan memprediksi TPL pada tahun 2042, memetakan potensi lahan untuk pengembangan tanaman Ubi Banggai (Dioscorea spp.), mengidentifikasi kelayakan usahatani, menyusun strategi dan membangun model perencanaan pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) di Kabupaten Banggai Kepulauan. Metode yang digunakan meliputi analisis Random Forest untuk mengidentifikasi perubahan TPL saat ini dan Markov-CA untuk memprediksi perubahan TPL di masa depan. Penilaian potensi lahan dilakukan dengan menggunakan analisis ketersediaan lahan dan Multi-Criteria Evaluation (MCE) untuk mengidentifikasi potensi lahan untuk pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.). Kelayakan ekonomi usahatani Ubi Banggai dievaluasi melalui analisis pendapatan dan kelayakan, diikuti dengan penyusunan strategi kebijakan menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM) dan membangun model perencanaan pengembangan dengan analisis sistem dinamik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan TPL yang terjadi di Kabupaten Banggai Kepulauan periode tahun 2002-2012 terjadi penurunan luas hutan, semak belukar dan lahan terbuka, yang beralih menjadi perkebunan sebesar 25%. Periode tahun 2012-2022 terjadi penurunan luas perkebunan dan peningkatan luas hutan, semak belukar dan lahan terbuka sebesar 10%. Secara keseluruhan perubahan TPL periode tahun 2002-2022, menunjukkan penurunan luas hutan mencapai 15%, sedangkan peningkatan perkebunan mencapai 14%. Alih fungsi kawasan di wilayah penelitian terjadi dengan pesat dari lahan hutan ke lahan perkebunan, pemukiman, semak belukar dan lahan terbuka. Peningkatan lahan perkebunan terjadi pada transisi tahun 2002-2022 yaitu lahan sebesar 104.194,0 ha, dengan peralihan terbesar dari lahan hutan dan semak belukar dengan luas masing-masing yaitu sebesar -35.638,5 ha dan semak belukar sebesar -6.799,2 ha. Selanjutnya prediksi TPL tahun 2042 di Kabupaten Banggai Kepulauan juga menunjukkan penurunan pada luas hutan dan semak belukar. Peningkatan terjadi pada TPL perkebunan, pemukiman dan lahan terbuka, dengan luas secara berturut-turut yakni 120.294,0 ha, 2.910,9 ha, dan 10.526,6 ha.
Potensi lahan untuk pengembangan Ubi Banggai adalah 95.301,6 hektar (40,1%) dari total luas wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan. Potensi lahan untuk pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) terbagi empat yakni potensi lahan 1 (PL1) sebesar 2,8%, potensi lahan 2 (PL2) sebesar 29%, potensi lahan 3 (PL3) sebesar 8,3% dan yang tidak berpotensi (N) sebesar 59,9%. Selanjutnya hasil analisis kelayakan usahatani menunjukkan bahwa Ubi Banggai (Dioscorea spp.) menghasilkan keuntungan finansial yang signifikan, dan layak untuk di kembangkan. Selain itu, enam kendala utama dalam pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) sebagai penyedia pangan lokal telah diidentifikasi (kepdulian pemerintah, pelatihan dan pendampingan petani, pemasaran belum terarah, budidaya Ubi Banggai (Dioscorea spp.) setahun sekali, praktik ladang berpindah, dan penggunaan lahan belum terarh). Mengatasi kendala-kendala ini secara efektif dan memprioritaskan strategi pada akhirnya akan mendorong tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) secara berkelanjutan di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Hasil simulasi sistem dinamik menunjukkan bahwa, produksi eksisting tidak dapat memenuhi kebutuhan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) secara keseluruhan. Hasil skenario yang baik pada simulasi ini adalah skenario moderat yang mengasumsikan peningkatan luas tanam, peningkatan indeks pertanaman IP, pendampingan petani, pengarahan penggunaan lahan, peningkatan UMKM, dan ekspor dari kondisi eksisting. Dapat dilihat bahwa pada skenario moderat, terjadi peningkatan produksi Ubi Banggai (Dioscorea spp.) di wilayah studi pada tahun 2042, dengan mencapai surplus. Skenario ini akan berhasil jika dilakukan pada tahun 2026, karena perlu dilakukan persiapan sejak tahun 2024 hingga 2025, dengan melibatkan banyak stakeholders dalam perencanaan pengembangan Ubi Banggai (Dioscorea spp.) sebagai bahan pangan di Kabupaten Banggai Kepulauan The current increase in food demand is closely related to human activities. Therefore, integrated natural resource management planning is necessary, considering the biophysical, economic, and social aspects of these resources. Food sovereignty empowers communities to design food systems that are tailored to their local resource potential, thereby achieving food security. The development of locally specific crops for particular locations presents an important opportunity to enhance food sovereignty amid the challenges of climate change and population growth. The challenge lies in producing sufficient food to meet the needs of an ever-growing population. Local commodities can be utilized to meet the community's needs. Banggai Yam (Dioscorea spp.) is one of the local commodities intended to support food sovereignty in the Banggai Islands Regency. The carbohydrate content of Banggai Yam (Dioscorea spp.) is relatively high, making it a suitable alternative food source. In the context of food diversification, Banggai Yam (Dioscorea spp.) serves as a food reserve or as a substitute for rice. Rice production in this region reaches 1,436.02 tonnes per year. The per capita food requirement is 81 kg/year, and with a total population of 121,684, at least 9,856.40 tonnes/year are needed, so that production does not yet meet the needs of the community in Banggai Islands Regency. Therefore, Banggai Yam (Dioscorea spp.) is expected to help meet food needs in Banggai Islands Regency. This area has sufficient land potential for the development of this commodity so that it can be cultivated according to the established plan. In addition, the economic value of this commodity is promising enough to increase farmers' income and ensure the sustainable availability of Banggai Yam (Dioscorea spp.) in Banggai Islands Regency. This study aims to develop a planning model for the cultivation of Banggai Yam (Dioscorea spp.) as an alternative food source for the people of Banggai Islands Regency. The main objective is elaborated into several intermediate objectives, namely to analyse changes in land use land cover (LULC) in 2002, 2012, 2022 and predict LULC in 2042, mapping the potential land for the development of Banggai Yam (Dioscorea spp.), identifying the feasibility of farming, developing strategies and building a model for the development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) in Banggai Islands Regency. The methods used include Random Forest analysis to identify current LULC changes and Markov-CA to predict future LULC changes. Land potential assessment was carried out using land availability analysis and Multi-Criteria Evaluation (MCE) to identify potential land for Banggai yam (Dioscorea spp.) development. The economic feasibility of Banggai Yam (Dioscorea spp.) farming was evaluated through income and feasibility analysis, followed by the formulation of policy strategies using Interpretative System Modeling (ISM) and the development of a model for the development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) using System Dynamics analysis. The results show that LULC changes in Banggai Islands Regency during the period 2002–2012 resulted in a decrease in forest, shrubland, and open land areas, which were converted into plantations by 25%. During the period 2012–2022, there was a decrease in plantation areas and an increase in forest, shrubland, and open land areas by 10%. Overall, changes in land use between 2002 and 2022 show a decrease in forest area of 15%, while plantation area increased by 14%. Land use conversion in the study area occurred rapidly from forest land to plantation land, settlements, shrubland, and open land. The increase in plantation land occurred during the transition period from 2002–2022, covering an area of 104,194.0 ha, with the largest conversion from forest and scrubland areas, covering -35,638.5 ha and -6,799.2 ha, respectively. In addition, the 2042 LULC prediction in Banggai Islands Regency also shows a decrease in forest and scrubland areas. There is an increase in plantation, settlement, and open land LULC, covering 120,294.0 ha, 2,910.9 ha, and 10,526.6 ha, respectively. The potential land for Banggai Yam cultivation is 95,301.6 hectares (40.1%) of the total area of Banggai Islands Regency. The potential land for the development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) is divided into four categories, namely potential land 1 (PL1) at 2.8%, potential land 2 (PL2) at 29%, potential land 3 (PL3) at 8.3%, and land with no potential (N) at 59.9%. Furthermore, the results of the farming feasibility analysis show that Banggai Yam (Dioscorea spp.) generates significant financial profits and is feasible to develop. In addition, six major obstacles in the development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) as a local food provider have been identified (government concern, training and assistance for farmers, unfocused marketing, cultivation of Banggai Yam (Dioscorea spp.) once a year, shifting cultivation practices, and unfocused land use). Effectively overcoming these constraints and prioritizing strategies will ultimately promote the goal of increasing income and the sustainable development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) in Banggai Islands Regency. The results of the System Dynamics simulation indicate that existing production is unable to meet the overall demand for Banggai Yam (Dioscorea spp.). The best scenario in this simulation is a moderate scenario that assumes an increase in planting area, a rise in the planting index (IP), farmer assistance, land use guidance, an expansion of MSMEs, and increased exports compared to existing conditions. It can be seen that in the moderate scenario, there will be an increase in Banggai Yam (Dioscorea spp.) production in the study area in 2042, reaching a surplus. This scenario will be successful if implemented in 2026, as preparations need to be made from 2024 to 2025, involving many stakeholders in the development of Banggai Yam (Dioscorea spp.) as a food source in the Banggai Islands Regency |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170198 |
| Appears in Collections: | DT - Multidiciplinary Program |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_P0602211007_13859a59412c4252b7821935d1b6945d.pdf | Cover | 1.64 MB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_P0602211007_8e4b12b6f46140f78f5859a364ced025.pdf Restricted Access | Fulltext | 5.44 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_P0602211007_e387916cd0884a509d8da89658d8e44b.pdf Restricted Access | Lampiran | 1.22 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.