Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170012Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Bengen, Dietriech Geoffrey | |
| dc.contributor.advisor | Subhan, Beginer | |
| dc.contributor.advisor | Naulita, Yuli | |
| dc.contributor.author | Arafat, Dondy | |
| dc.date.accessioned | 2025-08-21T08:50:44Z | |
| dc.date.available | 2025-08-21T08:50:44Z | |
| dc.date.issued | 2025 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170012 | |
| dc.description.abstract | Ekosistem karang mesofotik (Mesophotic Coral Ecosystems/MCEs) merupakan zona terumbu karang pada kedalaman yang berperan penting sebagai refugia atau tempat perlindungan bagi spesies karang dari tekanan perubahan iklim dan aktivitas antropogenik. Di Indonesia, khususnya di wilayah Segitiga Karang (coral triangle), kajian mengenai karang mesofotik masih sangat terbatas, padahal kawasan ini menyimpan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya informasi ilmiah terkini mengenai sebaran vertikal serta keanekaragaman komunitas bentik karang keras, karang lunak, dan spons. Selanjutnya mengkaji pengaruh faktor oseanografi seperti suhu, salinitas, dan massa air terhadap struktur komunitas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi dan distribusi komunitas bentik karang mesofotik di perairan Bali dan Lombok, menggambarkan parameter oseanografi termasuk massa air pada kolom perairan karang mesofotik, menjelaskan distribusi serta kontribusi takson bentik terhadap zona mesofotik, dan menguraikan keterkaitan antara karakteristik oseanografi dengan distribusi komunitas bentik di zona dangkal hingga mesofotik. Penelitian ini memberikan kebaruan dalam tiga hal utama. Pertama, ini merupakan studi pertama di Indonesia yang secara sistematis memetakan komunitas bentik pada karang mesofotik dengan pendekatan spasial dan vertikal, mengintegrasikan data in-situ (sensor CTD), citra satelit, dan model reanalisis oseanografi. Kedua, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik massa air berbeda antara zona dangkal (Tropical Surface Water – TSW) dan zona mesofotik (North Pacific Subtropical Water – NPSW) di Selat Lombok, yang dibawa oleh Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) atau Indonesian Throughflow (ITF). Ketiga, ditemukan adanya pergeseran dominansi komunitas dari karang keras seperti Acropora, Porites, dan Turbinaria di perairan dangkal, ke komunitas spons dan karang lunak di zona mesofotik (30–50 m), serta peran signifikan genera karang mesofotik seperti Leptoseris dan Tubastrea yang beradaptasi terhadap tekanan hidrostatik dan cahaya rendah. Temuan ini memperkuat hipotesis Deep Reef Refugia dan memperluas pemahaman ekologis tentang adaptasi bentik di bawah tekanan oseanografi. Penelitian ini dilaksanakan pada enam stasiun pengamatan yang tersebar di perairan Bali (2022) dan Lombok (2020). Pengambilan data bentik dilakukan dengan metode Underwater Photo Transect (UPT) pada kedalaman 10–50 m. Parameter oseanografi diukur menggunakan alat Sensor CTD dan didukung dengan data satelit reanalisis dari Copernicus Marine Environment Monitoring Service. Analisis data mencakup statistik deskriptif, PERMANOVA, SIMPER, serta teknik multivariat seperti nMDS dan Principal Component Analysis (PCA), untuk mengevaluasi pola spasial dan vertikal komunitas bentik serta hubungan dengan faktor oseanografi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan komposisi komunitas bentik antara perairan dangkal dan zona mesofotik. Di perairan dangkal (10–30 m), karang keras mendominasi dengan pertumbuhan cepat dan morfologi bercabang yang toleran terhadap cahaya tinggi. Sementara itu, di kedalaman 30–50 m, terjadi pergeseran dominansi ke spons dan karang lunak, seiring dengan penurunan intensitas cahaya dan perubahan kondisi fisik air laut. Analisis karakteristik massa air menunjukkan pengaruh kuat dari massa air NPSW dan TSW yang membentuk stratifikasi termohalin di kolom perairan, berperan dalam menentukan distribusi vertikal komunitas. PCA dan nMDS mengungkapkan keterkaitan yang signifikan antara parameter oseanografi (suhu, salinitas, DO, pH, dan nutrien) dengan distribusi dan struktur komunitas bentik. Kombinasi analisis spasial dan vertikal ini menegaskan pentingnya integrasi pendekatan oseanografi dalam konservasi ekosistem karang mesofotik, serta menekankan posisi strategis Bali dan Lombok sebagai wilayah pengamatan penting di Coral Triangle yang dilintasi oleh ITF. Komposisi komunitas bentik sangat bervariasi secara vertikal dan spasial antara perairan Bali dan Lombok. Di zona dangkal (kedalaman 10–30 m), komunitas didominasi oleh karang keras (hard coral) seperti Acropora, Montipora, Porites, dan Turbinaria, yang memiliki bentuk pertumbuhan bercabang atau tabular serta adaptif terhadap intensitas cahaya tinggi. Sementara itu, pada zona upper mesofotik (30–50 m), terjadi penurunan dominansi karang keras dan peningkatan dominansi spons (sponge) serta karang lunak (soft coral), mengindikasikan adanya perubahan struktur komunitas yang dipengaruhi oleh gradien kedalaman dan ketersediaan cahaya. Pola distribusi ini dikonfirmasi melalui visualisasi data tutupan komunitas dan hasil analisis Bray-Curtis serta dendrogram klaster, yang menunjukkan diferensiasi komunitas antara lokasi dan kedalaman. Analisis karakteristik oseanografi menunjukkan bahwa parameter suhu dan salinitas mengalami perubahan yang konsisten terhadap kedalaman dan musim. Massa air yang teridentifikasi di zona mesofotik adalah TSW dan NPSW yang terbawa oleh ARLINDO (sudah disebutkan diatas) melalui Selat Lombok. Tropical Surface Water (TSW). Karakteristik oseanografi menunjukkan stratifikasi kuat antara zona dangkal hingga ekosistem karang mesofotik (kedalaman hingga 100) North Pacific Subtropical Water – NPSW) di Selat Lombok memiliki karakter massa air yang nilai suhu rendah, salinitas tinggi, dan biasa ditemukan di kedalaman >100 m. Variabilitas suhu dan salinitas, baik vertikal maupun musiman, mengontrol ketersediaan cahaya, nutrien, oksigen terlarut, dan pH, yang krusial bagi adaptasi ekologi organisme bentik. Selat Lombok sebagai jalur utama Arus Lintas Indonesia (ITF) memperkuat implikasi langsung dinamika massa air terhadap struktur komunitas MCEs dan proses ekologisnya.Perbedaan massa air ini menghasilkan stratifikasi termohalin yang signifikan, dengan suhu yang menurun dan salinitas yang meningkat seiring bertambahnya kedalaman. Variabilitas ini turut membentuk zona oseanografi yang berbeda, memengaruhi ketersediaan cahaya dan nutrien di habitat bentik. Distribusi spasial suhu dan salinitas yang divisualisasikan melalui data satelin dari Copernicus dan data insitu CTD, menunjukkan perbedaan antara musim barat dan timur, menekankan dinamika musiman yang berpengaruh terhadap komunitas bentik. Distribusi dan keanekaragaman karang keras, karang lunak, dan spons (takson bentik) menunjukkan pola stratifikasi yang jelas antara zona dangkal dan mesofotik. Di Bali, tingkat kekayaan genera karang keras lebih tinggi di zona dangkal, sementara di Lombok, spons menunjukkan kontribusi yang lebih besar di zona mesofotik. Genera spons seperti Stylissa, Ircinia, dan Callyspongia menjadi dominan di kedalaman 30–50 m, sedangkan karang lunak seperti Sinularia dan Nephthea menggantikan posisi karang keras pada zona tersebut. Indeks keanekaragaman Shannon (H') dan Evenness (E) mengindikasikan adanya distribusi komunitas yang lebih merata pada zona mesofotik, meskipun kekayaan spesies secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan zona dangkal. Hasil analisis SIMPER memperlihatkan kontribusi takson-takson utama terhadap perbedaan antar zona dan lokasi, menunjukkan adanya adaptasi ekologis terhadap kondisi fisik perairan yang berbeda. Analisis keterkaitan antara komunitas bentik dan parameter oseanografi dilakukan menggunakan PCA dan nMDS, yang menunjukkan bahwa faktor oseanografi seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, dan nutrien (NO3 dan PO4) berpengaruh signifikan terhadap distribusi komunitas bentik. Zona dangkal dikaitkan dengan suhu yang lebih tinggi dan fluktuatif, mendukung spesies karang dengan toleransi cahaya tinggi, sedangkan zona mesofotik memiliki parameter yang lebih stabil namun dengan intensitas cahaya lebih rendah, mendukung organisme dengan morfologi foliose atau encrusting seperti Leptoseris dan Pachyseris. Pola ini mendukung hipotesis refugia, bahwa ekosistem karang mesofotik menyediakan kondisi mikrohabitat yang mendukung kelangsungan spesies bentik yang rentan terhadap perubahan lingkungan ekstrem di perairan dangkal. Temuan ini menekankan pentingnya integrasi data oseanografi dalam perencanaan konservasi dan pengelolaan ekosistem karang mesofotik. Berdasarkan hasil temuan dan analisis dalam penelitian ini, direkomendasikan agar ekosistem karang mesofotik di perairan Bali dan Lombok dijadikan prioritas dalam kebijakan konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut Indonesia. Rekomendasi dari penelitian ini adanya integrasi karateristik oseanografi dengan distribusi komunitas bentik, dalam Upaya penetapan kawasan konservasi laut, terutama dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim terhadap terumbu karang dangkal. Selain itu, penguatan pemantauan jangka panjang dengan dukungan teknologi canggih, untuk eksplorasi bawah laut untuk mengisi kekosongan data di zona mesofotik yang selama ini kurang terjangkau. Penelitian lanjutan perlu diarahkan untuk mengkaji konektivitas genetik dan dinamika larva antara ekosistem karang mesofotik dan ekosistem perairan dangkal (shallow) guna memahami peran ekologisnya secara lebih menyeluruh. Terakhir, penting untuk meningkatkan kapasitas riset dan kolaborasi antar-lembaga, termasuk pemberdayaan masyarakat pesisir, agar strategi konservasi berbasis sains ini dapat diterapk | |
| dc.description.sponsorship | ||
| dc.language.iso | id | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Sebaran Dan Keanekaragaman Komunitas Bentik Karang Mesofotik Berdasarkan Karakteristik Oseanografi (Perairan Bali Dan Lombok) | id |
| dc.title.alternative | Distribution and Diversity of Mesophotic Coral Benthic Communities Based on Oceanographic Characteristics (Bali and Lombok Waters). | |
| dc.type | Disertasi | |
| dc.subject.keyword | mesophotic coral ecosystem | id |
| Appears in Collections: | DT - Fisheries | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_C5601211006_385d1c1d2e484e61a6f9fd9bedf6b687.pdf | Cover | 874.9 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_C5601211006_ac181618fc4543b080d11b68718b73ff.pdf Restricted Access | Fulltext | 5.15 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_C5601211006_e06acfe08e37465d98a75b2118b07536.pdf Restricted Access | Lampiran | 1.15 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.